Ayah Aku Capek | Cerita Tentang Kesabaran



“Ayah, ayah” kata Sang Anak
“Ada apa?” tanya Sang Ayah
“Aku capek, sangat capek. Aku capek
karena aku belajar mati matian untuk
mendapat nilai bagus sedang temanku
bisa dapat nilai bagus dengan
menyontek, aku mau menyontek saja!
aku capek, sangat capek.

Aku capek karena aku harus terus
membantu ibu membersihkan rumah,
sedang temanku punya pembantu,
aku ingin kita punya pembantu saja!
Aku capek, sangat capek.

Aku capek karena aku harus
menabung, sedang temanku bisa terus
jajan tanpa harus menabung, aku
ingin jajan terus!

Aku capek karena aku harus menjaga
lisanku untuk tidak menyakiti, sedang
temanku enak saja berbicara sampai
aku sakit hati.

Aku capek karena aku harus menjaga
sikapku untuk menghormati teman-
temanku, sedangkan teman-temanku
seenaknya saja bersikap kepada ku.

Aku capek Ayah, aku capek menahan
diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka
terlihat senang, aku ingin bersikap
seperti mereka ayah ! ..” sang anak
mulai menangis.

Kemudian sang Ayah hanya
tersenyum dan mengelus kepala
anaknya sambil berkata ”Anakku ayo
ikut Ayah, Ayah akan menunjukkan
sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah
menarik tangan sang anak.

Kemudian mereka menyusuri sebuah
jalan yang sangat jelek, banyak duri,
serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu
sang anak pun mulai mengeluh ” ayah
mau kemana kita?? aku tidak suka
jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor,
kakiku luka karena tertusuk duri.
badanku dikelilingi oleh serangga,
berjalanpun susah krn ada banyak
ilalang… aku benci jalan ini ayah” sang
ayah hanya diam

Sampai akhirnya mereka sampai pada
sebuah telaga yang sangat indah,
airnya sangat segar, ada banyak kupu-
kupu, bunga-bunga yang cantik, dan
pepohonan yang rindang.

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku
suka! aku suka tempat ini!” sang ayah
hanya diam dan kemudian duduk di
bawah pohon yang rindang beralaskan
rerumputan hijau.

“Kemarilah anakku, ayo duduk di
samping ayah” ujar sang ayah, lalu
sang anak pun ikut duduk di samping
ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di
sini begitu sepi? Padahal tempat ini
begitu indah…”
” Tidak tahu ayah, memangnya
kenapa?”
” Itu karena orang-orang tidak mau
menyusuri jalan yang jelek tadi,
padahal mereka tahu ada telaga di sini,
tetapi mereka tidak bisa bersabar
dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar
ya Yah? Alhamdulillah”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam
belajar, butuh kesabaran dalam
bersikap baik, butuh kesabaran dalam
kujujuran, butuh kesabaran dalam
setiap kebaikan agar kita mendapat
kemenangan, seperti jalan yang tadi.

Bukankah kau harus sabar saat ada
duri melukai kakimu, kau harus sabar
saat lumpur mengotori sepatumu, kau
harus sabar melawati ilalang dan kau
pun harus sabar saat dikelilingi
serangga, dan akhirnya semuanya
terbayar kan? Ada telaga yang sangat
indah. Seandainya kau tidak sabar, apa
yang kau dapat? Kau tidak akan
mendapat apa apa anakku, oleh
karena itu bersabarlah anakku.

Tapi ayah, tidak mudah untuk
bersabar ”
” Ayah tau, oleh karena itu ada ayah
yang menggenggam tanganmu agar
kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada
ayah dan ibu yang akan terus berada
di sampingmu agar saat kau jatuh,
kami bisa mengangkatmu. Tapi,
ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak
selamanya bisa mengangkatmu saat
kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus
bisa berdiri sendiri. Maka jangan
pernah kau gantungkan hidupmu pada
orang lain,jadilah dirimu sendiri,
jadilah seorang muslim yang kuat,
yang tetap tabah dan istiqomah
karena tahu ada Allah di sampingnya.
Maka kau akan dapati dirimu tetap
berjalan menyusuri kehidupan saat
yang lain memutuskan untuk berhenti
dan pulang. Maka kau tau akhirnya
kan?”

Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat
surga yang indah yang lebih indah dari
telaga ini. Sekarang aku mengerti.
Terima kasih ayah , aku akan tegar
saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil

menatap wajah anak kesayangannya.

