KATA PENGANTAR
Alhamdullilahhirabil’alamin
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penulisan makalah " Kepemimpinan Pemerintah Indonesia" dalam mata
kuliah Sosiologi Pemerintahan.
Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Namun
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Pada akhirnya, makalah ini
diharapkan mampu memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak pada
umumnya, dan bagi penulis pada khususnya.
kami
juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan tidak lepas dari kesalahan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran untuk kebaikan sangat kami harapkan demi
perbaikan di masa penulisan makalah selanjutnya.
Karawang, 13 maret
2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu adminstasi, khususnya
ilmu administrasi Negara, sedang ilmu administrasi, khususnya salah satu cabang
dari ilmu-ilmu social, dan juga merupakan salah satu perkembangan dari
Filsafat. Sebelumnya kita ketahui terlebih dahulu makna dari kepemimpinan.
Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing.
Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat
pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dalam kepemimpinan ini
terdapat hubungan antar manusia. Yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin)
dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut atau bawahan karena di pengaruhi
oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari
pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.
kepemimpinan pada dasarnya berarti kemempuan untuk memimpin, kemampuan untuk
menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan. Sehingga, kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, yang dilakukan melalui hubungan
interpersoanal dan proses komunikasi untuk mencapai tujuan, dan juga merupakan
suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja dengan benar untuk
mencapai tujuan.
Pemerintahan
sebagai salah satu unsur yang penting dari Negara mempunyai posisi yang
diterminan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan baik keluar
maupun kedalam karena posisinya yng demikian strategis itu maka keberadaan
Negara dan khususnya pemerintahan Negara menjadi sangat ditentukan oleh
keberhasilan pemerintahan dan pemerintah dalam menyelenggarakan pemreintahan
dalam kerangka mencapai tujuan Negara. Atas dasar ini tanpa adanya pemerintah
dan pemerintahan tujuan Negara tidak akan tercapai dan jika kondisi ini terjadi
maka kerugian besar akan ditanggung oleh masyarakat Negara pada umumnya,
mengingat salah satu tujuan membentuk pemerintah adalah untuk meningkat
kesesejahteraan masyarakat. Lebih penting dari itu bahwa keberadaan satu Negara
dalam hubungannya dengan Negara lain, pengakuan suatu Negara yang
merdeka itu di dasarkan atas adanya pemerintahan yang berdaulat.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui pengertian kepemimpinan
dan kepemimpinan pemerintahan
2. Dapat mengetahui kepemimpinan pemerintahan
di indonesia.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan saya
dalam pembuatan makalah ini, adalah agar kita dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan kepemimpinan pemerintahan sehingga dapat mempengaruhi
perjalanan bangsa ini
Bab
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN
1. DEFINISI
KEPEMIMPINAN
Ada beberapa
definisi/pengertian kepemimpinan, antara lain:
a. Tannebaum, Weschler
and Nassarik
Kepemimpinan adalah
pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses
komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.
b. Shared Goal, Hemhiel
& Coons
Kepemimpinan adalah
sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
c. Rauch & Behling
Kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai
tujuan bersama.
Banyak kesimpulan bahwa
kepemimpinan ada persolaan pengaruh terhadap orang lain atau kelompok, jadi
pemimpin yang tidak mempunyai pengaruh, bukan pemimpin yang punya gaya
kepemimpinan.
2. PENGERTIAN PEMIMPIN
Pemimpin adalah pelaku
utama sebuah proses organisasi. Sebuah organisasi memiliki pemimpin, entah
ketua umum, ketua bidang/seksi dll. Kepemimpinan hanya dapat diterapkan oleh
seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian
memimpin, mempunyai pengaruh.
3. TUGAS DAN PERAN
PEMIMPIN
Menurut James A.F
Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
a. Pemimpin bekerja
dengan orang lain
Seorang pemimpin
bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya,
staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang di luar
organisasi.
b. Pemimpin adalah
tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas).
Seorang pemimpin
bertanggungjawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi,
untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
c. Pemimpin menyeimbangkan
pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan
tugas-tugasnya kepada staf/anggota/seksi. Kemudian pemimpin harus dapat
mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
d. Pemimpin harus
berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus
menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
e. Pemimpin adalah
seorang mediator
Konflik selalu terjadi
pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi
seorang mediator (penengah). Dan yang perlu diperhatikan pemipin sebisa mungkin
tidak berada di salah satu blok konflik untuk membuat seorang pemimpin dapat
melihat situasi secara objektif sehingga mudah menyelesaikan masalah.
f. Pemimpin adalah
politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus
mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
g. Pemimpin membuat
keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus
dapat memecahkan masalah dan berani mengambil resiko bila harus memutuskan
persoalan yang sulit.
Menurut Henry
Mintzberg, Peran Pemimpin adalah:
a. Peran hubungan antar
perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun
tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
b. Fungsi Peran
informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
c. Peran Pembuat
keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi,
dan negosiator
4. PRINSIP-PRINSIP
DASAR KEPEMIMPINAN
Sebelum lebih jauh
menjelaskan tentang prinsip-prinsip kepemimpinan, perlu dipahami adalah, apa
yang disebut dengan prinsip.
Menurut Stephen R.
Covey (1997), Prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai
sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat
atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi
seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Karakteristik seorang
pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney), sebagai berikut:
1. Seorang yang Belajar
Seumur Hidup
Tidak hanya melalui
pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui
membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada
Pelayanan
Seorang pemimpin tidak
dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani
berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa Energi yang
Positif
Setiap orang mempunyai
energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan
dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu, dibutuhkan energi
positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja
untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti;
a. Percaya pada orang
lain
Seorang pemimpin
mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai
motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan
harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam
kehidupan
Seorang pemimpin harus
dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan
sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering
diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk
menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu
tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, keterampilan, kreatifitas, kemauan,
keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip
senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu
mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan
memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster
International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi
hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus
dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan
mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus
dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi
dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi;
(2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi
kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil;
(6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang
diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri
lagi. Sekali lagi, seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri
untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.
Menjadi pemimpin yang
berprinsip dalam organisasi dibutuhkan sebuah pengalaman, karena seorang
pemimpin tidak mungkin ketika lahir dari rahim ibunya langsung menjadi pemimpin
yang berprinsip, pasti akan diperlukan proses pembelajaran dalam menjalani
kehidupan. Teori-teori diatas bukan satu pedoman yang mesti dipakai dalam
menggambarkan pemimpin dan kepemimpinan, karena ilmu pengetahuan akan terus
berkembang yang kemudian akan menghasilkan perubahan–perubahan, atau juga akan
disesuaikan dengan kondisi dan realitas di mana tempat seseorang menjadi pemimpin.
