by ugawangsitsiliwangi in Uncategorized Tags: Kian Santang,
Prabu Siliwangi, Prabu Wangi, siliwangi, Uga, Uga Wangsit, Uga Wangsit
Siliwangi, Wangsit Siliwangi
Versi Bahasa Indonesia
Terjemahan bebas Uga Wangsit Siliwangi.
Uga ini isinya mengenai ramalan jalan kehidupan politik dan
pemerintahan negara kita, dimulai dari hilangnya Pajajaran sampai hari ini.
Didalam Uga ini kita semua akan menyaksikan bagaimana keluhuran ilmu Prabu
Siliwangi, Raja Pajajaran, yang telah bisa “melihat ke masa depan” dan
mengetahui mengenai berbagai peristiwa yang akan terjadi terhadap masyarakat
Sunda khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Bagaimana sikap kita, apakah
harus mempercayai Uga ini atau tidak? Mengenai hal ini tergantung kepada
pribadi masing-masing. Tapi yang harus kita pikirkan, Uga ini adalah salah satu
warisan luhur budaya –terutama budaya Sunda– yang sangat berharga dan dapat
dijadikan cermin bahwa kita yang hidup di jaman sekarang sedikitnya harus
mengakui bahwa ilmu leluhur ternyata tidak kalah dengan ilmu modern.
Cerita Pantun Perginya Pajajaran
Pun, sapun kula jurungkeun
Mukakeun turub mandepun
Nyampeur nu dihandeuleumkeun
Teundeun poho nu baréto
Nu mangkuk di saung butut
Ukireun dina lalangit
Tataheun di jero iga!
Prabu Siliwangi berpesan kepada para pengikut Pajajaran yang
ikut mundur pada saat sebelum beliau menghilang. Perjalanan kita hanya sampai
disini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku! Tapi aku tidak boleh
membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ikut merasakan miskin
dan lapar.
(((((Alkisah, Prabu Siliwangi Raja Pajajaran sebelum pergi
undur diri, tapi sebelum mundur, Prabu Siliwangi memberikan amanat kepada para
pengikutnya –balad/pengikut Pajajaran—yang masih setia. Disini Prabu Siliwangi
memperlihatkan tanggung jawab serta kebijaksanaan yang sangat luhur sebagai
seorang Raja, beliau tidak ingin melibatkan dan memaksa para pengikutnya untuk tetap ikut serta mengabdi
mempertahankan Pajajaran, tetapi keadaan rakyat harus sengsara dan kelaparan.
Prabu Siliwangi berkata………)))))
Kalian harus memilih untuk hidup kedepan nanti, agar besok
lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran! Bukan
Pajajaran saat ini, tapi Pajajaran yang baru, yang berdirinya mengikuti perubahan
jaman!
Pilih : aku tidak akan melarang. Sebab untukku, tidak pantas
jadi raja kalau rakyatnya lapar dan sengsara.
Dengarkan!
Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke
selatan!
Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat
memisahkan diri ke utara!
Yang ingin berbakti kepada yang sedang berkuasa, cepat
memisahkan diri ke timur!
Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke
barat!
(((((Prabu Siliwangi memberikan pedoman kepada semua
pengikutnya untuk memilih jalan kehidupan setelah Pajajaran menghilang. Prabu
Siliwangi memberi petunjuk kepada pengikutnya untuk memilih/memisahkan diri ke
empat arah.
Bagi pengikut yang masih ingin tetap setia, silakan
memisahkan diri ke sebelah selatan. Didalam Uga ini, ada kemungkinan “selatan”
ini diartikan wilayah priangan timur yaitu Ciamis, Tasikmalaya, Garut sebab di
wilayah inilah mulai lahirnya kerajaan Pajajaran yang dimulai di Galuh Ciamis,
kemudian pindah ke Tasikmalaya dan berakhir di Bogor.
Kepada pengikut yang ingin kembali ke kota yang
ditinggalkan, Prabu Siliwangi memerintahkan untuk memisahkan diri ke sebelah
utara. Didalam Uga ini, ada kemungkinan utara tersebut adalah wilayah Bandung,
Bogor dan Sumedang, –di tempat ini kerajaan Pajajaran terakhir berdiri (Bogor)–
dan Sumedang sampai saat ini merupakan wilayah yang masih setia dan memegang
erat budaya leluhur Sunda dalam bentuk seni budaya serta berbagai kearifan
Sunda lainnya yang merupakan peninggalan kerajaan Pajajaran.
Kepada para pengikut yang ingin mengabdi kepada yang sedang
berjaya, Prabu Siliwangi memerintahkan untuk memisahkan diri ke sebelah timur.
“Kepada yang sedang berjaya”, kalimat ini merujuk kepada kerajaan Majapahit di
wilayah Timur yang pada saat itu sedang berjaya dan memerintah seantero
nusantara. Dan sampai saat ini pengikut Majapahit (orang Jawa) masih tetap
berkuasa di Nusantara terutama dalam bidang politik dan pemerintahan, dan
sebagiannya juga ada pengikut Pajajaran yang mengikuti. Malah bagi orang luar
Jawa sering memplesetkan bahwa sebenarnya Indonesia itu tidak ada, yang ada
adalah negara Jawa atau luar jawa yang dijawakan (Jawanisasi) J
Kepada pengikut yang tidak akan memilih kemana-mana, silakan
memisahkan diri ke sebelah barat. Barat disini yaitu wilayah barat Jawa Barat,
utamanya Banten. Pengikut yang tidak memilih kemana-mana akhirnya memisahkan
diri dan bersatu di tempat ini, kemungkinan besar yang dimaksud Prabu Siliwangi
yaitu masyarakat Baduy yang sampai saat ini masih hidup dengan memegang teguh
budaya leluhur, malah agama yang dianut juga masih agama asli Pajajaran yaitu
agama Sunda Wiwitan (agama Sunda yang mula-mula)))))
Dengarkan!
(((((Di bagian ini, Prabu Siliwangi memberikan peringatan
kepada seluruh pengikut Pajajaran))))
Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan
kalian! dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan
orang lain. Tapi kalian harus tahu, nanti mereka akan memerintah dengan
semena-mena. Akan ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!