Makalah MSDM Di PT ASA (Adi Satria Abadi)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang MSDM

Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.  Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.
Merekrut tenaga tingkat manajerial merupakan aktivitas yang tidak murah. Tak jarang perusahaan harus menggunakan konsultan tenaga kerja dari luar untuk melaksanakan rekrutmen dan seleksi calon pegawai yang cocok. Cara yang lebih jitu lagi meojaring calon yang tepat adalah secara aktif mencari di dalam kalangan industri dan bila perlu membajaknya dari perusahaan lain (”headhunting” dan “hijacking”). Semua, tentu, dengan biaya yang tidak sedikit bagi perusahaan yang membutuhkan tenaga manajer tersebut.
Usaha yang kompleks dan tidak murah ini belum juga menjamin kesesuaian antara calon pegawai dengan jabatan yang bakal diisinya. Ketidak cocokan bisa karena ternyata si calon itu tidak memenuhi sejumlah syarat kerja, atau malah si calon itu sendiri yang — setelah ia tahu lebih banyak mengenai pekerjaannya — merasa kurang pas dengan kedudukan barunya.
Bila ini keadaannya, maka dapat diperkirakan bahwa cepat atau lambat si pegawai itu akan “mental” atau hengkang dari tempat kerja. Hal yang amat merugikan perusahaan sekiranya pegawai tersebut sebenarnya termasuk pekerja yang baik dan penuh potensi.
Membuat Betah Gaji tinggi, fasilitas lengkap, sertajabatan/ke-dudukan yang jelas tak selalu menjamin betahnya seorang pegawai, apalagi untuk tingkat manajerial ke atas. Sebagai orang baru, hal-hal itu tentu menjadi pertimbangan, namun, selang beberapa waktu, tentu ada hal-hal lain yang bakal dicarinya.
Upaya untuk membuat pegawai baru betah, apalagi bila diketahui ia tipe yang penuh inisiatif, eneriik, dan ogah rutinitas, harusnya dimulai sejak awal, kala ia baru masuk. Pada bulan pertama diperkenalkan kepada lingkungan kerjanya serta tugas-tugasnya secara spesifik. Bersamaan dengan itu pula sang pegawai baru di-expose pada budaya perusahaan, yakni pola perilaku segenap warga perusahaan yang mencerminkan sistem nilai yang dianut perusahaan.
Untuk para manajer baru yang tugasnya ber-hubungan dengan banyak unit lain dalam perusahaan, maka ada baiknya ia pun mengenali fungsi dan tugas unit-unit itu. Beberapa perusahaan besar bahkan mengharuskan para manajer tersebut untuk mengikuti hands-on training di beberapa unit yang relevan. Ini pengalaman yang penting mengingat bahwa dalam tugasnya kelak sang manajer bakal berhubungan banyak dengan unit-unit tersebut sehingga perlu memahami pola kerjanya sedetail mungkin.
Dalam proses ini, yang bisa saja berlangsung sampai setahun, trainee yang bakal menduduki jabatan eselon manajemen ini berinteraksi dengan banyak pihak ; dengan kalangan pelaksana, penyelia, manajer, dan tak jarang pula dengan pimpinan perusahaan. Kerapkali momen sosialisasi seperti ini menjadi faktoryang turut mendu-kung kemajuan karir trainee tersebut.
Selain itu, pelatihan dalam bidang organisasi, komunikasi, maupun bidang-bidang lain yang menunjang ketrampilan manajemen, merupakan masukan berharga bagi calon manajer. Apa¬lagi bila materi pelatihan disajikan oleh praktisi-praktisi yang mengenai betul kondisi dan iklim kerja di perusahaan. Memang, sekali lagi, ini bentuk perhatian pada calon-calon manajer yang harganya tentu mahal.
Tetapi ini harus dipandang sebagai investasi perusahaan untuk memiliki jajaran manajer yang trampil, mampu, dan punya wawasan yang sejalan dengan cita-cita dan falsafah perusahaan. Dari sudut si calon manajer sendiri, ini merupakan perlakuan yang tentunya memperkaya pengetahuan dan kemampuan individualnya, yang pada gilirannya bisa berperan besar dalam menumbuhkan loyalitasnya pada perusahaan.
Ibarat bayi yang baru lahir dan memasuki dunia baru, maka enam bulan pertama seorang pegawai baru adalah masa-masa kritis yang menentukan sikap dan pandangannya terhadap perusahaan maupun pekerjaannya.
Betah dan Berprestasi Bagi pegawai baru yang dipersiapkan untuk menduduki jabatan manajerial, tentunya ada harapan bahwa ia diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Percuma mereka sekolah tinggi-tinggi (seringkali sampai tingkat MBA) bila kesempatan itu tak kunjung tiba. Oleh karena itu, suatu kesalahan besar bila pada saat ia masuk ia langsung diantar ke meja atau ruangannya, lantas didiamkan. Perusahaan mungkin menganggap bahwa pasti pegawai baru itu akan segera bersibuk diri dalam pekerjaan. Dugaan yang cenderung meleset karena siapa pun juga dan sehebat apa pun orangnya butuh tuntunan dalam orientasi pekerjaan. Lantas ia butuh kesempatan untuk mempraktekkan sega-la pengetahuan sekolahnya secara konkrit di tempat kerja.
