DEFINISI
KEPERIBADIAN
Para ahli biologi yang mempelajari
dan membuat suatu deskripsi mengenai sistem organ suatu jenis atau spesies
binatang biasanya juga sekaligus mempelajari kelakuan binatang binatang itu.
Bedanya halnya mahluk manusia yang di pelajari secara intensif hingga detail
oleh para ahli biologi, dan para dokter. Para ahli anropologi, sosiologi dan
psikologi yang mempelajari polapola kelakuan manusia ini juga tidak lagi bicara
mengenai pola pola kelakuan atau patterns of behavior dari manusia, tetapi
mengenai pola pola tingkah laku, atau pola pola tindakan (patterns of action).
Kalau definisi umum yang banyak
menyerupai arti konsep dalam bahasa sehari-hari tersebut hendak kita pertajam,
maka akan timbul bayak kesukaran. Konsep keperibadian itu rupa rupa nya adalah
suatu konsep yang demikian luas sehingga merupakan suatu konstruksi yang tidak
mungkin di rumuskan. Sedangkan definisi-definisi yang lebih tajam untuk
analisis yang lebih mengkhusus dan mendalam, kita serahkan kepada ahli
psikologi.
UNSUR-UNSUR
KEPRIBADIAN
Pengetahuan.
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar,
secara nyata terkandungg dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada
bermacam-macam hal yang dialaminya melalui penerimaan pancainderanya serta alat
penerima atau reseptor organismanya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan
warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan mekanikal (berat-ringan),
tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel
tertentu dibagian-bagian tertentu dari otaknya.
Penggambaran
tentang lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian yang paling menarik
perhatian seorang individu, seringkali juga diolah oleh suatu proses dalam
akalnya yang menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain
sejenis yang pernah diterima dan diprokyesikan oleh akalnya dalam masa yang
lalu, dalam ilmu psikologi disebut “apersepsi”.
Penggambaran
yang lebih intensif terfokus, yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih
intensif tadi, dalam ilmu psikologi disebut “pengamatan”. Dengan proses akal
itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru
yang abstrak yang sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu
dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan konkret dan penggambaran
baru itu. Pengambaran abstrak itu dalam ilmu sosial disebut “konsep”.
Penggambaran tentang lingkungannya tadi ada yang ditambah-tambah dan
dibesar-besarkan, dan ada yang dikurangi serta dikecil-kecilkan pada bagian-bagian
tertentu, yang sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan. Penggambaran
baru yang seringkali juga tidak realistik itu dalam ilmu psikologi disebut
“fantasi”.
Seluruh
penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi tadi merupakan
unsur-unsur “pengetahuan” seseorang individu yang sadar. Unsur-unsur
pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, melainkan hanya
terdesak masuk saja kedalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi
disebut alam “bawah sadar” (sub-conscious).
Perasaan.
Apersepsi seseoran individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati
segelas Green Spot dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu “perasaan”
yang positif, yaitu perasaan nikmat, dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan
air liur. Suatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, dan hal itu sering
terjadi apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh, atau
sebaliknya. Dengan demikian ia mendapat suatu kehendak keras, atau “keinginan”.
Suatu keinginan dapat juga menjadi lebih besar lagi sehingga menjadi sangat
besar. Suatu perasaan keras itu biasanya disebut “emosi”.
Dorongan
Naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai
perasaan lain yan tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan
karena sudah terkandung dalam organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai
naluri. Kemauuan yang sudah merupakan naluri pada tiap mahkluk manusia itu,
oleh beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive). Ada berbagai perbedaan
paham antara para ahli psikologi, namun semua seia sekata bahwa ada paling
sedikit tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.
Dorongan untuk mempertahankan hidup.
2.
Dorongan sex.
3.
Dorongan untuk usaha mencari makan.
4.
Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
5.
Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
6.
Dorongan untuk berbakti
7.
Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak.
MATERI
DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Kepribadian
seorang individu, seperti apa yang telah kita pelajari diatas, terisi dengan
pengetahuan, khususnya persepsi, penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep,
dan fantasi mengenai aneka macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu
yang bersangkutan. Seorang ahli etnopsikologi, A.F.C. Wallace, pernah membuat
suatu kerangka dimana terdaftar secara sistem atikal seluruh materi yang
menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia yang pokok, yaitu :
1.
Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna kebutuhan serta
dorongan psikologi diri sendiri, dan aneka warna kebutuhan serta dorongan
organik maupun psikologi sesama manusia yang lain daripada diri sendiri.
2.
Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri
sendiri, atau “identitas aku”, baik aspek fisik maupun psikologinya, dan segala
hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam
kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala
alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya.
3.
Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau
mempergunakan, aneka warna kebutuhan dari hal tersebut diatas, sehingga
tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu bersangkutan.
ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Aneka
Warna Kepribadian Individu. Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran
dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian serta
perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran
individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada setiap
manusia yang hidup dimuka bumi, dan menyebabkan bahwa peribadian tiap individu
itu unik berbeda dengan kepribadian individu yang lain.
Ilmu
antropologi, dan juga ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu
politik dan lain-lain, tidak mempelajari individu. Ilmu-ilmu itu mempelajari
seluruh pengetahuan, gagasan, dan konsep yang umum hidup dalam masyarakat,
artinya pengetahuan, gagasan, dan konsep yang dianut oleh sebagian sebesar
warga sesuatu masyarakat yang biasanya disebut “adat-istiadat”. Seluruh
kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan
satu dengan lain itu disebut sistem sosial (social system). Ilmu antropologi
juga mempelajari kepribadian yang ada pada sebagian besar warga sesuatu
masyarakat, yang disebut kepribadian umum atau watak umum (modal personality).