(((((Peringatan Prabu Siliwangi ini sampai saat ini masih
bisa kita saksikan Yang menjadi pemimpin bagi bangsa kita kebanyakan orang Jawa
: Sukarno, Suharto, Gus Dur, Megawati, SBY semuanya orang timur (Jawa). Adapun
yang memegang kekuasaan di pemerintahan pusat juga kebanyakan orang Jawa. Tapi
sayang pemimpin yang berasal dari timur
(Jawa) ini sering bertindak “keterlaluan/semena-mena” dan jelek di akhir masa
pemerintahannya (suul khotimah), sering dijatuhkan dengan cara yang
menyakitkan; Sukarno, Suharto, Gus Dur, Megawati semuanya jatuh dari tampuk
kekuasaan dengan cara yang mengenaskan. Bagaimana dengan SBY? Kita saksikan
saja! Bangsa ini memang seperti bangsa yang dikutuk, dari sejarah kerajaan pun
bangsa kita sudah seringkali saling bunuh untuk memperebutkan kekuasaan, kita
masih ingat bagaimana Ken Arok yang haus kekuasaan harus membunuh sang empu
yang telah membuatkan keris pusaka untuknya, yang akhirnya membuat Singosari
hancur dan dia sendiri mati. Para pemimpin negara dari wilayah timur ini,
mereka menjadi pemimpin tetapi keadaan rakyat selalu susah dan lapar.)))))
Kalian yang di sebelah barat! Telusuri oleh kalian jejak Ki
Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan menjadi pengingat dan
menyadarkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang
datang sependirian dan semua yang baik hatinya.
Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun
terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian
akan dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan dinanti-nanti,
sebab nanti telaga akan jebol! Silahkan pergi! Tapi ingat jangan menoleh
kebelakang!
(((((Kepada para pengikutnya yang memisahkan diri ke sebelah
barat, sampai saat ini kita dapat mengamati bahwa mereka tidak terbawa oleh
hal-hal yang buruk, mereka tetap teguh dan tidak terbawa arus. Walaupun yang
memerintah negara ini adalah pengikut Prabu Siliwangi yang ikut dengan
kekuasaan timur, mereka tidak pernah benar-benar ditaklukan, mereka dapat
kehidupannya berada dalam ketentraman, jauh dari permusuhan, jadi sangat cocok
apabila jadi pengingat bagi orang lain yang sedang salah jalan.
Sedangkan yang dimaksud dengan “telusuri jejak Ki Santang”,
ini adalah mengenai sejarah Kiansantang, putra mahkota Prabu Siliwangi yang
masuk Islam. Ki Santang dalam hal ini juga dapat ditafsirkan umatnya Rasulullah
SAW melalui jalur Kian Santang yang mengikuti dan menjalankan ajaran Sunan
Kalijaga (Banten) dan Sunan Gunung Jati (Cirebon). Perlu juga diingat bahwa
jalur sejarah Keislamaman di tanah Pasundan tidak bisa dipisahkan dari peran
dua Kesultanan tersebut, yaitu Banten dan Cirebon. Kesultanan Banten memiliki
ciri utama adalah Islam yang dibarengi ilmu kedigjayaan sedangkan Cirebon corak
Keislaman yang disepuh oleh ilmu kebatinan, mirip corak keislaman di timur
(Jawa). Makanya jangan heran, sampai saat ini para pengikut Pajajaran yang ada
di sebelah barat memiliki warisan ilmu yang langka dimiliki oleh para pengikut
di wilayah lain. Cuma mengenai siloka (simbol) “dari gunung halimun………”sampai
sekarang belum dapat diungkapkan maksudnya)))))
Kalian yang di sebelah utara; Dengarkan!
Kota yang kalian datangi sudah tidak ada, yang kalian temui
hanya padang ilalang. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa.
Apabila ada yang memiliki pangkat, akan tinggi pangkatnya, tetapi tidak
mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti keturunan kalian bakal kedatangan tamu.
Banyak tamu yang datang dari jauh, tapi tamu yang susah dan menyusahkan.
Waspadalah!
(((((Perkataan Prabu Siliwangi ini sudah terbukti. Bandung,
Bogor, Sumedang, sampa ke Bekasi, Depok dan Jakarta, tempat para pengikut
Pajajaran di sebelah utara, kini telah menjadi pusat pendidikan Jawa Barat
serta menjadi pusat bisnis dan ibukota negara. Di wilayah ini berdiri berbagai
Universitas/Institut/Sekolah Tinggi tingkat daerah sampai
Nasional/Internasional. Wilayah utara sekarang banyak kedatangan orang lain
(tamu), jutaan mahasiwa dan perantau dari berbagai daerah serta luar pulau
bahkan sampai luar negeri, semuanya menyatu di wilayah ini. Sedangkan para
pengikut Pajajaran dimana? Disadari atau tidak mereka tetap hanya jadi rakyat
biasa, mereka menjadi tuan rumah tapi tidak memiliki apa-apa, hanya bisa menyaksikan
kejadian saja. Mengenai pangkat dan kedudukan para pengikut di sebelah utara
ini? Banyak keturunan Pajajaran –terutama Sumedang—yang memiliki pangkat
tinggi, malah ada yang sampai jadi wakil presiden tetap secara fakta mereka
tidak memiliki kekuasaan, tidak dapat memberi perintah yang dituruti seisi
negara, sebab kekuasaan tetap dipegang oleh orang timur (Jawa))))))
Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada
waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu,
membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus tingkah lakunya. Apabila aku
datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan
datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang memiliki ilmu
yang cukup, yang mengerti tentang keharuman yang sejati juga mempunyai jalan
pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya.
(((((Perkataan Prabu Siliwangi ini memiliki maksud bahwa
Prabu Siliwangi masih tetap akan hidup sampai saat ini tetapi bukan dalam wujud
jasadiah, tapi dalam bentuk tetap lestarinya ilmu Kasundaan warisan dari para
leluhur. Tetapi ilmu yang luhur ini tidak dapat dimiliki sembarang orang,
termasuk pengikut Pajajaran sendiri. Hanya orang yang memiliki hati yang bersih
dan penuh semangat (rancage hatena); memiliki ilmu dan keterampilan yang
mumpuni (dunya dan agama) (weruh disemu); pintar tapi tidak sok pintar apalagi
keblinger; dia mengerti kepada kesejatian ilmu; memiliki tingkat kebijaksanaan
yang tinggi serta memiliki pola pikir yang cerdas dan benar-benar mengerti
terhadap masalah yang ada (surti lanti pikirna), syarat terakhir adalah harus
baik laku lampahnya. Jelas disini, hanya pengikut Pajajaran yang dapat memenuhi
persyaratan tersebut yang akan memiliki kekuatan dan kebijaksanaan seperti
Prabu Siliwangi, jadi roh dan semangat Pajajaran tidak akan turun dan dimiliki
oleh sembarangan orang walaupun dia pengikut Pajajaran, karena tidak semua
pengikut Pajajaran memiliki ciri tersebut. Singkatnya, hanya pengikut Pajajaran
yang telah terbuka hijab (penutup) pikirannya saja yang akan didatangi oleh
Prabu Siliwangi)))))
Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi
ciri dengan wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata.