Hal lain yang dapat membuat “orang baru” dalam perusahaan semakin betah adalah apabila dalam bulan-bulan pertama ia sudah dilibatkan dalam beberapa persoalan perusahaan yang cukup penting. Ini kesempatan pula baginya untuk menyumbangkan pikirannya dalam rangka pemecahan masalah. Syukur-syukur bila sumbang sarannya benar-benar diperhatikan dan — kalau memang itu usul yang pantas — diterapkan. Secara psikologis hal ini dapat diterangkan sebagai proses daur pengalaman yang menguatkan perilaku tertentu yang dikehendaki. Dalam proses seperti ini, urutan-urutan kejadian adalah sebagai berikut:
Ø   ada pegawai baru dalam perusahaan,
Ø   sebagai orang baru ia akan mengacu pada atasannya dalam perusahaan,
Ø   bila atasan atau pimpinan perusahaan itu memberi kesempatan padanya untuk berpe-ran aktif dalam suatu pemecahan persoalan, maka,
Ø   pegawai baru tersebut akan memperoleh rasa puas yang sifatnya menguatkan keputusan-nya semula untuk masuk dalam perusahaan.
Untuk menciptakan kondisi kerja seperti itu, maka perusahaan sebenarnya dapat merancangnya sejak awal. Selain tugas-tugas yang relatif rutin yang dibebankan pada manajer baru tersebut, maka dapat pula disisipkan beberapa tugas lain yang sifatnya khusus. Misalnya, ia si manajer baru dapat dimasukkan ke dalam sua¬tu tim yang menangani proyek tertentu. Tentunya tugas-tugas khusus yang diberikan itu harus sesuai dengan bidang keahliannya. Selain itu, tingkat kesulitan yang dihadapi dalam tugasnya hendaknya proporsional dengan statusnya seba¬gai orang baru. Jangan sampai orang baru ini mendapat “daging yang terlalu besar dan alot baginya untuk dikunyah”.
Banyak pula perusahaan yang menggunakan sistem mentor dalam program orientasi tenaga manajerial baru. Yang biasa dikaryakan untuk tugas mentor ini adalah para eksekutif senior.
Cara ini memungkinkan manajer baru untuk lebih cepat mengenal medan. la pun akan menyerap informasi-informasi (dan “trick-trick”) dalam tugasnya yang mungkin tak bisa diperoleh melalui pola orientasi lain. Mentor akan memberi tahu titik-titik bahaya yang perlu dihindari, kesempatan-kesempatan mana yang bakal muncul dan dimanfaatkan, serta 100 hal-hal lain (kecil maupun besar) yang bisa membuat manajer baru lebih efektif lebih cepat.
Yang penting, si mentor memberi informasi tidak berdasarkan kerangka teoritis belaka tetapi sudah dicampurnya dengan unsur pengalaman dan kebijaksanaan yang diperoleh melalui proses kerja bertahun-tahun.
Tentunya perusahaan harus selektif dalam memilih mentor. Gunakan eksekutif-eksekutif atau tenaga senior lainnya yang benar-benar kompeten dan punya keinginan untuk membimbing tunas baru. Ini penting karena yang ditangani adalah kader-kader calon penerus perusahaan. Sikap dan cara kerja yang akan tumbuh pada mereka bisa banyak ditentukan oleh pengalaman dini yang dilewati semasa di bawah pengawasan dan bimbingan mentor.
Penting pula bagi manajer baru yang sedang dalam masa orientasi seperti di atas untuk memperoleh umpan balik yang cukup. Performance appraisal (penilaian karya) terhadap aktivitas kerjanya tiap 3 bulan selama satu atau dua tahun dinilai banyak ahli perusahaan sebagai tidak berlebihan. Tak perlu terlalu repot melaksanakan ini, cukup satu session tatap muka untuk mengutarakan apa yang telah dilakukan selama ini, mana yang dianggap benar atau efektif, mana yang kurang tepat, dan kira-kira apa yang bakal dihadapinya dalam waktu yang akan datang.
Memang, tampaknya cukup rumit untuk mengurusi orang yang baru memasuki sebuah perusahaan. Tetapi bila ini menyangkut tenaga yang dipandang penting oleh perusahaan (”bintang” begitu), maka mau tak mau upaya ini harus ditelusuri. Betapa tidak. Dalam suasana kompetitif seperti sekarang, Tenaga kerja yang baik pada dasarnya tak bisa dibeli; paling-paling hanya bisa “disewa” beberapa tahun saja. Oleh karena itu penting menumbuhkan rasa betah dan loyal pada dirinya, agar penyewaan terha-dapnya berlangsung terus.