Beberapa pakar telah memberikan definisi yang
berbeda tentang kepemimpinan, antara lain:
Menurut
C. N Cooley ( 1902)
The leader is always the nucleus or tendency,
and on the other hand, all social movement, closely examined will be found to
concist of tendencies having such nucleus.
Maksudnya pemimpin itu selalu merupakan titik
pusat dari suatu kecenderungan, pada kesempatan lain, semua gerakan sosial
kalau diamati secara cermat akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik
pusat.
Kepemimpinan adalah suatu proses saling
mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan individu, mengontrol
daya manusia dalam mengejar tujuan bersama. Dalam buku karangan Prof. Dr.
Sudarwan Danim yang berjudul “Motivasi Kepemimpinan&Efektivitas Kelompok”,
menyebutkan beberapa definisi kepemimpinan. Mc Farland (1978) dalam Sudarwan
Danim (2004:55) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana
pimpinan dilukiskan akan memberi perintah/pengaruh, bimbingan/proses
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih&mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jadi kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal, dan
merupakan fenomena yang kompleks sehingga tidak ada satu definisi kepemimpinan
yang dapat dirumuskan secara lengkap untuk mengabstraksikan perilaku
sosial/interaksi manusia di dalam organisasi.
Menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
o Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan
sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang –
orang yang dipimpinnya.
o Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang
dibimbingnya.
o Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong
orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung
jawab.
2.2
Teori Kepemimpinan Pemerintahan
a. Teori Otokritas Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori otokritas dalam kepemimpinan
pemerintahan adalah teori bagaimana seorang pimpinan pemerintahan dalam
menjalankan tugasnya bekerja tanpa menerima saran dari bawahan, pemerintah
diberikan dalam satu arah saja artinya bawahan tidak diperkenankan membantah,
mengkritik, bahkan bertanya.
Cara ini biasanya terjadi pada organisasi
militer terutama dalam keadaan itu diperlukan dramatisir keadaan bagaimana
berjasanya sang pimpinan setelah beberapa waktu berlalu marah dengan suara
keras, kasar dan lantang.
b. Teori Sifat Dalam Kepemimpina Pemerintahan
Teori sifat dalam kepemimpinan pemerintahan
adalah teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan tercipta dari seseorang
berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki seseorang tersebut, berarti yang
bersangkutan sudah sejak lahir memiliki ciri-ciri untuk menjadi pemimpin.
Menurut teori ini seseorang memiliki bawaan
bakat turunan, antara lain cukup terampil untuk mengurus orang lain, memiliki
kepekaan inisiatif, mempunyai rangsangan emosional untuk membela teman, dewasa dalam pemikiran, pandai
membujuk dalam rayuan yang menghanyutkan, gampang berkomunikasi, percaya untuk
tampil di depan umum, kreatif dalam menemukan gagasan baru, mempunyai presepsi
positif serta jalan keluar setiap masalah, dan selalu berpartisipasi dalam
setiap kegiatan orang lain.
Pengkritik teori sifat dalam kepemimpinan
pemerintahan ini berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara sifat kepemimpinan
dengan tingkat keberhasilan, bagi para pengkritik ini pemimpin bukan dilahirkan
dengan sifat-sifat khususnya tetapi dapat dibentuk melaui kebiasaan, inilah
yang dalam pepatah dikenal sebagai “alaaaah bisa karena biasa”.
c. Teori Manusiawi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori manusiawi dalam kepemimpinan
pemerintahan adalah teori yang pemimpinannya benar-benar merasakan bawahannya
(baik rakyat maupun staf) sebagai manusia yang dapat dimotivasi kebutuhannya
sehingga menimbulkan kepuasan kerja, untuk itu teori ini berkaitan dengan teori
motivasi. Ada tiga pakar yang populer dengan teori motivasi, yaitu Abraham
Maslow, Douglas Mac Gregor, dan David Mac Clelland.
d. Teori Perilaku Pribadi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori perilaku dalam pemerintahan adalah
teori di mana pemimpin melakukan pendekatan pada bawahan melalui cara-cara non
formal yang tidak resmi, dengan begitu perintah biasanya dilakukan secara lisan
dan bukan tertulis. Jadi kalau teori otokratis dinilai cukup efektif hasilnya maka
teori perilaku pribadi cukup efisien dalam tenaga dan biaya.
Tidak menutup kemungkinan pemimpin yang
menggunakan teori ini memberikan perintahnya pada tempat yang tidak resmi
misalnya lapangan olah raga seperti tenis, badminton, golf, bola kaki dan lain-lain
atau pada berbagai pesta seperti sunatan, pernikahan, pertunangan, ulang tahun
dan lain-lain. Hal ini melihat ruang tempat memberukan perintah yang tidak
resmi.
Sedangkan memberikan perintah tidak resmi
pada teori perilaku pribadi ini dilihat dari waktunya terkadang pada waktu
berkendaraan seperti di atas mobil, motor, kereta api, pesawat udara, kapal
laut dan lain-lain atau kerika dengan berkomunikasi secara santai seperti dalam
telepon, faximille, pager, dan lain-lain yang tidak menggunakan kata-kata dan
kop dinas.
Dalam teori ini pembicaraan dimulai dari
menanyakan keluarga seperti anak, isteri, tetangga, ibu, bapak dan saudara
lainnya sehingga dengan begitu tudak langsung pada sasaran, dengan demikian
dapat diperhitungkan saat waktu yang tepat untuk mengeluarkan perintah atau
suruhan menjadi tidak terasa.
Untuk itu teori ini memerlukan bakat
tersendiri dari pemimpin yang melakukannya, dalam kepemimpinan pemerintah
biasanya atasa mengadakan arisan, undangan makan malam, kumpul reuni, kesukuan,
keagamaan.
e. Teori Lingkungan Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori lingkungan dalam kepemimpinan
pemerintahan adalah teori yang memperhitungkan ruang dan waktu, berbeda dengan
teori sifat yang mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan (leader is born) maka
dalam teori ini pemimpin dapat dibentuk.
f. Teori Situasi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori situasi dalam kepemimpinan pemerintahan
adalah teori dimana pemimpin memanfaatkan situasi dan kondisi bawahannyadalam
kepemimpinannya. Yaitu dengan memperhatikan dukungan (supportif) dan pengarahan
(directif).
S D
S D
S D
S D
S= Supportif (dukungan)
D= Directif (Pengarahan)
g. Teori Pertukaran Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori dimana
pemimpin pemerintahan dalam mempengaruhi bawahannya memakai strategi take and
give yaitu ketika atasan memberikan perintah maka selalu diutarakan bahwa bila
berhasil akan dinaikan gaji, atau sebaliknya sebelum penerimaan suatu honor
lalu pemimpin mengutarakan bahwa selayaknya bawahan bekerja lebih rajin, dengan
demikian akan menjadi bawahan yang tahu diri.
h. Teori Kontingensi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori kontingensi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang
berpatokan pada tiga hal yaitu hubungan atasan dengan bawahan (leader
membership relation), struktur/orientasi tugas (task structure) dan
posisi/wibawa pemimpin (leader position power).