Hilang kotanya, hilang namanya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain
nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak
yang menolak!
(((((Pajajaran kemudian “hilang” dalam bahasa sunda “tilem”.
Pajajaran runtuh tetapi tidak dihancurkan atau dikalahkan oleh kerajaan/bangsa
lain, termasuk oleh Majapahit. Pajajaran menghilang karena memang telah
waktunya untuk menghilang. Oleh karena itu apabila dalam sejarah tercatat bahwa
Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit telah berhasil mempersatukan nusantara, ini
tidak sepenuhnya benar. Karena Gajah Mada sebenarnya telah gagal menaklukan
Pajajaran. Gajah Mada telah bertingkah licik, dalam ambisinya untuk mengalahkan
Pajajaran dia menggunakan diplomasi politik dengan cara ingin menikahkan Putri
Dyah Pitaloka (putri kerajaan Pajajaran) dengan Prabu Majapahit. Tetapi
sayangnya sang patih malah membokong dari belakang dengan menyerang
iring-iringan pengantin di Majapahit, setelah kesepakatan pernikahan dibatalkan
karena Prabu Majapahit hanya akan menjadikan Dyah Pitaloka sebagai selir. Dalam
naskah Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 diceritakan bahwa seaktu terjadi
perang Bubat (perang antara Pajajaran melawan Majapahit) Sri Baduga pengganti
Prabu Wangi (yang selanjutnya keturunannya disebut Prabu Siliwangi) banyak
membinasakan musuhnya, karena sang Prabu Maharaja selain pintar didalam ilmu
perang juga pintar didalam menggunakan berbagai macam ilmu senjata. Sang Prabu
tidak menginginkan negaranya (Pajajaran) diperintah dan dijajah oleh bangsa
lain. Akhirnya sang Prabu gugur beserta semua pengikutnya di medan perang,
tetapi Mahapatih Gajah Mada juga dikalahkan setelah terluka oleh keris Putri
Dyah Pitaloka, yang lukanya itu tidak akan pernah bisa disembuhkan (mengenai
sejarah perang Bubat ini terdapat fakta yang diputar balik, tetapi sekarang
sudah mulai ada tokoh sunda yang meluruskannya kembali, secara lebih jelas
nanti akan ditulis ulang didalam blog ini).
Tapi kenyataan ini bakal ditolak, banyak yang tidak
mengakui, walaupun terdapat bukti tidak akan digubris)))))
Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang
bisa ditemukan kembali. Bisa saja, tetapi menelusurinya harus memakai dasar
(amparan). Tapi sayangnya yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong
jadi harus sampai edan dulu.
Nanti banyak akan diketemukan, sebagian-sebagian. Sebab
keburu dilarang oleh Pemimpin Pengganti!
(((((Di waktu ini, akan ada yang mencoba kembali untuk
mengumpulkan bukti sejarah dan ilmu warisan leluhur, dan banyak yang ditemukan,
tetapi orang yang menelusurinya harus orang yang santun dan tidak merasa dia
yang paling pintar. Hal ini menjelaskan kenapa leluhur kita memiliki ilmu yang
tinggi –yang dapat dilihat dalam berbagai kearifan lokal–, mungkin karena
mereka didalam mencari ilmu itu penuh rasa rendah hati, santun, dan tidak
merasa menjadi orang hebat. Ibaratnya mereka memikul ilmu berkarung-karung
tetapi pandangan tetap menunduk ke bumi. Bagaimana dengan orang jaman sekarang?
Baru punya ilmu sedikit sudah berjalan menengadah langit sampai berani
menantang Tuhannya.
Lalu siapa yang dimaksud raja pengganti? Ada kemungkinan
raja dari Majapahit, sebab salah satu raja yang masyur dan memliki kekuasaan
seantero nusantara hanya Majapahit. Dan apabila kita amati kata “raja
pengganti” berarti raja ini kekuasaannya tidak akan lama dan akan segera
digantikan oleh raja lainnya)))))
Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan
larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah ANAK GEMBALA.
Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon
handeueleum dan hanjuang.
Apa yang dia gembalakan?
Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun
banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari,
mengumpulkan semua yang dia temui. Sebagian disembunyikan, sebab belum waktunya
untuk diceritakan. Nanti kalau sudah tiba pada waktunya, banyak yang terbuka
dan banyak yang meminta untuk diceritakan.
(((((Tapi walaupun dilarang oleh raja pengganti, ada yang
tetap berani mencari/menelusuri ilmu leluhur berikut sejarahnya. Siapa? Yaitu
anak gembala. Siapa anak gembala ini…..nanti akan diterangkan di akhir bait Uga
ini, sebab anak gembala ini sangat istimewa. Dia salah satu yang “didatangi”
Prabu Siliwangi karena memiliki ciri-ciri yang telah disebutkan. Anak gembala
juga selalu muncul apabila negara sedang terjadi transisi dan mengalami
kejadian-kejadian besar.)))))
Tapi harus menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman
yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman
membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.
(((((Setiap jaman memiliki perannya sendiri; peran akan
berubah apabila jaman juga berubah (contoh : peran dan kejadian di masyarakat
tahun 60-an tidak akan sama dengan peran dan kejadian di tahun 2010 baik dalam
hal mode pakaian, gaya hidup, dll). Tapi terkadang sejarah bisa terulang
kembali di masa depan. Contoh, situasi di tahun 1960 dimana rakyat mengantri
untuk memperoleh minyak dan sembako, kejadian ini juga berulang di era
reformasi ketika minyak mengalami kelangkaan)))))
Dengarkan!
Yang saat ini memusuhi kita, mereka berkuasa hanya untuk
sementara waktu. Tanah kering di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang
kerbau besar. Nah di situlah, se-negara akan jadi tegalan, tegalan untuk kerbau
bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota
(alun-alun). Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali,
dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab
semuanya serba murah dan cukup makanan (pangan).
(((((Masa ini, mulai kaum penjajah datang ke negara kita,
dimulai oleh Portugis kemudian diikuti Inggris dan Belanda, awalnya penjajah
ini datang ke negara kita dengan tujuan untuk berdagang ke Maluku, mereka hanya
transit di Banten. Tapi kemudian ternyata mereka menjajah seluruh Nusantara.