Kepribadian
Umum. Para ahli antropologi berpendirian bajwa dengan mempelajari adat-istiadat
pengasuhan anak yang khas itu akan dapat diduga adanya berbagai unsur
kepribadian yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman sejak masa
anak-anak pada sebagian besar warga masyarakat yang bersangkutan.
Kepribadian
Barat dan Kepribadian Timur. Dalam banyak tulisan tentang masalah kebudayaan
sering dibicarakan soal perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal dari
kebudayaan Barat, dan kepribadian manusia yang asal dari kebudayaan Timur.
Dengan demikian timbul dua konsep yang kontras, yaitu Kepribadian Timur dan
Kepribadian Barat. Mereka yang suka mendiskusikan kontras antara kedua konsep
tersebut biasanya menyangka bahwa Kepribadian Timur mempunyai pandangan hidup
yang mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran prelogis,
keramah-tamahan, dan kehidupan kolektif, sedangkan Kepribadian Barat mempunyai
pandangan hidup yang mementingkan kehidupan material, pikiran logis, hubungan
berdasarkan azas guna, dan individualisme.
Adapun
kontras kolektivisme individualisme Timur-Barat nerupakan kontras mengenai
orientasi nilai budaya manusia dan dapat dikaitkan dengan konsep tentang
Kepribadian Timur-Barat yang pernah dikembangkan sarjana Amerika keturunan
Cina, Francis L.K. Hsu, yang mengkombinasikan dalam dirinya suatu keahlian
dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat serta kesusasteraan Cina
Klasik. Dalam sebuah karangannya berjudul Psychological Homeostasis and Jen,
yang dimuat dalam majalah American Anthropologist jilid 73, tahun 1971 (hal.
2344), Hsu telah menyatakan pendapatnya bahwa ilmu psikologi yang dikembangkan
didalam masyarakat negara-negara Eropa Barat, dimana konsep individu memang
mengambil tempat yang sangat penting, biasanya menganalisa jiwa manusia dengan
terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai suatu
kesatuan analisa tersendiri.
Dengan
demikian untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu. Hanya sebagai
suatu objek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Hsu
telah mengembangkan suatu konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai makhluk
sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang berwujud seolah-olah seperti
lingkaran-lingkaran konsentrikal sekitar diri pribadinya.
Lingkaran
no. 7 dan 6 dalah daerah dalam jiwa individu yang oleh para ahli psikologi
sisebut daerah “tak sadar” dan “sub-sadar”. Kedua lingkaran itu berada didaerah
pedalaman dari alam jiwa individu, dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan
yan telah terdesak kedalam sehingga tak disadari oleh individu bersangkutan.
Kemudian
ada lingkaran no. 5 yang disebut oleh Hsu “kesadaran yang tak dinyatakan” (unexpressed
consciousness). Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
yang disadari penuh oleh individu bersangkutan, tetapi yang disimpan saja
olehnya dalam alam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakannya kepada siapapun juga
dalam lingkungannya. Ini disebabkan karena ada kemungkinan bahwa : ia takut, ia
malu, ia bersalah atau ia tidak dapat menemukan kata-kata atau perumusan yan
cocok untuk menyatakan gagasan yang bersanggkutan tadi kepada sesamanya.
Selanjutnya
ada lingkaran no. 4 yang oleh Hsu disebut “kesadaran yan dinyatakan” (expressed
conscious). Lingkaran ini dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran,
gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka
oleh individu kepada sesamanya, yang dengan mudah dapat diterima dan dijawab
pula oleh sesamanya.
Lingkaran
no. 3 yang oleh Hsu disebut “lingkaran hubungan karib”(intimate cosiety)
mengandung konsepsi-konsepsi tentang orang-orang, binatang, atau benda-benda
yang oleh individu diajak bergaul mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai
tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila sedang terkena
tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan serta masalah-masalah hidup
yang menyulitkan.
Sikap
manusia terhadap orang binatang atau benda-benda dalam lingkaran no. 2 yang
dapat kita sebut “lingkungan hubungan berguna” tidak lagi ditandai oleh sikap
sayang mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang,
atau benda-benda itu bagi dirinya. Lingkaran no. 1 yang dapat disebut “lingkaran
huhungan jauh” terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang
manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan, dana dan yang ada dalam
kebduayaan dan masyarakatnya sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti
dan pengaruh lansung terhadap kehidupannya sehari-hari.
Daerah
no. 0, yang disebut “lingkaran dunia luar” terdiri dari pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran-pikiran yang terletak dalam
lingkaran-lingkaran nomor 1, hanya saja bedanya antara yang pertama dan yang
kedua ialah bahwa yang pertama terdiri dari pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapan tentang orang dan hal yan terletak diluar masyarakat dan
negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa
bodoh.
Berdasarkan
konsepsi terurai diatas, maka Hsu mengusulkan untuk mengembangkan suatu konsep
kepribadian yang lain sebagai tambahan terhadap konsep personality yang telah
lama dikembangkan para ahli psikologi Barat itu. Konsep yang dapat dipakai
sebagai landasan untuk mengembangkan konsep lain itu menurut Hsu adalah konsep
jen dalam kebudayaan Cina. Jen adalah “manusia yang berjiwa selaras, manusia
yang berkepribadian”.
Keterangan
psikologi dari Hsu ini, yang mencoba melihat perbedaan antara manusia yang
hidup dalam lingkungan Kebudayaan Timur dan manusia yang hidup dalam lingkungan
Kebudayaan Barat itu, memang mencoba menyelami sumber-sumber inti dari
perbedaan itu. Semua perbedaan lahiriah antara kedua tipe manusia itu hanyalah
akibat dari perbedaan inti itu.