1.2.       Latar Belakang Masalah

Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pelaksanaan organisasi yang efektif. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber daya yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal dan mempunyai kinerja yang optimum kegiatan perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik.
 Ricky W. Griffin (2003:414) semakin pentingnya sumber daya manusia berakar dari meningkatnya kerumitan hukum, kesadaran bahwa sumber daya manusia merupakan alat berharga bagi peningkatan produktivitas dan kesadaran mengenai biaya yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia yang lemah. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Tuntutan perusahaan untuk memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan yang selalu berubah.
Sumber daya manusia merupakan penggerak utama dalam suatu organisasi. Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator, pemberi tenaga, kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi untuk meningkatkan kemampuan perubahan organisasi secara terus-menerus (T. Hani Handoko, 2003:233). Selain itu,manusia juga disebut dengan salah satu unsur pengendali yaitu faktor paling penting dan utama didalam segala bentuk organisasi yang sifatnya sangat komplek sehingga perlu mendapatkan perhatian, penanganan dan perlakuan khusus disamping faktor manfaat yang lain.
Menurut H. Hadari Nawawi (2003:40) sumber daya manusia tersebut diartikan sebagai karyawan pengelola dan pelaksana suatu perusahaan yang dipercaya oleh perusahan dalam melaksanakan tugas kegiatan. Perusahaan mempunyai kesempatan yang baik untuk bertahan dan maju jika mempunyai karyawan yang tepat, sehingga membutuhkan usaha yang terus-menerus untuk mencari, memilih, dan melatih calon atau karyawan. Sebaliknya, karyawan membutuhkan perusahaan sebagai tempat untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Partisipasi karyawan sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk menghadapi perubahan. Sumber daya manusia dalam suatu perusahaan merupakan faktor dominan dalam pencapaian suatu tujuan perusahaan. Melihat pentingnya sumber daya manusia, ada banyak karyawan yang bekerja dengan sungguh-sungguh atau berperilaku baik (etis) dalam suatu perusahaan, tetapi ada juga yang bekerja di luar kontrol sehingga dapat membawa karyawan kearah perilaku yang tidak baik atau perilaku tidak etis. Menurut Ricky W.Griffin dan Ronald J. Ebert (2006:58), 3 perilaku etika (etis) adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik. Perilaku etika dapat dianggap sebagai penentu kualitas individu tersebut.
Norma dan peraturan yang telah ditetapkan dalam suatu perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang berperilaku etis atau tidak etis. Disamping itu, menurut Ricky W. Griffin (2006:58) perilaku tidak etis merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang diterima secara umum. Perilaku tidak etis muncul karena karyawan merasa tidak puas dan kecewa dengan hasil yang di dapat dari perusahaan. Kasus-kasus yang terjadi akibat kekecewaan karyawan, banyak para karyawan melakukan demo penuntutan kenaikan gaji, kasus pencurian sampai korupsi. Seperti halnya pada PT Adi Satria Abadi Yogyakarta, dalam perusahaan ini sering terjadi tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh karyawan yaitu terjadinya pencurian barang hasil produksi. Selain itu, dalam PT Adi Satria Abadi sistem absensi karyawan masih menggunakan kartu hadir. Hal ini dapat mendorong karyawan untuk melakukan kecurangan atas keterlambatan karyawan dengan adanya sistem mesin dengan kartu hadir.
Adanya peningkatan kesadaran perusahaan mengenai pentingnya perilaku etis dan tidak etis, banyak perusahaan telah menekankan kembali perilaku etis pada diri karyawan (Griffin, 2003:105).
Penekanan ini dapat berupa berbagai macam bentuk, tetapi setiap usaha untuk meningkatkan perilaku etis harus dimulai dari manajer puncak, yaitu dengan menciptakan budaya organisasi dan mendefinisikan perilaku mana yang dapat dan tidak dapat diterima. Selain itu, untuk mengatasi perilaku yang tidak etis perlu mengembangkan kode etik (code of ethics) formal pernyataan tertulis dan formal mengenai nilai dan standar etika untuk memandu tindakan perusahaan.
Perilaku tidak etis timbul dalam suatu perusahaan disebabkan oleh lemahnya pengawasan manajemen yang dapat membuka keleluasaan karyawan untuk melakukan tindakaan yang dapat merugikan perusahaan.
Selain itu permasalahan pokok lainnya adalah kurang efektifnya pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada.
Adanya permasalahan ini menunjukkan bahwa masih banyaknya pengendalian intern perusahaan yang masih perlu perbaikan agar pengendalian intern dapat lebih bermanfaat bagi perusahaan untuk mencegah terjadinya tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh para karyawan perusahaan.
Kerugian dari kecurangan yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat mengakibatkan menurunnya nilai perusahaan. Dalam departemen personalia (kepegawaian) harus lebih teliti dan ketat dalam hal penerimaan karyawan baru agar dapat mengurangi tindakan-tindakan yang tidak etis yang dapat dilakukan oleh karyawan.
Demikian juga mengenai ketentuan kesejahteraan sosial para karyawan harus ditetapkan kebijakan terkait 5 dengan sistem dan prosedur yang didukung dengan catatan-catatan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada perusahaan tersebut.
Selain itu, perusahaan harus mempunyai sistem manajemen yang baik dan setiap aktivitas-aktivitas karyawan di dalam perusahaan harus mendapatkan pengawasan yang ketat dari manajer perusahaan. Setiap organisasi juga perlu menelusuri berbagai pengaruh aktivitas atas sumber daya yang berada di bawah pengawasannya. Informasi tentang para pelaku yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas tersebut penting untuk menetapkan tanggung jawab dari tindakan yang diambil. Oleh sebab itu, perusahaan membutuhkan adanya pengendalian intern.
Pengendalian intern adalah proses yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen tentang reliabilitas pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Arens, 2006:412).
Pengendalian intern merupakan faktor yang menentukan dapat dipercaya atau tidaknya laporan yang dihasilkan perusahaan. Akan tetapi, pengendalian intern dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris perusahaan berkaitan dengan pencapai tujuan pengendalian intern. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawahan yang melekat dalam pengendalian intern. Hal ini dapat mencakup keyakinan bahwa manusia dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan dapat salah dan sistem pengendalian intern dapat rusak karena adanya suatu kegagalan yang bersifat manusiawi, seperti kekeliruan dan kesalahan. Disamping itu, pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara dua orang atau lebih dalam manajemen perusahaan yang sengaja mengesampingkan pengendalian intern. Hal ini dapat menunjukkan pentingnya perusahaan untuk menerapkan sistem pengendalian intern untuk mencegah terjadinya pencurian dan tindak kecurangan atau perilaku tidak etis yang dapat merugikan perusahaan, serta penerapan sistem pengendalian intern secara baik yang diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan kinerja karyawan.
Selain pengendalian intern faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etis karyawan adalah kepatuhan. Kepatuhan merupakan suatu spesifikasi, standar atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu (Khristina, 2011). Kepatuhan ini harus ditanamkan dalam diri karyawan terhadap semua peraturan-peraturan atau kode etik yang telah ditetapkan di dalam perusahaan. Hal ini bertujuan agar semua peraturan dan kegiatan yang ada dalam perusahaan dapat dijalankan oleh semua karyawan dan digunakan untuk menilai karyawan apakah karyawan berperilaku sesuai dengan peraturan yang ditetapkan perusahaan atau menilai perilaku etis atau tidaknya karyawan dalam suatu perusahaan.
Selain itu, faktor yang lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku etis karyawan dalam perusahaan yaitu dengan adanya kompensasi manajemen. Kompensasi manajemen adalah berbagai bentuk imbalan yang diberikan organisasi kepada karyawan atas waktu, pikiran dan tenaga yang telah dikontribusikannya kepada organisasi. Kompensasi manajemen merupakan salah satu unsur penting dalam sistem pengendalian manajemen karena sistem kompensasi dapat mempengaruhi anggota organisasi (Abdul Halim, 2003).
Adanya sistem kompensasi dalam perusahaan bertujuan dapat mendorong dan meningkatkan kinerja karyawan, serta memberikan kepuasan terhadap prestasi kerja. Namun ketidaksesuaian pemberian kompensasi yang diberikan oleh karyawan dapat membuat karyawan untuk berperilaku tidak etis dan memicu karyawan untuk melakukan kecurangan.
Adanya kasus tersebut dan pentingnya Pengendalian Intern, Kepatuhan, Kompensasi Manajemen dan Perilaku Etis Karyawan dalam setiap kegiatan perusahaan, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pengendalian Intern, Kepatuhan dan Kompensasi Manajemen Terhadap Perilaku Etis Karyawan” (Studi Kasus PT Adi Satria Abadi Yogyakarta)














BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1         Masalah Yang Terjadi Di PT ASA (Adi Satria Abadi)

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut :
Ø   Kurangnya sistem pengendalian intern yang ada dalam PT Adi Satria Abadi Yogyakarta sehingga dapat memicu karyawan untuk bertindak curang (perilaku tidak etis) dan berdampak dapat merugikan perusahaan.
Ø   Lemahnya sistem pengawasan dari pihak manajemen PT Adi Satria Abadi Yogyakarta dapat mengakibatkan karyawan bertindak tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan (tidak adanya kepatuhan dari karyawan terhadap peraturan perusahaan).
Ø   Ketidaksesuaian pemberian kompensasi manajemen dapat memicu karyawan untuk bertindak curang dan berperilaku tidak etis dalam perusahaan.
Ø   Masih rendahnya kesadaran etika karyawan pada PT Adi Satria Abadi Yogyakarta, sehingga dapat mengakibatkan perilaku karyawan menjadi tidak etis apabila dihadapkan dengan kebutuhan yang mendesak pada diri karyawan.
Ø   Adanya kekecewaan dan ketidakpuasan dari karyawan mengakibatkan karyawan bertindak secara tidak etis (tidak sesuai dengan aturan) dengan melakukan pencurian atau kecurangan yang dilakukan di dalam perusahaan.






BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.       Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department. Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.
Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut para ahli:
Ø   Menurut Melayu SP. Hasibuan.
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Ø    Menurut Henry Simamora
MSDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok bekerja.
MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan karyawan, pengeloaan karir, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus.
Ø   Menurut Achmad S. Rucky
MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis, pendayagunaan, pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal oleh organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Ø   Menurut Mutiara S. Panggabean
MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembngan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari definisi di atas, menurut Mutiara S. Panggabaean bahwa, kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja.
Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja.
Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukan demikian pentingnya manajemen sumber daya manusia di dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.Unsur manajemen (Tool of management), biasa dikenal Market/marketing, (pasar)

3.2.       Model Manajemen Sumber Daya Manusia

Di dalam memahami berbagai permasalahan pada manajelen sumber daya manusia dan sekaligus dapat menentukan cara pemecahannya perlu diketahui lebih dahulu model-model yang digunakan oleh perusahaan kecil tidak bias menerapkan model yang biasa digunakan oleh perusahaan besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam perkembangan model-model ini berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi serta tuntutannya.
Untuk menyusun berbagai aktifitas manajemen sumber daya manusia ada 6 (enam) model manajemen sumber daya manusia yaitu:
1.             Model Klerikal
Dalam model ini fungsi departemen sumber daya manusia yang terutama adalah memperoleh dan memelihara laporan, data, catatan-catatan dan melaksanakan tugas-tugas rutin. Fungsi departemen sumber daya manusia menangani kertas kerja yang dibutuhkan, memenuhi berbagai peraturan dan melaksanakan tugas-tugas kepegawaian rutin.
2.             Model Hukum
Dalam model ini, operasi sumber daya manusia memperoleh kekutannya dari keahlian di bidang hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang yang berawal dari hubungan perburuhan, di masa negosiasi kontrak, pengawasan dan kepatuhan merupakan fungsi pokok disebabkan adanya hubungan yang sering bertentangan antara manajer dengan karyawan.
3.             Model Finansial
Aspek pinansial manajemen sumber daya manusia belakangna ini semakin berkembang karena para manajer semakin sadar akan pengaruh yang besar dari sumber daya manusia ini meliputi biaya kompensasi tidak langsung seperti biaya asuransi kesehatan, pension, asuransi jiwa, liburan dan sebagainya, kebutuhan akan keahlian dalam mengelola bidang yang semakin komplek ini merupakan penyebab utama mengapa para manajer sumber daya manusia semakin meningkat.
4.             Model Manjerial
Model manajerial ini memiliki dua versi yaitu versi pertama manajer sumber daya manusia memahami kerangka acuan kerja manajer lini yang berorientasi pada produktivitas. Versi kedua manajer ini melaksanakan beberpa fungsi sumber daya manusia. Departemen sumber daya manusia melatih manajer lini jdalam keahlian yang diperlukan untuk menangani fungsi-fungsi kunci sumber daya manusia seperti pengangkatan, evaluasi kinerja dan pengembangan. Karena karyawan pada umumnya lebih senang berinteraksi dengan manajer mereka sendiri disbanding dengan pegawai staf, maka beberapa departemen sumber daya manusia dapat menunjukan manajer lini untuk berperan sebagai pelatih dan fsilitator.
5.             Model Humanistik
Ide sentral dalam model ini adalah bahwa, departemen sumber daya manusia dibentuk untuk mengembangkan dan membantu perkembangan nilai dan potensi sumber daya manusia di dalam organisasi. Spesialis sumber daya manusia harus memahami individu karyawan dan membantunya memaksimalkan pengembangan diri dan peningkatan karir.
Model ini menggabarkan tumbuhnya perhatian organisasi terhadap pelatihan dan pengembangan karyawan mereka.
6.             Model Ilmu Perilaku
Model ini menganggap bahwa, ilmu perilaku seperti psikologi dan perilaku organisasi merupakan dasar aktivitas sumber daya manusia. Prinsipnya adlah bahwa sebuah pendekatan sains terhadap perilaku manusia dapa diterpkan pada hampir semua permasalahan sumber daya manusia bidang sumber daya manusias yang didasarkan pada prinsip sains meliputi teknik umpan balik, evaluasi, desain program dan tujuan pelatihan serta manajemen karir.