2.3
Gaya Kepemimpinan Pemerintahan
a. gaya demokratis
adalah cara dan irama seseorang pemimpin
dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pembagian
tugas secara merata dan adil, kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan
secara terbuka, antar bawahan dianjurkan berdiskusi tentang keberadaannya untuk
membahas tugasnya, baik bawahan yang teredah sekalipun boleh meyampaikan saran
serta diakui haknya, dengan demikian dimiliki persetujuan dan konsensus atas
kesepakatan bersama.
b. gaya birokratis dalam kepemimpinan pemeritahan
gaya birokratis adalah cara dan irama seorang
pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode tanpa
pandang bulu, artinya setiap bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya,
spesialisasi tugas yang khusus, kerja yang ketat pada aturan (rule), sehingga
kemudian bawahan menjadi kaku tetapi sederhana (zakelijk).
c. gaya kebebasan
merupakan gaya dan irama seorang pemimpin
pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode
pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga
dengan Laissez faire atau libelarism. Dalam gaya ini setiap bawahan bebas
bersaing dalam berbagai strategi ekonomi, politik, hukum dan administrasi.
d. gaya otokratis
adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam
menghadapi bawahan dan masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive
power)..
Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dengan
bukunya “Teori & Praktek Kepemimpinan” mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak bisa berubah menghadapi situasi
bagaimanapun. Jika seorang pemimpin memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang
otokratik, gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula, terlepas dari situasi
yang dihadapinya. Sebaliknya, seseorang yang pada dasarnya berpandangan
demokratik akan secara konsisten menggunakan gaya kepemimpinannya yang
partisipatif meskipun situasi organisasional yang dihadapinya sesungguhnya
menuntut gaya kepemimpinan yang lain. Menurut teori situasional, seorang
pemimpin yang paling otokratik sekalipun akan mengubah gaya kepemimpinannya
yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya agak demokratistik tergantung
situasi. Sebaliknya seseorang yang menggunakan gaya kepemimpinan yang
demokratik mungkin saja bertindak otoriter apabila situasi menghendakinya.
Prof. Sondang Siagian berpendapat bahwa teori yang sangat dominan tentang
kepemimpinan yang efektif dewasa ini adalah teori kepemimpinan yang situasional
atau teori kontingesi “contingency theory”
Sedangkan menurut Drs. Pamudji, nampaknya telah terjadi pencampur-adukan
antara gaya kepemimpian dengan tipe kepemimpinan. Misalnya gaya otokratis, oleh
Drs. Pamudji dimasukkan ke salah satu tipe, yaitu tipe otokratis, sedangkan
gaya partisipatif dan gaya kebebasan dimasukkan ke dalam tipe demokratis. Di
samping tipe-tipe otokratis dan demokratis, masih dijumpai tipe-tipe lain
seperti tipe militeristik, paternalistik, karismatis, tradisional,
rasional/birokratis dan lain-lain. Dalam bahasan gaya kepemimpinan, sering
dibedakan antara gaya motivasi (motivation style), gaya kekuasaan (power
style), dan gaya pengawasan (supervisory style). Jadi menurut Drs. Pamudji,
gaya kepemimpinan dapat dibedakan menjadi gaya motivasi, kekuasaan, dan
pengawasan.
2.4 Variabel Kepemimpinan Pemerintahan
a. Variabel Situasi Dan Kondisi Pemerintahan
Ada tujuh situasi dan kodisi yang menyebabkan
pemimpin pemerintahan harus otokrasi atau demokrasi yaitu: faktor sifat dan
bentuk negara, faktor geografis, faktor warga negara, faktor sejarah, faktor
efisiensi dan efektivitas, faktor politik, faktor rezim yang berkuasa. Situasi
dan kondisi dapat menentukan bagaimana seorang pemimpin pemeritahan seharusnya
akan bertindak, bahkan pada situasi dan kondisis tertentu dapat melahirkan
pemimpin.
b. Variabel Orang Banyak Sebagai Peganut
Orang banyak yang dikenal sebagai rakyat
jelata memang selama ini dikenal diam hanya saja jumlahnya sangat banyak,
maksudnya bila terjadi demonstrasi , maka kemarahan orang banyak sulit
dibendung dan bisa menggulingkan kekuasaan pemimpin yang tirani. Oleh karena
itu masa di negara kita sekalipun musti dekanali, perlu dikenali tuntutannya,
dikenali budaya sehari-harinya, dikenali seberapa kuat pengerahannya serta
prediksi dampak positif serta ekses negatifnya.
c. Variabel Penguasa Sebagai Pemimpin
pemimpin pemerintahan adalah penguasa tetapi
perlu diingat bahwa bagaimanapun yang bersangkutan memiliki kekuasaan, namun
tetap saja sebagai manusia mempunyai jiwa, jiwa itulah yang memiliki rasa
seperti iba, kasih sayang, benci, dendam dan lain-lain.
Drs. Pamudji juga mengemukakan
variabel-variabel kepemimpinan sama seperti dengan yang dikemukakan oleh Drs.
Inu Kencana Syafe’i.
2.5 Teknik Kepemimpinan Pemerintahan
a. teknik persuasif dalam kepemimpinan pemerintahan
adalah strategi dalam pimpinan pemerintahan
camat, bupati, gubernur, ataupu walikota membujuk bawahannya untuk bekerja
lebih rajin. Bujukan dilakukan degan lunak dan lemah lembut.
b. teknik komunikatif dalam kepemimpian pemerintahan
adalah strategi pemimpin dalam memperlancar
pekerjaannya mencapai tujuan melakukan hubungan sesuai dengan kaidah ilmu
komunikasi yaitu apa yang diiginkan oleh pemerintah sebagai jalan pemberi pesan
sama dengan apa yang diterima bawahan dan masyarakat.
c. teknik fasilitas dalam kepemimpina pemerintahan
adalah strategi pemimpin dalam memberikan
fasilitas pada bawahan atau masyarakatnya untuk memperlancar pekerjaan karena
bawahan dan masyarakat tersebut terikat oleh pemberian tersebut.
d. teknik motivasi dalam kepemimpinan pemerintahan
adalah strategi pemimpin mendorong bawahan
dan masyarakatnya bekerja serta membangun lebih rajin.
e. teknik keteladanan dalam kepemimpian pemerintahan
adalah strategi pemimpin pemerintahan untuk
memberikan contoh atau teladan yang baik kepada bawahannya maupun masyarakatnya
sendiri. Menurut Drs. Pamudji, teknik kepemimpinan adalah suatu cara yang
merupakan pola tetap utuk mempengaruhi orang-orang agar bergerak ke arah yang
diinginkan oleh pemimpin. Drs. Pamudji mengemukakan macam-macam teknik
kepemimimpinan antara lain:
a. teknik pematangan/penyiapan pengikut;
b. teknik human relation;
c. teknik menjadi teladan;
d. teknik persuasi dan pemberian perintah;
e. teknik penggunaan sistem komunikasi yang
cocok; f. teknik penyediaan fasilitas.