Penjajah ini diperintah oleh para menir/gubernur tinggi yang memerintah dari
pusat kota pemerintahan. Dari mulai saat itu raja-raja kita terbelenggu dan
tidak dapat berbuat apa-apa. Para petinggi rakyat (demang/bupati/wedana) tetap
memerintah di tingkat bawah tetapi hakikatnya mereka dikendalikan penjajah dari
tingkat atas. Tapi bangsa kita kebanyakan tidak menyadari karena pada masa itu
walaupun dijajah, sandang dan pangan untuk kebutuhan rakyat masih tersedia.
Menurut ahli sejarah, penjajah Belanda merupakan penjajah yang pintar, mereka
menjajah tetapi awalnya rakyat tidak banyak yang melawan, karena mereka
menjajah dengan memanfaatkan para pemimpin pribumi)))))
Semenjak itu, bajak dikuasai monyet. Suatu saat nanti
keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi.
Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar
sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak
tahu, bahwa jaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu
dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!Yang
memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Tinggal tegalan
diserbu monyet!
(((((Jaman kembali berganti, penjajah Jepang (monyet)
datang. Oleh bangsa kita disambut, dianggap pahlawan dan dianggap saudara tua
yang akan membebaskan dari penjajahan belanda. Bangsa kita mendukung Jepang
untuk melawan dan mengobrak-abrik kekuasaan belanda, tapi ternyata salah sebab
jepang juga sebenarnya datang ke negara kita untuk menjajah. Dengan kedatangan
Jepang yang dibantu rakyat kita, akhirnya penjajah belanda kabur, sekarang yang
ganti berkuasa terhadap bangsa kita adalah monyet (jepang)))))
Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong,
sebab ternyata, pasar habis oleh monyet, tempat penyimpanan padi habis oleh
monyet, kebun habis oleh monyet, sawah habis oleh monyet, ladang diacak-acak
monyet, perempuan hamil oleh monyet. Semuanya diserbu oleh monyet. Keturunan
kita takut oleh yang meniru-niru monyet. “Panarat” (ini adalah alat bajak
tradisional yang biasanya ditarik oleh kerbau, panarat adalah kepala bajak dan
biasanya dipegang oleh petani untuk mengendalikan arah dan laju kerbau,
biasanya petani sambil duduk di panarat ini). Sedangkan Wuluku (adalah alat
pertanian tradisional yang digunakan untuk meratakan tanah di sawah, biasanya
wuluku dipasang di belakang kerbau kemudian ditarik), ditarik keturunan bangsa
kita. Banyak yang mati kelaparan.
(((((Seperti telah disebutkan diawal, bangsa kita sangat
senang (tertawa) ketika bangsa Jepang datang karena kita telah bebas dari
penjajahan Belanda. Tapi sayangnya kegembiraan ini tidak berlangsung lama,
bangsa kita segera sadar bahwa jepang ini ternyata sama juga penjajah, malah
lebih sadis. Hasil kebun, sawah, ladang dicuri. Sekarang bangsa kita dijajah
dan dikendalikan Jepang, sampai rakyat banyak meninggal karena kelaparan dan
dijadikan romusha))))).
Dari situ, banyak keturunan kita, yang mengharapkan tanaman
jagung, sambil sok tahu membuka caturangga. Mereka tidak sadar bahwa jaman
sudah berganti cerita lagi. Lalu sayup-sayup dari ujung laut (samudera) utara
terdengar gemuruh, Garuda menetaskan telur. Bumi ini bergetar seperti dilanda
gempa!
(((((Dari situ bangsa kita mengadakan perlwanan secara fisik
dan diplomasi, sambil berjuang bangsa kita mencoba menyusun dasar negara
(Caturangga) sebagai persiapan apabila kita merdeka. Tapi penjajahan jepang ini
tidak berlangsung lama hanya 3,5 tahun (mengharapkan tanaman jagung, umur
tanaman jagung 3,5 bulan, dikiaskan 3,5 tahun). Jaman kembali berganti peran!
Kapan? Setelah sekutu yang dipimpin Amerika menurunkan bom Atom di Hiroshima
dan Nagasaki (di sebelah utara samudera terdengar gemuruh = posisi jepang
apabila dilihat di peta berada di sebelah utara Indonesia, jauh di ujung
samudera pasifik) (Garuda = lambang negara Amerika –yang berupa burung
Garuda—Amerika saat itu menjadi pimpinan tertinggi pasukan Sekutu dibawah
Laksamana Eisenhower, menetaskan telur = menurunkan bom Atom hingga meratakan
dua kota penting kekaisaran Jepang). Menurut saksi hidup yang mengalami saat
bersejarah itu, saking hebatnya ledakan bom atom tersebut, getaran/gempanya
dirasakan sampai ke Indonesia = bumi bergetar seperti dilanda gempa))))
Sementara di negara kita?
Ramai oleh orang yang ingin kabur, keadaan kacau
sejadi-jadinya. Monyet-monyet lumpuh. Lalu keturunan kita mengamuk, mengamuk
tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman,
yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak orang berpangkat
memerintah dengan cara yang gila; yang bingung semakin bingung. Banyak anak
kecil tumbuh menjadi bapak; yang mengamuk tambah kuat, mengamuk tanpa pandang
bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Negara kita menjadi sangat
ribut/kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, yang kena
lempar dan rusak sarangnya. Seluruh Nusantara dijadikan tempat jagal.
Tetapi……keburu ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang.
(((((Masa ini, tentara Jepang kalah, mereka tidak berdaya
dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Sebagian kabur pulang ke negaranya,
sementara sebagian tetap tinggal di negara kita sebab malu kalau pulang sambil
membawa kekalahan. Lalu bagaimana dengan bangsa kita? Mengamuk sejadi-jadinya
membalas perlakuan penjajah jepang, tapi sayangnya banyak yang salah sasaran
sebab bangsa kita selain harus menghadapi jepang, juga harus menghadapi belanda
yang membonceng sekutu, ditambah beberapa pemberontakan yang muncul didalam
negeri yang asalnya teman-teman kita sendiri. Negara ini menjadi medan perang
dan tempat jagal yang luar biasa. Tapi kemudian ada yang melerai yaitu bangsa
lain (orang sebrang) dengan jalur diplomasi mendorong dilakukannya berbagai
perundingan (Linggarjati, Renville, KTN, dll yang dimotori oleh bangsa barat :
Amerika, Australia dan Belgia, dll)))))
Lalu berdiri lagi penguasa/Raja yang berasal dari orang
biasa. Tapi memang titisan/keturunan raja. Keturunan raja jaman dahulu yang
ibunya adalah seorang putri dari Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja,
penguasa baru susah dianiaya!