3.3         Fungsi Manajemen

1.             Perencanaan
Perencanaan adalah usaha sadar dalam pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dilakukan sebelumnya.
2.             Rekrutmen
Menurut Schermerhorn, 1997 Rekrutmen (Recruitment) adalah proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.
3.             Seleksi
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / cv / curriculum vittae milik pelamar.
Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
4.             Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga kerja.(Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003.
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan, Menurut (Hani Handoko:2001:104) pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang.
Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.


5.             Evalauasi Kinerja
Evaluasi sama pentingnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, yaitu perencanaan, pengorganisasian atau pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan pengendalian. Terkadang fungsi monitoring dan fungsi evaluasi, sulit untuk dipisahkan. Penyusunan sistem dalam organisasi dan pembagian tugas, fungsi serta pembagian peran pihak-pihak dalam organisasi, adakalanya tidak perlu dipisah-pisah secara nyata. Fungsi manajemen puncak misalnya, meliputi semua fungsi dari perencanaan sampai pengendalian.
Oleh karena itu, evaluasi sering dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan, atau temu muka, baik secara reguler maupun dalam menghadapi kejadian-kejadian khusus lainnya.
Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri sendiri. Fungsi-fungsi seperti fungsi pemantauan dan pelaporan sangat erat hubungannya dengan fungsi evaluasi. Di samping untuk melengkapi berbagai fungsi di dalam fungsi-fungsi manajemen, evaluasi sangat bermanfaat agar organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali.
6.             Komensasi
Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa( output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip Kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab.
7.             Pengintegrasian
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi da saling menguntungkan.
8.             Pemeliharaan
Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta kerjasama yang panjang.
9.             Pemberhentian
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan pengusaha. Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerjas seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan.

3.4.       4 (Empat) Tujuan Manajemen SDM

a.              Tujuan Sosial
Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar organisasi atau perusahaan bertanggungjawab secara sosial dan etis terhadap keutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya.
b.             Tujuan Organisasional
Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
c.              Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d.             Tujuan Individual
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusahaan yang hendak mencapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.