Teknik yang dikemukakan oleh Drs. Inu Kencana
dan Drs. Pamudji pada dasarya adalah sama. Tetapi Dr. Kartini Kartono
mengemukakan bahwa teknik kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan teknis
serta sosial pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada praktik
kehidupan serta praktik organisasi. Teknik kepemimpinan juga dapat dirumuskan
sebagai cara bertindaknya pemimpin dengan bantuan alat-alat fisik dan
macam-macam kemampuan psikis untuk mewujudkan kepemimpinannya. Sehingga yang
masuk ke dalam kategori teknik kepemimpian adalah:
·
etika
profesi pemimpin dan etiket
·
kebutuhan
dan motivasi
·
dinamika
kelompok
·
komunikasi
·
kemampuan
pengambilan keputusan
·
keterampilan
berdiskusi dan “permainan” lainnya
2.6 Kepemimpinan Pemerintah Dan Swasta Pemerintahan
Kepemimpinan pemerintahan lebih mengutamakan ke pada masyarakat,
sehingga kepemimpinan ini lebih memiliki kekuaatan yang besar untuk memimpin.
Karena, pamimpin ini tidak memimpin hal yang kapasitasnya sedikit, melainkan
lebih besar, yang di tujukan kepada masyarakat. Dalam kepimimpinan pemerintahan
terdapat aturan yang harus di ikuti, tau aturan mainnya, seperti:
A. Monopolistic
Yang mana para
pengikut, mua tidak mau hars mengikuti ketentuan prosedur yang telah di
tentukan oleh pemerintahan, sehingga tidak ada penyelewengan di luar aturan
itu.
B. Mempunyai
ketentuan hukum
Dalam hal hukum pun,
kepimpinan pemerintah juga sangat ketat. Kerana seorang pengikut harus
mengikuti aturan hukum yang berlaku dalam system pemerintahanya.
Swasta
Kepemimpinan swasta ini, lebih mengutamakan ke untungan bagi konsumeya.
Karena kepemimpian ini tidak terikat dengan hal lain, tetapi kepemimpinan ini
berdiri dengan sendiri, dan juga dengan aturan yang telah di tentukan oleh
pemimpinya, sehingga kepemimpinan ini memberikan kebebasan menentukan
pilahanya, sehingga tidak terikat dengan aturan-aturan yang ada, dan juga tidak
tergantung dengan produsen-produsen.
Variable Pemerintahan
dan Kepemimpinan
Dalam pemerintahan dan kepemimpinan memiliki 3 variable yang harus ada,
dan setiap variable memiliki keterkaitan yang besar. Sehingga antara variable
yang satu dengan yang lain saling terkait. Variable itu antara lain:
A. Pemimpin
Telah kita bahas di
atas tadi tentang pemimpin, bahwa pemimpin, adalah orang yang menguasai orang
lain sesuai dengan keinginannya, atau mengatur bawahanya.
B. Yang di Pimpin
Sangat jelas di sini,
tentang siapakah yang di pemimpin bila adanya seorang pemimpin. Yaitu bawahan,
anggota, atau pegawai (ketika itu perusahaan). Karena seorang pemimpin sangat
membutuhkan anggota yang harus di pimpin. Apabila tidak adanya yang di pimpin
maka tidak adanya seorang pemimpin, karena siapa yang harus dia pimpin, ketika
tidak adanya yang di pimpin. Seorang pemimpin juga harus melihat siapa yang
mereka pimpin. Karena ada beberapa criteria anggota atau bawahan yang akan di
pimpin. Criteria ini di kemukakan dalam bentuk teori motifasi, sehingga
muncullah 2 teori, yaitu:
1.
Teori X : golongan orang yang malas dalam
mengerjakan pekerjaannya dan juga mempunyai wawasan yang relative.
2.
Teori Y : golongan orang yang baik, bagus dalam
bekerja, dan mempunyai wawasan yang luas, atau tinggi.
C. Stuasi
Stuasi di sini,
merupakan suasana atau keadaan dalam suatu instansi yang di pimpin. Yang mana,
seorang pemimpin harus dapat melihat stuasi yang ada, agar dapt menguasainya.
Karena ini lah pendorong seorang pemimpin katika ingin memimpin bawahannya.
Apakah keadaan yang ada dapat menguntungkan baginya atau tidak.
Kepemimpinan Pemerintahan
Kepemimpinan
pemerintahan merupakan kepemimpinan yang di pimpin di bawah kepemimpinan
kepemerintahan, yang sepenuhnya memiliki kekuasaan dalam segala hal. Yang
mencakup perekonomian, politik, bisnis, dan segala hal. Karena ini lah
kepemimpinan yang sepenuhnya berkuasa dalam suatu Negara, sehingga ada beberapa
komponen yang mempengaruhi pemerintahan ini, yaitu:
a)
Pemilih
b)
Kekuatan Partai
c)
Legislatif
d)
Eksekutif
e)
Pejabat karir/ Birokrat
Itulah
komponen-komponen yang dapat mempengaruhi pemerintahan yang ada. Apabila dari
komponen itu ada yang kurang atau tidak ada, maka tidak akan adanya kepemimpinin
yang di pimpin oleh pemerintahan.
2.7 Etika Kepemimpinan Pemerintahan
Etika kepemimpinan
pemerintahan dapat dimaknai sebagai implementasi kepemimpinan pemerintahan yang
mempedomani nilai-nilai etika pemerintahan. Sebagaimana dipahami bahwa di dalam
organisasi pemerintahan, peran pemimpin sangat sentral artinya dinamika
bergeraknya organisasi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh perilaku
pemimpinnya, oleh karena itu baik buruknya penyelenggaraan pemerintahan sangat
ditentukan oleh pemimpinnya. Pemerintahan merupakan institusi netral, dimana di
dalamnya terbuka peluang bagi pemimpinnya untuk berbuat baik atau sebaliknya.
Apabila pemerintahan dikelola oleh pemimpin yang memegang etika kepemimpinan
pemerintahan, maka rakyat akan menerimanya sebagai rahmat (Rasyid, 2001:422).