((((Yang dimaksud RAJA baru disini adalah SUKARNO, presiden
RI pertama. Beliau memang orang biasa tetapi sebenarnya adalah keturunan raja.
Ibunya I Dayu Nyoman Rai asalnya dari Pulau Dewata (Bali), keturunan raja yang
memerintah di Singaradja. Sedangkan ayahnya adalah Raden Sukemi
Sastrodiningrat, adalah keturunan raja/sultan Kediri. Jadi Sukarno memang
benar-benar keturunan Raja yang bakal memimpin rakyat untuk melawan penjajah
dan dia sulit untuk dikalahkan (dianiaya) )))))
Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman ganti peran!
Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya
bintang/komet yang terang benderang. Di bekas negara kita, berdiri lagi sebuah
negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.
(((((Proklamasi kemerdekaan RI (bulan di siang hari = bulan
Ramadhan, bulan sucinya umat Islam), proklamasi dilaksanakan pada hari Jumat
jam 10 pagi (bintang terang benderang). Simbolisasi ini mengacu kepada simbol
bulan dan bintang yang merupakan 2 simbol Keislaman.
Didalam bait ini, yang dimaksud kerajaan didalam kerajaan
yaitu Darul Islam (DI/TII) pimpinan S.M. Kartosuwiryo yang memiliki maksud
untuk membangun Negara Islam Indonesia di wilayah Jawa Barat, Kartosuwiryo bukan
keturunan Pajajaran. Tapi negara baru ini bisa ditumpas oleh manunggalnya
Siliwangi bersama seluruh rakyat Jawa Barat dengan melakukan pagar betis)))))
Lalu akan ada lagi raja, tapi Raja Buta –kata buta didalam
istilah Sunda bermakna ganda, buta = tidak melihat, dan buta =
raksasa/genderuwo yaitu sebangsa mahluk gaib yang jahat,tapi dalam bait ini
sepertinya mengacu kepada istilah raja yang tidak melihat— yang membuat pintu
tapi tidak boleh ditutup, membuat kolam pancuran air di tengah jalan. Memelihara
elang di pohon beringin. Dasar raja tidak melihat! Bukan raja
raksasa/genderuwo, tapi buta karena tidak melihat, buaya dan serigala, kucing
garong dan monyet menggerogoti rakyat yang sedang susah. Sekalinya ada yang
berani mengingatkan, yang ditangkap (diporog) –porog adalah semacam alat yang
terbuat dari serat pohon pisang yang diletakan di lubang sarang burung untuk
menangkapnya– bukan hewannya, tapi orang yang memberikan peringatan tersebut.
(((((Siapa ini raja baru? Tidak lain dan tidak bukan adalah
SUHARTO…..dia hakikatnya telah mendirikan kerajaan sendiri yaitu kerajaan orde
baru yang sewenang-wenang (otoriter) dan memerintah sesukanya. Banyak yang
kemudian menjadi korban, rakyat dan tokoh yang mencoba mengingatkan malah
dituduh melawan negara (subversif), orang tersebut kemudian ditangkap terus
dimasukan ke penjara.
Memelihara elang di pohon beringin (elang = pancasila,
beringin = partai yang lambangnya beringin). Jadi raja ini menjadi kuat sebab
memakai tameng pancasila dan didukung oleh partai pohon beringin)))))
Semakin kedepan semakin kedepan, banyak raksasa yang buta
tidak melihat, menyuruh kembali untuk menyembah berhala. Jalannya negara tidak
beraturan, hukum dan aturan kacau dan terbelit-belit, karena yang
mengendalikannya/mengatur wuluku (bajak) bukan petani. Jadi wajar saja bila
bunga teratai tidak berisi sebagian, kembang kapas tidak berbuah, padi banyak
yang masuk penanak nasi; sebab yang berkebunnya tukang bohong, yang bertani-nya
hanya tukang janji-janji belaka, yang pintar terlalu banyak, tapi pinter
kebelinger.
(((((Para raksasa yang dipimpin Raja baru ini semakin
merusak, KKN menjadi budaya baru. Kekuasaan dan harta dunia telah menjadi
berhala baru, yang terus dikumpulkan, dicari kemudian disembah. Negara hasil
perjuangan jadi hancur tidak menentu, sebab negara ini dipegang oleh orang
bukan ahlinya, ulama juga banyak yang salah langkah, tentara berbalik menjadi
musuh rakyat sebab ikut di dunia politik. Raja ini juga banyak salah menaruh
orang untuk suatu jabatan/posisi (tidak on the right man on the right place).
Di jaman raja ini, para pemimpinnya kebanyakan hanya bisa berbohong dan
mengobral janji; banyak juga orang pintar, tapi pinternya keblinger, bisanya
hanya menipu dan membodohi rakyat yang memang sudah bodoh)))))
Kemudian datang pemuda berjanggut, datangnya cuma sebentar
sambil menyandang kantong tua mencoba memperingatkan yang sedang salah langkah,
memperingatkan yang sedang kelupaan, tapi tidak ditanggapi. Karena pinternya
kebelinger, maunya hanya menang sendiri. Mereka tidak sadar, bahwa saat itu
langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian.
Alih-alih ditanggapi, pemuda berjanggut ditangkap lalu
dimasukan ke penjara. Lalu mereka mengacak-ngacak dapur orang lain, beralasan
mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan. Waspadalah!
sebab mereka nanti akan melarang Pajajaran untuk diceritakan. Sebab takut
ketahuan, bahwa mereka sebenarnya yang menjadi gara-gara selama ini.
(((((Pada masa ini ada sebagian kalangan tokoh/ulama yang
mencoba memperingatkan raja yang sedang salah langkah ini. Tapi raja yang salah
langkah itu daripada menurut malah berbalik membenci, pemuda berjanggut itu
kemudian ditangkap dan masukan ke penjara. Para pengikut raja ini memang banyak
yang pinter keblinger, kepintarannya dipakai untuk menindas rakyat. Mereka
tidak sadar bahwa sebentar lagi kejayaannya akan runtuh, jaman akan berubah.
Sebab rakyat yang kecewa akan menuntut raja ini agar turun.
“Melarang Pajajaran diceritakan”, ini sudah menjadi rahasia
umum, bahwa pada jaman Suharto, hampir semua sejarah banyak yang salah, atau
dibuat salah, banyak yang diputarbalikan untuk kepentingan kekuasaannya.