BAB IV
PEMBAHASAN

4.1         Sistem MSDM Di  PT ASA (Adi Satria Abadi)

Studi menunjukkan bahwa industri yang telah bersertifikasi ISO 9000:2000 telah memiliki Sistem Manajemen Mutu yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya personel yang ditetapkan sebagai Wakil Manajemen yang mempunyai wewenang terhadap Sistem Manajemen Mutu serta adanya kebijakan dan sasaran mutu.
Hal ini tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya komitmen pimpinan yang kuat. Secara umum pihak PT ASA dengan konsisten telah menerapkan aturan-aturan yang ada di dalam manual ISO 9000:2000. Dalam berbagai kunjungan, kami melihat adanya pemisahan ruang kerja antara masing-masing unit kerja.
Dan dalam wawancara yang kami lakukan, setiap pekerja dari tiap-tiap unit kerja memiliki pedoman terstruktur yang berbeda dan disesuaikan untuk tiap unit. Hal ini membuktikan adanya segregasi tugas yang jelas serta adanya peraturan yang komprehensif. Adapun hal yang dirasa kurang adalah kurangnya kesadaran dari pihak pekerja untuk mengenakan perlengkapan kerja seperti sarung tangan dan sepatu guna menghindari bahaya dalam bekerja.
Komitmen pimpinan dan keteraturan Sistem Manajemen Kualitas di atas juga tampak mendasari Program Manajemen Lingkungan PT. ASA. Program Manajemen Lingkungan PT. ASA terlihat baik. Hal ini ditunjukkan dengan:
1.             Adanya poster-poster pencegahan kecelakaan kerja sebagai bentuk peningkatan kesadaran karyawan akan keselamatan kerja.
2.             Adanya keterbukaan untuk memberikan informasi seputar Manajemen Pengolahan Limbahnya kepada instansi lain.
Walaupun demikian terdapat hal yang perlu mendapat peningkatan perhatian dari PT. ASA berkaitan dengan Manajemen Lingkungan, yaitu kesesuaian limbah cair dengan baku mutu limbah sebagaimana ditentukan dalam Keputusan Gubemur 238 Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 281/KPTS/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri di PropinsiDIY. Dalam regulasi tersebut, konsentrasi Krom Total yang diperbolehkan adalah sebesar 0,4 mg/I. Aspek hukum yang menjadi dasar rekomendasi ini adalah Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 03 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair khususnya Pasal 15 yaitu bahwa setiap pemegang izin diwajibkan untuk mentaati baku mutu Iimbah cair sebagaimana ditentukan.
Berdasarkan pengukuran Iimbah cair yang dilepaskan keIingkungan masih di atas baku mutu yang ada. Hal ini lebih disebabkan karena konsentrasi Krom yang digunakan sangat tinggi. Hal ini bisa terlihat dari tingginya kandungan Krom mumi yang telah dipisahkan dari Iimbah cair serta kandungan Krom pada limbah campuran.
Oleh karena itu, meskipun FO instalasi pengoIahan limbah PT. ASA sangat tinggi (30.840), namun belum mampu menurunkan konsentrasi Krom sampai di bawah baku Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-R/STEK ISSN 1410-6086 1996, Quality mutu yang ditetapkan.
Meskipun demikian perbaikan terlihat selalu dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas instalasi pengolahan limbahnya. Kesadaran untuk melakukan perbaikan terus menerus ini juga diyakini sebagai implikasi dari diterimanya sertifikat ISO 9000 oleh PT.ASA. Studi menunjukkan bahwa PT BAS belum memiliki dokumen standar prosedur operasi dan dokumentasi atas operasi bisnisnya.
Alasan ketiadaan dokumentasi mengenai struktur organisasi, visi-misi perusahaan, job description, tata tertib, maupun prosedur-prosedur teknis operasi bisnis adalah kurangnya sumber daya.
Di sisi lain, manajemen belum merasakan kebutuhan atas pendokumentasian sehingga tidak dilakukan perekrutan personel baru yang bertugas khusus di bidang pendokumentasian yang merupakan hal penting dalam ISO 9000. Instalasi pengelolaan limbah yang mampu menghasilkan limbah ramah lingkungan membutuhkan biaya yang besar.
Hal ini menjadi batasan besar bagi perusahaan sehingga instalasi yang ada pada PT BAS kurang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Misalnya kolam aerasi yang tidak maksimal. Selain itu limbah padat yang dihasilkan tidak diolah lebih lanjut melainkan hanya digunakan sebagai bahan perata tanah di pabrik. Namun konsentrasi Krom di sekitar pabrik tidak terdeteksi. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya penggunaan Krom dalam proses produksinya.
PT. BAS Ditinjau dari sisi keselamatan kerja, komitmen pimpinan juga tidak tampak dalam meningkatkan keselamatan kerja karyawan. Sebagian besar karyawan bekerja tidak menggunakan sarung tangan dan masker.
Walaupun perusahaan telah menganjurkan untuk selalu memakai sarung 239 tangan dan masker ketika bekerja namun masih banyak karyawan yang tidak mengindahkan Praturan tersebut.
Sebagian besar karyawan mengeluhkan rasa risih ketika menggunakan sarung tangan sehingga malah dirasa mengurangi produktivitas. Selain latar belakang pendidikan karyawan yang kurang juga belum adanya upaya khusus dari manajemen untuk memberikan penyuluhan mengenai keselamatan kerja. Uraian tadi menggambarkan bahwa dengan tidak dimilikinya sertifikat ISO 9000 oleh PT. BAS menyebabkan tidak adanya komitmen pimpinan terhadap Sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan Kerja.












BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan dan Rekomendasi

Dalam kehidupan sekarang ini mencari manajemen yang cocok dengan sebuah perusahaan memang harus sangat cermat untuk kesetabilan hubungan antara atasan dan bawahan sehingga proses produksi tidak terganggu. seperti halnya yang dilakukan PT ASA, sejauh ini memang perusahaan kulit tersebut sudah memenuhi standar ISO untuk membuat karyawannya nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya akan tetapi dalam lapangan nyatanya masih terdapat beberapa masalah, yakni.
Ø   Kurangnya sistem pengendalian intern yang ada dalam PT Adi Satria Abadi Yogyakarta sehingga dapat memicu karyawan untuk bertindak curang (perilaku tidak etis) dan berdampak dapat merugikan perusahaan.
Ø   Lemahnya sistem pengawasan dari pihak manajemen PT Adi Satria Abadi Yogyakarta dapat mengakibatkan karyawan bertindak tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan (tidak adanya kepatuhan dari karyawan terhadap peraturan perusahaan).
Ø   Ketidaksesuaian pemberian kompensasi manajemen dapat memicu karyawan untuk bertindak curang dan berperilaku tidak etis dalam perusahaan.
Ø   Masih rendahnya kesadaran etika karyawan pada PT Adi Satria Abadi Yogyakarta, sehingga dapat mengakibatkan perilaku karyawan menjadi tidak etis apabila dihadapkan dengan kebutuhan yang mendesak pada diri karyawan.
Ø   Adanya kekecewaan dan ketidakpuasan dari karyawan mengakibatkan karyawan bertindak secara tidak etis (tidak sesuai dengan aturan) dengan melakukan pencurian atau kecurangan yang dilakukan di dalam perusahaan.
Dan untuk menyelesaikan masalah tersebut PT ASA perlu melakukan sidak untuk membenahi manajemen yang kurang terkontrol tersebut.


DAFTAR PUSTAKA