Peran terbesar yang harus
dijalani oleh seorang pemimpin pemerintahan adalah bagaimana bagaimana
memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi yang dipimpinnya, dengan
menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta memungkinkan berlangsungnya
proses-proses manajemen secara optimal. Pemimpin pemerintahan dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan dalam berperilaku, perlu memahami dan
mengimplementasikan makna dari etika. Pemahaman akan etika kepemimpinan
pemerintahan merupakan landasan berpijak penting dalam melaksanakan pola-pola
kerja, baik yang bersifat hirarkhis formal maupun hubungan yang sifatnya non
formal. Dengan demikian maka pemimpin dan yang dipimpin, akan bekerjasama dalam
koridor yang sifatnya saling melengkapi, tidak sekedar pada pola hubungan
atasan dan bawahan. Dengan menyadari etika kepemimpinan pemerintahan maka
pemimpin pemerintahan perlu menumbuhkan dinamika yang fair dalam
organisasi,yang dapat menciptakan suasana kondusif bagi semua pihak, untuk
menjalani dan menikmati pekerjaan, sebagai bagian dari tanggung jawab, tanpa
merasa terbebani apalagi mersa tertekan. Pekerjaan itu harus dipahami sebagai
panggilan, rahmat, amanah, seni dan bagian dari ibadah, sehingga komitmen
pengabdian harus ditempatkan sebagi prioritas. Bagi seorang pemimpin
pemerintahan, siapapun dia dan dalam bentangan lahan pengabdian apapun, harus
memahami bahwa ia mengemban amanah dari orang yang dipimpinnya, dan tidak
sekedar menjadikan posisi itu sebagai lambing kebanggaan dan kemegahan (Kaloh, 2009:8).
Bagi seorang pemimpin
organisasi yang dipimpinnya ibarat pohon yang harus terus hidup dan tumbuh
untuk kepentingan diri dan lingkungannya, bagi setiap cabang, bagi setiap
ranting, buah sampai tunasnya. Demikian pula bagi organisasi semua anggota ingin
merasakan sebagai tempat bernaung.
A. KARAKTER KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN YANG BER ETIKA
1.
AKOMODATIF, seorang pemimpin pemerintahan harus dapat menerima kritik atau
usulan dari berbagai pihak, hal ini harus dilakukan karena kebenaran itu tidak
hanya datang dari satu pihak, tetapi dari semua orang.
2.
SENSITIF, karakter kepemimpinan ini ditandai dengan kemampuan untuk secara dini
memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengerti apa yang mereka butuhkan,
dan mengusahakan agar menjadi pihak pertama yang member perhatian terhadap
kebutuhan itu, dengan kata lain pemimpin yang baik harus turun dari kantor atau
rumah, lalu melihat kekurangan-kekurangan yang dihadapi rakyat.
3.
RESPONSIF, karakter ini ditandai aktifnya pemimpin jika berhadapan dengan
rakyat, pemimpin dalam hal ini lebih banyak berperan menjawab aspirasi atau
tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui media massa. Setiap usulan rakyat
tidak hanya didengar saja, tetapi ditindak lanjuti dengan aksi.
4.
PROAKTIF, karakter ini ditandai sikap antisipasi terhadap kejadian-kejadian
yang akan timbul yang akan merugikan masyarakat misalnya banjir, wabah
penyakit, kelaparan dan sebaginya.
Sebaliknya karakter
kepemimpinan yang tidak ber etika adalah:
1.
DEFENSIF, karakter kepemimpinan yang ditandai oleh sikap egoistik dan merasa
paling benar, bila rakyat mengadukan suatu persoalan, bukan diterima dengan
baik, tetapi malah sebaliknya dimarahi. Pemimpin yang ber etika seharusnya
tidak akan marah jika diberi saran atau dinasehati rakyatnya.
2.
REPRESIF, karakter kepemimpinan ini ditandai sikap yang selain egoisti dan juga
arogan, yang memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang dimiliki, semakin besar
kekuasaan semakin besar kewenangan semakin sewenang-wenang.
B. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
Di dalam menggerakkan
anggota-anggotanya, seorang pemimpin pemerintahan harus melakukan hal-hal yang
jika dikaitkan dengan etika pemerintahan, antara lain dapat dikemukakan sebagai
berkut:
1. Pemimpin itu ada untuk membawa harapan, kesejahteraan, rasa aman dan pemberi
penghargaan.
2.
Pemimpin tidak hanya tampil untuk member perintah, akan tetapi juga tampil
sebagai figur pemberi teladan, panutan dan pemberi arah; sebagai fasilitator,
pemberi fasilitas dan bantuan jika dibutuhkan; sebagai mitra kerja, khususnya
dalam hubungannya dengan Badan legislatif; sebagi penaggung resiko, artinya
tampil di depan jika organisasi yang dipimpinnya menghadapi permasalahan dan
permasalahan hukum; sebagai orang yang di depan untuk menggalang semua kekuatan
dan sumberdaya yang ada di organisasi untuk mencapai visi dan misi dari
organisasi yang dipimpinnya.
3.
Pemimpin karena kedudukannya harus mampu mendorong organisasi dan orang-orang
yang dipimpinnya berkembang, belajar dan berdaya guna serta mampu mengembangkan
seluruh potensi dirinya secara optimal. Dan juga haru mampu menciptakan iklim
dan budaya dimana kreativitas, intergritas, profesionalitas, komitmen, tanggung
jawab dan kualitas prima menjadi roh yang mendarah daging di seluruh
organisasi. Pemimpin yang baik juga harus mampu menjadi manusia pembelajar,
yaitu tak pernah berhenti untuk belajar dari kehidupannya, lingkungan
sekitarnya dan orang lain.
4.
Pemimpin harus memiliki kerendahan hati, dengan tidak membanggakan prestasi
yang berfokus pada diri sendiri. Sebaliknya melakukan yang terbaik, secara
bersama, sehingga keberhasilan adalah keberhasilan bersama. Memiliki kerendahan
hati, serta memiliki kebiasaan hidup sederhana, membuat orang-orang disekitarnya
memberikan hormat dan dukungan. Pemimpin pemerintahan harus memiliki keyakinan
kuat untuk berhasil. Keyakinan ini mendorong energy dan semangat luar biasa
untuk berjuang meraih keberhasilan yang diyakininya tersebut.
C. Pengelolaan Kekuasaan Pemerintahan
Kekuasaan bagi seorang
pemimpin pemerintahan merupakan satu sarana untuk membuat keputusan dan/atau
tindakan, mengimplementasikan keputusan atau tindakan, dan juga untuk
mengevaluasinya. Untuk itu kemanfaatnya sangat tergantung pada pemimpin dan itu
akan berpengaruh terhadap pengikut, ada tiga jenis kekuasaan dilihat dari sisi
kemanfaatanya, khususnya dari sisi pengikut.