Sejarah yang asli dan lurus dimanipulasi atau dicoba untuk dihilangkan (sejarah
supersemar, G 30S/PKI, sejarah perang Bubat, dll). Sebab apabila sejarah ini
terbuka dan kemudian diluruskan kembali, maka Raja Buta ini akan ketahuan
kelakuan buruknya, sebab merekalah sebenarnya yang menjadi pokok kehancuran
bagi negara ini)))))
Penguasa-penguasa buta, semakin hari semakin keterlaluan, melebihi
kerbau bule. Mereka tidak menyadari bahwa jaman waktu itu sudah masuk kedalam
jaman : jaman hewan. Jaman manusia dikuasai oleh hewan!
Kekuasaan para raksasa (buta) ini tidak berlangsung lama;
tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat, banyak rakyat yang kemudian
mengharapkan beringin patah di tengah kota. Para raksasa buta akan menjadi
tumbal, tumbal karena kelakuannya sendiri.
(((((Para pengikut raksasa buta ini semakin merusak saja,
kelakuannya menyengsarakan rakyat sudah melebihi penjajah belanda (bule). Jaman
ini memang tidak beda dengan jaman hewan, dimana berlaku hukum rimba,
halal-haram sudah tidak diperhatikan, yang ada para raksasa hanya terus-menerus
mengumpulkan harta dan kekuasaan. Tapi…..rakyat yang sudah tidak tahan mulai
melawan, tahun 1998 partai beringin dan segala kekuasaannya runtuh, dimulai
aksi demostrasi di pusat pemerintahan Jakarta (gedung MPR) kemudian menjalar ke
berbagai daerah di Nusantara. Rajanya para raksasa kemudian diturunkan secara
paksa. Para raksasa yang dahulu berkuasa akhirnya jadi tumbal, tumbal akibat
kelakuannya sendiri, ada yang ditangkap lalu dimasukan ke penjara, ada yang
jatuh dari kursi kekuasaanya, dll)))))
Kapan waktunya?
Nanti, saat munculnya anak gembala!
(((((Siapa yang dimaksud anak gembala di bagian ini? Yaitu
tidak lain dari para reformis dan mahasiwa yang dipimpin oleh para tokoh
reformis. Tokoh reformis ini memang dari dahulu juga tidak menyukai para
raksasa buta, mereka terus-menerus melawan. Tapi siapa yang dimaksud anak
gembala (tokoh reformis) didalam bait ini? Tidak diketahui. Karena memang
kehadiran anak gembala tidak pernah diketahui secara pasti, tetapi dia memiliki
pengaruh yang sangat kuat bagi rakyatnya)))))
Dari situ banyak yang ribut; bermula di satu daerah kemudian
semakin lama semakin besar dan meluas ke seluruh nusantara. Orang yang tidak
tahu masalah menjadi gila dan ikut-ikutan berkelahi, dipimpin pemuda gendut!
Sebabnya berkelahi? Memperebutkan warisan. Yang serakah ingin dapat paling
banyak; yang memang punya hak meminta bagiannya. Hanya yang sadar mereka pada
diam, mereka hanya menonton tapi tetap terkena getahnya.
(((((Datang masa reformasi, rakyat merasa bebas merdeka,
gembira karena telah lepas dari belenggu yang selama ini membelit kebebasan.
Banyak yang ribut tapi tidak jelas, mendadak banyak orang yang mengaku
pahlawan, merasa diri menjadi tokoh reformasi yang memperjuangkan kejatuhan
raksasa buta. Orang-orang ribut menuntut bagian kue (negara) yang pada masa
lalu kebanyakan tidak kebagian; banyak yang ingin jadi raja, patih atau
punggawa (presiden, wapres, menteri, dll). Bagaimana dengan rakyat di bawah?
Sama juga, ikut-ikutan ribut dan saling berkelahi antar sesamanya!! Siapa orang
yang sadar itu? Yaitu orang yang mengetahui isi negara yang sejati (negarawan),
yang tahu akan sejarah. Orang yang memiliki ilmu, jadi karena tahu maka mereka
tidak ikut-ikutan, tapi tetap saja terkena getahnya)))))
Yang bertengkar lalu berhenti. Mereka baru sadar kalau
semuanya tidak mendapatkan bagian. Sebab warisan sudah habis, habis oleh mereka
yang menggadaikan.
(((((Setelah reformasi, banyak orang-orang yang belum juga
sadar bahwa mereka sebetulnya sedang memperebutkan pepesan kosong. Semuanya
tidak ada yang dapat bagian. Sebab sebenarnya warisan (kekuasaan/NEGARA) telah
HABIS!! Habis oleh siapa? Siapa lagi kalau bukan oleh para pengikut raksasa
buta. Mereka semua telah MENGGADAIKAN negara kepada bangsa lain (ingat hutang
negara kita yang luar biasa jumlahnya dan sekarang harus ditebus dengan
berbagai macam konsesi asing, seperti bercokolnya freeport, melenggangnya shell
dan perusahaan multinasional lainnya yang hakikatnya terus-menerus menghisap
kekayaan bangsa kita). Ingat juga dengan tingkah laku pemimpin yang menjual
aset-aset negara kepada bangsa lain (privatisasi). Kekayaan alam bangsa kita
dikeruk lalu diangkut ke luar negeri, sehingga cadangan untuk anak cucu kita
entah masih ada atau tidak. Ini akibat tingkah laku para raksasa buta yang
telah menggadaikan negara kita kepada bangsa lain!)))))
Para raksasa kemudian menyusup, yang berkelahi menjadi
ketakutan, ketakutan difitnah telah menghilangkan negara, lalu mereka mencari
anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai pintunya setinggi batu, yang
beratap oleh pohon handeuleum dan bertiang pohon hanjuang.
(((((Reformasi….reformasi….yang diharapkan akan membawa
perubahan dan ketentraman ternyata tidak sesuai harapan. Reformasi malah
menjadi RefotNasi. Negara malah tambah awut-awutan, kondisi kehidupan tidak ada
mendingnya, orang yang korupsi semakin banyak dan tidak tahu malu –sampai ada korupsi berjamaah
segala, harga-harga juga semakin melambung naik, keadaan rakyat seperti kembali
lagi ke tahun 1945/1960-an. Akhirnya banyak rakyat bawah yang berpikir, masih
mending keadaan negara sewaktu diperintah Raja Buta, walaupun merusak tapi
kehidupan rakyat bawah aman, murah sandang murah pangan. Akhirnya para pengikut
Raja Buta akan bersatu kembali dan melakukan konsolidasi untuk mengembalikan
kekuasaan yang sempat lepas. Tetapi kemunculan para pengikut Raja Buta ini
tentunya dalam bentuk dan rupa yang berbeda, sebab kalau masih menggunakan
kedok yang dahulu tentu rakyat akan ketakutan.