Kekuasaan Memaksa, kekuasaan ini dilaksanakan pemimpin dengan cara menakut-nakuti pengikut agar mengikuti kehendak pemimpin. Pemimpin dalam hal ini memberikan tekanan untuk menimbulkan rasa takut pada diri pengikut bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa mereka atau bahwa sesuatu yang baik akan diambil dari pengikut oleh pemimpin, apabila mereka tidak mematuhi pemimpin. Maka karena ketakutan akan akibat yang mungkin timbul, mereka tunduk dan mengikuti arus atau dengan memberikan kesetiaan sekedar basa-basi (semu), setidaknya pada awalnya. Namun komitmen mereka dangkal dan cepat berubah jika tidak ada yang mengawasi. Dan kondisi ini jika terus berlanjut pengikut cenderung memberikan kegiatan perlawanan yang dapat berwujud sabotase atau pengrusakan, jika ancaman sudah tidak ada lagi.
Kekuasaan Manfaat, kekuasaan ini dilaksanakan pemimpin dengan cara memberikan keuntungan pada pengkut. Pengikut mengikuti pemimpin karena alasan keuntungan yang akan diperoleh apabila mereka mengikuti pemimpin. Kekuasaan dalam hubungan ini berdasarkan pada pertukaran barang dan jasa. Para pengikut mempunyai sesuatu yang dibutuhkan oleh pemimpin seperti waktu, uang, tenaga, keterampilan pribadi, minat, bakat, dukungan dan lain sebagainya, dan sebaliknya pemimpin mempunyai sesuatu yangdibutuhkan oleh pengikut seperti informasi, uang, promosi, ajakan bergabung, kemitraan, rasa aman, kesempatan dan lain sebagainya. Para pengikut berperilaku dengan keyakinan bahwa pemimpin dapat dan akan melakukan sesuatu bagi mereka apabila mereka tetap memenuhi kewajibannya dengan melakukan sesuatu bagi pemimpin.
Ø
Kekuasaan Yang Berprinsip, kekuasaan ini dilakukan
pemimpin untuk menggerakkan pengikut dan pengikut mengikuti dan patuh pada
pemimpin karena mereka percaya bahwa pemimpin dipercaya akan memberikan apa
yang diinginkan/dicoba untuk diraih. Pemimpin diikuti karena pengikut memang
ingin mengikuti, mau percaya terhadap perjuangan pemimpin, untuk itu pengikut
mau melakukan apa yang diinginkan oleh pemimpin untuk dilaksanakan. Hal ini
buka kesetiaan atau kepatuhan yang tanpa alasan, tetapi merupakan komitmen yang
disadari, dan dengan sepenuh hati, serta bebas.
Banyak orang atau pengikut
telah pernah mengalami kekuasaan seperti ini suatu saat dalam hidup mereka,
dalam hubungan mereka dengan seorang guru, majikan, anggota keluarga, atau
teman yang telah mempengaruhi hidup mereka secara mendalam dan signifikan.
Mungkin pula seseorang itu adalah orang yang member mereka kesempatan untuk
berhasil atau berprestasi, atau memberi mereka semangat saat semuanya
nampak suram, atau orang yang kebetulan hadir pada saat dibutuhkan. Apapun yang
pengikut lakukan, mereka melakukannya karena percaya pad pemimpin, dan pemimpin
membalasnya dengan rasa hormat, kesetiaan, komitmen, dan kerelaan untuk
mengikuti, hamper tanpa syarat atau batasan (Covey, 1997:119, alih bahasa:
Sanjaya).
Masing-masing kekuasaan ini
mempunyai landasan yang berbeda, dan masing-masing menimbulkan hasil yang
berbeda.
Kekuasaan yang dilaksanakan
dengan cara pakasaan ini akan menimbulkan rasa takut baik pada diri
pengikut maupun pada diri pemimpin. Biasanya penggunaan kekuasaan ini
dilaksanakan untuk mengatasi ancaman yang lebih besar terhadap pemimpin.
Efektifitasnya hanya sesaat dan hanya sementara. Pengikut tidak akan taat atau
patuh lagi jika pemimpin atau wakil pemimpin dan sistem pengawasan itu tidak
ada, dalam jangka panjang justru akan menimbulkan sikap perlawanan dari
pengikut. Kekuasaan jenis ini juga memberikan beban psikologis dan emosi baik
kepada pemimpin maupun pada para pengikut. Penggunaan kekuasaan memaksa ini
akan mendorong timbulnya kecurigaan, tipu daya, ketidakjujuran, dan dalam
jangka panjang akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam.
Adapun penggunaan kekuasaan
yang memeberikan manfaat, itu pelaksanaannya berdasarkan pada rasa kebersamaan
dan keadilan. Selama para pengikut bahwa mereka menerima sewajarnya untuk apa
yang mereka berikan, hubungan akan berlanjut. Kepatuhan berdasarkan
peyelenggaraan kekuasaan jenis ini cenderung Nampak seperti pengaruh dari pada
pengawasan. Kekuatan pengikut dihargai dan diperhatikan, namum sebenarnya
ini merupakan seseatu yang harus dipahami oleh pengikut karena ada
konsekwensinya. Pemimpin diikuti karena fungsinya. Mengikutinya memberi mereka
akses pada apa yang diawasi oleh pemimpin, melalui jabatan, keahlian, karisma.
Hakekat mengikuti berdasarkan penggunaan kekuasaan jenis ini masih bersifat
reaktif tetapi positif. Kekuasaan berdasarkan manfaat ini segi positifnya
adalah mencerminkan adanya kemauan untuk mempertahankan hubungan, bisnis,
maupun pribadi, selama masing-masing pihak diuntungkan. Tetapi sebaliknya jika
salah satu pihak merasa hubungan ini sudah tidak menguntungkan lagi maka
hubungan yang semalama ini sudah baik antara pemimpin dan pengikut dapat
bubar di tengah jalan.
Sedangkan penggunaan kekuasaan
yang berprinsip itu realnya jarang ditemui penggunaannya baik di organisasi
pemerintahan maupun organisasi bisnis. Penggunaan kekuasaan jenis ini merupakan
pertanda adanya kualitas, kehormatan, dan kesempurnaan dari hubungan antara
pemimpin dan pengikut. Kekuasaan disini berdasarkan pada rasa hormat,
pemimpin menghormati pengikut dan pengikut memilih untuk memberi kontribusi
dikarenakan pemimpin itu dihormati. Ciri utama kekuasaan yang berprinsip
adalah pengaruh yang proaktif dan berkelanjutan. Kekuasaan ini dapat berlanjut
karena tidak tergantung pada apakah sesuatu yang diinginkan atau tidak
diinginkan itu dirasakan oleh pengikut. Jadi proaktif disini adalah dengan
terus menerus membuat pilihan berdasarkan pada nilai-nilai yang dipegang teguh.
Kekuasaan yang berprinsip tercipta apabila nilai-nilai para pengikut
berhimpitan dengan nilai-nilai pemimpin. Kekuasaan berprinsip itu tidak dapat
dipaksakan. Kekuasaan ini hadir karena tujuan pribadi pemimpin maupun pengikut
tercakup dalam tujuan yang lebih besar. Kekuasaan yang berprinsip terjadi
apabila hal yang diperjuangkan,maksud atau tujuan diyakini dengan kuat
oleh para pengikut dan pemimpin. Pemimpin dapat membina kekuasaan yang
berprinsip dalam hubungan mereka dengan pengikut oleh karena mereka mempunyai
tujuan dan visi, karakter, sifat dasar dan apa yang mereka bawa.
Etika terutama berdasarkan
suatu komitmen untuk melakukan hal-hal yang benar dan kekuasaan yang sah
menimbulkan kesediaan untuk mengambil resiko dalam melakukan hal-hal yang
benar, karena hal-hal ini dihargai dan dicontohkan oleh pemimpin dan sesuai
dengan visi yang dijelaskan oleh pemimpin.
Terdapat sepuluh hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kehormatan dan kekuasaan pemimpin atas orang lain:
Ø
PERSUASI, menggerakkan orang lain dengan memberikan
alasan yang kuat dan masuk akal, sambil tetap mempertahankan rasa hormat
terhadap ide dan perspektif para pengikut, dan terus membina komunikasi yang
baik sampai tujuan tercapai.
Ø
KESABARAN, walaupun terdapat kegagalan, kekurangan,
dan ketidaknyamanan tetap sabar dan memperjuangkan pencapaian tujuan dengan
konsisten dan dengan komitmen yang tinggi meskipun ada rintangan dan penolakan
jangka pendek.
KELEMBUTAN, tidak dengan kekerasan atau paksaan dalam
menangani ungkapan-ungkapan kekecewaan dan keterbukaan, serta perasaan
pengikut.
KESEDIAAN UNTUK DIAJAR, tidak semua pekerjaan dan masalah dapat ditangani secara sendirian oleh pemimpin, oleh karena itu pemimpin harus bersedia menerima pandangan, penilaian, dan pengalaman lain dari para pengikut.
KESEDIAAN UNTUK DIAJAR, tidak semua pekerjaan dan masalah dapat ditangani secara sendirian oleh pemimpin, oleh karena itu pemimpin harus bersedia menerima pandangan, penilaian, dan pengalaman lain dari para pengikut.
MENERIMA, menunda hal-hal yang ingin dilakukan dengan
jalan memberi kesempatan pada pengikut untuk memberikan masukan, yang
nantinya diagendakan untuk ditindak lanjuti.
f.
BAIK HATI, peka, penuh perhatian, bijaksana mengingat hal-hal kecil dalam
hubungan-hubungan dengan sesame.
KETERBUKAAN, mendapatkan informasi dan perspektif yang
akurat mengenai potensi para pengikut sambil tetap menghargai apa yang dimiliki
pengikut sekarang, memberikan pertimbangan penuh niat, keinginan, nilai dan
tujuan-tujuan mereka dalam arti bersedia menerima pengikut apa adanya sambil
memberikan arahan-arahan untuk peningkatan kemampuannya.
KONFRONTASI KEPRIHATINAN, mengkui kekeliruan,
kesalahan dan kebutuhan para pengikut untuk melakukan koreksi arah dalam
suasana ketulusan perhatian, kepentingan dan keakraban, menjadikan rasa aman
bagi para pengikut untukmengambil resiko.
KONSISTEN, gaya kepemimpinan adalah seperangkat nilai,
suatu aturan pribadi, penjabaran karakter, dan suatu rekleksi dari diri
pemimpin, yang tidak berubah dalam menghadapi kesulitan, krisis, dan tantangan.
INTEGRITAS,
dengan jujur memadukan perkataan, perasaan dengan pikiran dan tindakan, demi
kebaikan orang lain, tanpa kecurangan, keinginan untukmenipu, mengambil
keuntungan, menyiasati atau mengawasi, terus menerus meninjau kembali niat
dalam berjuang untuk memperoleh keserasian.
Pilihan terhadap penggunaan
kekuasaan oleh pemimpintahan dalam hal ini akan tetap dipengaruhi oleh
variabel-variabel pemimpin itu sendiri, situasi dan kondisi, serta pengikut. Kapan
kekuasaan memaksa harus digunakan, kapan kekuasaan manfaat harus digunakan dan
kekuasaan yang berprinsip itu digunakan sangat tergantung pada ketiga variabel
dimaksud. Bahkan seringkali dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan ketiga
jenis kekuasaan tersebut digunakan semuanya, yang penerapannya tergantung
situasi dan kondisi serta permasalahan pemerintahan yang ada. Akan tetapi
menurut teori ini dan ditinjau dari sudut etika kepemimpinan pemerintahan, maka
kepemimpinan yang berprinsip lah yang menjadikan hubungan antara pemimpin dan
pengikut lebih langgeng dan lebih kondusif dalam menumbuhkan rasa
kebersamaan dalam kerangka pencapaian tujuan organisasi pemerintahan.
Penggunaan kekuasaan itu, pada
intinya untuk melaksanakan kegiatan atau program dari pemimpin, atas dasar itu
sentral penyelenggaraan program dan tindakan dalam organisasi pemerintahan itu
tetap ada pada pemimpin pemerintahan. Oleh karena itu jenis kekuasaan apapun
yang dipilih oleh pemimpin pemerintahan, yang jelas setiap pemimpin pemerintahan,
dituntut untuk berpikir dan berbuat lebih dari orang-orang yang dipimpin. Hal
itu bukan karena pemimpin memiliki jabatan, posisi, kekuasaan, tetapi karena
keterpanggilan nurani, sebagai bagian yang menyatu dengan komunitas yang
dipimpin.
Setiap pemimpin pemerintahan
harus menyadari, bahwa totalitas tugas dan tanggung jawabnya merupakan bagian
dari usaha untuk menjaga konsitensitas dan kontinyuitas dalam hal:
a). semangat kerja;
b). semangat mengabdi;
c). semangat berkarya;
d). semangat berkreasi;
e). semangat melayani;
f). semangat untuk terus melakukan perubahan;
2.8
Pemerintahan Indonesia
Sebelum Kemerdekaan
Di masa penjajaha/sebelum merdeka, perlawanan
bagsa Indonesia selalu gagal meskipun berkali-kali melakukan perlawanan. Hal
yang menyebabkan gagalnya usaha Idonesia adalah pemimpin peperangan bergerak
sendiri-sendiri, tidak bersatu dengan pemimpin dari berbagai kerajaan. Pemimpin
lebih suka bergerak sendiri dan atas nama daerahnya. Kebanyakan pemimpin
kerajaan mudah diadu domba satu sama lain.
setelah merdeka
Masa Pemerintahan Presiden Soekarno
Dalam kepemimpinannya, Indonesia telah
beberapa kali terjadi perubahan konstituante. Sistem pemerintahan juga
berubah-ubah. Demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dicoba tapi semua gagal.