Dari situ yang berkelahi mulai ketakutan….takut dijadikan
target pembalasan para raksasa buta, takut difitnah menghilangkan negara.
Akhirnya yang sedang berkelahi ini kembali mencari anak gembala, siapa
sebenarnya anak gembala ini? Mari kita gambarkan sedikit ciri-cirinya….
Anak gembala (budak angon dalam bahasa Sunda), anak/budak =
artinya abid atau abdi, yang bercucuran berkeringat lantaran terus-menerus
mengabdi dan berjuang di tengah-tengah masyarakatnya. Jadi anak gembala ini
adalah orang pekerjaannya mengabdi, mengabdi kepada rakyat/masyarakat, mengabdi
kepada sesama, mengabdi kepada bangsa/negara dan mengabdi kepada yang Maha
Kuasa. Anak gembala ini didalam pengabdiannya sangat ikhlas dan tidak menuntut
pamrih. Sedangkan kata “gembala” dalam bahasa sunda, angon —dengan menyambung
kepada bait-bait awal diatas, apa yang digembalakan? yang digembalakan adalah
pena dan kertas (disimbolkan dengan daun kering dan ranting/dahan pohon). Jadi
anak gembala ini kesukaannya mengumpulkan kertas dan pena (tulisan) atau secara
jelasnya anak gembala ini adalah orang yang gemar menuntut ilmu, orang yang
terpelajar. Tapi mengapa yang selalu membawa perubahan besar kenegaraan dan
selalu ada di tiap-tiap waktu adalah anak gembala didalam Uga ini?bukan seorang
pemimpin atau raja misalnya?sebenarnya apabila kita membaca sejarah atau
tulisan seorang sosiolog Iran. Dia menjelaskan bahwa yang bisa membawa bangsa
melakukan suatu revolusi adalah bukan golongan pemimpin negara atau para
ilmuwan. Yang bisa membawa revolusi adalah orang-orang biasa yang mereka berada
dan bekerja di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka mampu menggerakan
rakyat menuju perubahan.
Rumahnya di ujung telaga, artinya anak gembala apabila akan
pergi atau kembali ke rumahnya harus mampu berjalan menyeberangi/melewati air
danau tersebut. Ini adalah simbolisasi bahwa seorang anak gembala harus mampu
melewati/berjalan di berbagai tempat dan golongan. Anak gembala harus diterima
dimanapun dia melangkah, dia bukan orang fanatik yang hanya mau berada dan
berjuang untuk golongannya sendiri. Dia berjuang untuk segala pihak dan
golongan, dia benar-benar hanya berjuang untuk kepentingan rakyat banyak.
Pintunya setinggi batu, batu = material yang sangat keras.
Artinya anak gembala ini memiliki karakter dan pendirian yang sangat
kuat/keras. Dia tidak gampang terbujuk rayu dan berkompromi terhadap jalan dan
cara yang salah.
Beratap pohon handeleum dan bertiang pohon hanjuang, artinya
anak gembala keberadaannya tersembunyi, dia ada tapi tidak diketahui
keberadaannya oleh banyak orang, karena orangnya memang hanya orang biasa. Jadi
anak gembala ini jangan dibayangkan orang yang terkenal atau semua rakyat tahu
kalau dia anak gembala, malah dia sendiri juga tidak tahu kalau sebenarnya dia
anak gembala. Mengenai pohon Handeuleum dan pohon Hanjuang, kedua pohon ini
memang benar-benar ada dan bukan simbolisasi belaka. Pohon hanjuang, tinggi
berwarna merah dan pada jaman dulu digunakan sebagai penanda batas antara satu
tanah terhadap tanah orang lain, sedangkan handeuleum adalah pohon besar
berwarna hijau, daunnya rimbun dan dapat dijadikan obat)))))
Mencari anak tumbal, tadinya hendak meminta tumbal. Tapi,
anak gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi
membuka lahan baru di Lebak Cawéné! Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di
dahan mati.
(((((Keadaan anak gembala sangat menyedihkan, sebab
peringatannya tidak diindahkan dan selalu dimusuhi oleh penguasa, akhirnya dia
memutuskan untuk pergi bersama pemuda berjanggut untuk membuka lahan baru di
Lebak Cawene!! Apabila diartikan pergi membuka lahan baru (basa sunda = ngababakan),
berarti anak gembala dan pemuda berjanggut akan memisahkan diri dari sistem
yang keadaannya sudah benar-benar rusak. Atau juga mereka pindah untuk
menghindari kedzoliman penguasa, di tempat baru mereka dapat mewujudkan apa
yang mereka idam-idamkan yaitu negeri yang gemah ripah loh jinawi.
Mengenai anak gembala dan pemuda berjanggut ini, saya
mencatat keterangan tambahan dari sebuah blog :
“Aura “dua sosok” tersebut ada pada dua orang Jawa berdarah
Sunda pengikut Rasulullah Muhammad SAW melalui Prabu Kian Santang, dan dalam
menapak menjalankan ajaran Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati. Secara hakekat
fenomena ini melambangkan bahwa “dua sosok” beliau adalah berasal dari Trah
Pajajaran-Majapahit. Sehingga setidaknya terjawab sudah apa yang telah diwangsitkan
oleh Prabu Siliwangi dalam “Uga Wangsit Siliwangi” berkenaan dengan sosok
“Budak Angon dan Pemuda Berjanggut yang mengenakan pakaian serba hitam
bersandangkan sarung tua”. Dua sosok tersebut mewakili keturunan Prabu
Siliwangi yang pergi menuju ke arah Timur.” Dalam kitab Musasar Jayabaya bab
Sinom disebutkan bahwa kedua sosok tersebut berhati putih namun masih
tersembunyi dan Pemuda Berjanggut adalah keturunan Prabu Siliwangi yang Islam
dan sangat bertauhid.
Tak perlu penasaran siapa sejatinya beliau. Karena beliau
“dua orang” tersebut tidak akan muncul di permukaan sebelum misi yang
dijalankannya paripurna. Missi tersebut berkenaan dengan “Persatuan Umat” dan
untuk ingat kembali akan “Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa”. Jangan dibayangkan
“beliau” akan harus berhadapan dengan jutaan umat di nusantara ini. Namun dalil
yang berlaku pada “beliau” adalah : “Nglurug tanpa bala, menang tanpa
ngasorake”. Sampai kapanpun “beliau” tidak akan mengaku dan tidak mengetahui
bahwa dirinya sebagai sosok “Satria Piningit” itu. “beliau” tengah berjalan
dari Timur menuju Barat, meluruskan kembali apa yang salah diantara Majapahit
dan Pajajaran (khususnya kejadian Perang Bubat). Prinsipnya banyak hal yang
perlu diluruskan berkenaan dengan sejarah nusantara ini. Karena kepentingan
pihak-pihak tertentu pasca keruntuhan Majapahit. Sampai dengan dekade ini
banyak sejarah yang telah diputarbalikkan ataupun dibengkokkan. Secara empirik
catatan atau bukti sejarah boleh hilang, namun di alam kegaiban catatan sejarah
nusantara ini tidak dapat dihapus. Dan inilah peran kemunculan beliau “Sabdo
Palon Noyo Genggong” yaitu meluruskan apa yang salah di negeri ini. Tak salah
kiranya kembali apa yang tertulis di dalam Uga Wangsit Siliwangi :”Dengarkan!
Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh
tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi, Orang Sunda dipanggil-panggil, Orang
Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi,
sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.”
Tapi yang jelas pemuda berjanggut ini merupakan keturunan
Prabu Siliwangi, yang akan datang membawa ajaran yang mengutamakan Tauhid
kepada Allah SWT. Sebab sebenarnya satu pokok pangkal kerusakan yang terjadi di
negara ini, adalah karena manusia telah meninggalkan Tauhid, kemusyrikan
berkembang dimana-mana, manusia menyembah berhala baru berbentuk harta dan
jabatan. Ajaran Tauhid murni semakin tersisihkan, maka pemuda berjanggut datang
untuk memberikan peringatan dan membereskan keadaan)))))
Dengarkan!!
Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede
meletus, disusul oleh tujuh gunung. Geger lagi seluruh nusantara. Orang sunda
dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu
kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati. Tapi
ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang,
cari oleh kalian anak gembala. Silahkan pergi, tapi ingat jangan menoleh
kebelakang!
(((((Bagian akhir dari Uga ini belum bisa digambarkan dengan
jelas apa maksud dari Prabu Siliwangi. Tapi kata “gunung”, ini melambangkan hal
yang luar biasa, besar atau mungkin kejadian yang besar. Apabila satu gunung
meletus bahayanya sudah cukup luar biasa, apalagi kalau 7 gunung meletus
sekaligus, bisa geger se-nusantara. Apabila tidak salah mengartikan akan
terjadi satu hal yang luar biasa –kemungkinan revolusi– di nusantara yang
dimulai dari tanah sunda atau salah satu kota di tanah sunda (dilambangkan oleh
gunung gede), yang kemudian terus menjalar ke kota/pulau lain (dilambangkan
dengan 7 gunung). Berarti pula akan terjadi sesuatu yang mengakibatkan orang
Sunda marah besar sehingga menyebabkan nusantara ribut. Kenapa tidak diartikan
“Gunung Gede” meletus secara denotatif? Sebab tidak nyambung dengan kalimat
“orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan” yang berarti orang sunda
marah/tersinggung dan kemudian memisahkan diri dari ikatan, kemudian dia
diminta kembali, orang sunda memaafkan, dan kemudian kembali lagi dalam ikatan
sehingga nusantara kembali bersatu. Saat itulah ratu adil –atau yang biasa
dipercaya sebagai satria piningit—muncul, tentu atas petunjuk dari anak
gembala. Karena hanya anak gembala yang mengetahui siapa ratu adil yang sejati.
Oleh karena itu, Prabu Siliwangi dalam bait terakhir Uga ini tidak memberikan
petunjuk tentang keberadaan Ratu Adil (siapa dia, darimana dia), tapi
memberikan perintah untuk segera mencari Anak Gembala, karena anak gembala ini
yang akan menjadi kunci utama dan menuntun kita menemukan Ratu Adil yang
sejati. Tapi dalam pencarian tersebut kita jangan sekali-kali menoleh ke
belakang dan mengungkit-ngungkit masa lalu.
Epilog :
Apabila kita ingin merubah satu sistem yang rusak parah maka
terdapat beberapa cara, pertama, kita masuk kedalam sistem lalu merubah sistem
dari dalam, tapi diperlukan kekuatan hati dan integritas yang sangat tinggi
karena tidak jarang orang yang tadinya baik-baik jadi ikut gila setelah masuk
sistem; kedua, dengan menciptakan sistem tandingan yang baik dan
sedikit-sedikit berupaya mengeliminasi sistem yang buruk, seperti yang
dilakukan salah satu Islam sekarang ini; atau yang ketiga dengan merombak total
sistem yang ada, tetapi untuk merombak/merubah total sistem yang ada diperlukan
biaya dan pengorbanan yang sangat besar. Reformasi muncul untuk berupaya memperbaiki
sistem yang rusak, tetapi hasilnya dapat kita saksikan; reformasi tidak berdaya
melawan sistem yang telah diciptakan oleh Raja Buta selama 32 tahun. Sistem
yang bobrok dan telah berurat berakar. Bangsa kita memang telah benar-benar
kronis, satu-satunya cara untuk menyembuhkannya adalah dengan melakukan
revolusi. Mungkin perang adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh. Hanya
perang yang dapat merubah suatu sistem secara total, tidak hanya sistem sebuah
negara tapi juga sistem dunia. Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah merubah
peta kekuasaan dunia. Ingat, seandainya Amerika tidak terlibat didalam PD II,
mungkin sampai hari ini kita masih dibawah bayang-bayang fasisme Jepang dan
Italia, dan Reicht ke-3 Jerman. Tetapi untuk melakukan sebuah revolusi
diperlukan bantuan dari militer, tapi militer yang bebas dari pengaruh kekuatan
asing, memiliki nasionalisme yang sangat kuat terhadap bangsanya dan memiliki
keinginan yang kuat untuk menghancurkan segala bentuk penjajahan yang membelit
bangsa kita. Jangan tokoh militer yang jadi antek bangsa penjajah!!
Banyak orang saat ini, terutama dari wilayah timur pulau
Jawa yang ribut tentang kedatangan Satria Piningit, tetapi ketahuilah bahwa
kedatangan Satria Piningit masih cukup jauh. Apabila kita merujuk kedalam Uga
ini, saat ini negara kita sedang dalam tahap “berkonsolidasinya kembali para
pengikut raksasa buta”. Didalam salah
satu Uga yang lainnya disebutkan “Negara kita akan aman hanya apabila wong jowo
tinggal separo,wong belanda tinggal sejodo, wong cina pada lungo” Artinya?
Silakan anda terka sendiri
http://ugawangsitsiliwangi.wordpress.com/2011/02/15/uga-wangsit-siliwangi-versi-bahasa-indonesia/
1 komentar:
This is the best explanation ever...concerning the related matters...
- Moonriver -
Posting Komentar