Bahkan Pacasila sebagai dasar negara diringkas menjadi Tri Sila, dan akhirnya
menjadi Eka Sila. Ada semboyan yang digembar-gemborkan masa itu untuk
menggantikan pancasila yaitu Nasakom (nasioal, agama, komunis). Campur tangan
Belanda masih sangat kental. Pada masa ini banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Presiden. Presiden Soekarno
cenderung ke komunis yang akhirnya menyebabkan pergolakan besar di negeri ini.
Puncaknya adalah pemberontakan G30 SPKI.
Presiden Soeharto
Soeharto berkuasa di Indonesia selama 32
tahun. Gaya kepemimpinan beliau dianggap otokratis karena selama kepemimpiannya
banyak sekali manipulasi, pengebirian DPR, korupsi dan semua perintah dan
keinginannya selalu terpenuhi. Semua elemen dan lembaga negara tunduk dibawah kekuasaan
beliau. Tidak ada yang berani mengkritik atau melawan karena bisa dihukum. Pada
tiga dasawarsa, pembangunan yang dirancang beliau dinilai berhasil namun ada
sebagian pihak yang mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu bersifat semu
dan kamuflase. Di dua tahun akhir kepemimpinannya mulai terjadi pergolakan yang
menuntut beliau mundur. Akhirnya Soeharto berhasil dilengserkan pada tanggal
Mei 1998.
Presiden Habibie
Habibie menjadi presiden menggantikan
Soeharto yang mengundurkan diri. Namun di masa kepemimpinan beliau, belum mampu
membawa perubahan ke arah lebih baik. Pemerintahan Habibie memang tidak sama
dengan Soeharto. Akan tetapi beliau mengucapkan bahwa beliau merupakan murid
Soeharto. Karena ucapan tersebut, timbul pergolakan yang mengakibatkan Habibie
tidak lama memerintah Indonesia
Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan susilo Bambang Yudhoyono
Ketiga tokoh itu adalah pemimpin yang
mengemban tugas untuk meneruskan cita-cita reformasi. Masing-masing pemimpin
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi ketiga pemimpin
tersebut belum mampu mewujudkan cita-cita reformasi. Bahkan pada masa Megawati
Soekarno Putri, Indonesia kehilangan dua pulau yang berharga bagi Indonesia
yaitu Sipadan dan Ligitan. Susilo Bambang Yudhoyono dipandang juga belum mampu
mengubah kondisi bangsa Indonesia yang sudah terpuruk ini. Beliau dipandang
tidak kompak dengan wakilnya Jusuf Kalla. Bahkan kepemimpinan beliau amat
bertolak belakang dengan wakilnya tersebut. SBY dipandang cukup hati-hati dalam
memutuskan sesuatu, bertele-tele, kurang tegas dan greget. Sedangkan Jussuf
Kalla tegas, langsung ke tujuan tanpa basa-basi, cepat mengambil keputusan dan
tegas. Ini dikarenakan SBY berasal dari suku Jawa sedangkan Jussuf Kalla
berasal dari Makassar dimana orang-orangnya terkenal tegas.
2.9
Perbandingan Kepemimpinan Pemerintahan Di Luar Negeri
Kepemimpinan Pemerintahan Di Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara federal, maka
sistem pemeritahan daerahnya berbetuk negara bagian yang terpisah sama sekali
dengan negara induknya bahkan di negara bagian mempunyai undang-undang sendiri.
Kebebasan mausia sangat dijunjung tinggi. Di amerika sudah tidak kaget lagi
ditemukan kasus perkosaan, pencabulan, seks bebas, judi, homosex, dekadensi
moral dan lain-lain. Itu semua sudah menjadi rahasia umum karena di negeri ini
kebebasan adalah yang utama.
Kepemimpinan Pemerintahan Di Jepang
politik kepemimpian pemerintahan Jepang tidak
membicarakan perseorangan tetapi tim kerja. Bangsa Jepang sangat membanggakan
groupnya, alamamaternya, bahkan negaranya. Begitu cintanya bangsa Jepang
terhadap negerinya, maka siapa saja yang bersalah dituntut untuk bunuh diri.
Jadi bila seorang pemimpin di Jepang bersalah, maka secara sadar yang
bersangkutan mengundurkan diri secara sportif.
Kepemimpinan Di Arab Saudi
politik Arab Saudi memperlihatkan bahwa
kekuasaan masih akan sulit bergeser/pindah dari keluarga Ibnu Saud/keluarga
kerajaan walaupun mereka saling membunuh. Tetapi bagaimanapun perilaku pimpinan
pemerintahan negeri ini, pemimpin bisa berlaku adil dan umat islam di seluruh
dunia selalu merindukan untuk mengunjungi negeri ini. Di negara ini tidak ada
partai oposisi. Peradilan tertinggi dipegang oleh Mahkamah Banding yang sumber
hukumnya berasal dari Al Qur’an. Hukum disini sangat dijunjung tinggi dan
selalu ditegakkan
Bab III
Penutup
3.1 kesimpulan
Kepemimpinan pemerintahan bukanlah urusan kompetensi
dan kewenangan semata, tetapi merupakan sumber aktivitas kelompok yang prima.
Jika seorang pemimpin tahu bagaimana memasuki suatu masalah, maka ia pun harus
menemukan strategi untuk keluar dari masalah itu, sesempit apapun jalan
keluarnya. Kepemimpinan pemerintahan bukan hadir untuk membetangkan beban
kepada yang dipimpinnya, tetapi hadir di tengah-tengah masyarakat untuk membawa
harapan, kesejahteraan, rasa aman dan penghargaan. Kondisi saat ini telah
mengalami perubahan jika dibandingkan sebelumnya, pemimpin pemerintahan tidak
lagi merupakan sosok yang hanya dapat member perintah saja, tetapi mereka
dituntut untuk tanpil sebagai pemeberi suri teladan, menjadi panutan dan
pemberi arah, menjadi fasilitator, sebagai mitra kerja, sebagai penanggung
resiko yang mempunyai visi untuk mendorong organisasi dan orang-orang yang
dipimpinnya berkembang, belajar, serta mampu mengembangkan seluruh potensi
dirinya secara optimal.
3.2 Saran-saran
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Daftar
Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar