Latar Belakang
1.
Masyarakat Jepang
Jepang adalah negara kepulauan di Asia Timur. Pada tahun 2006, total luas wilayah Jepang adalah
377.923,1 km², di antaranya 374.834 km² adalah daratan dan
3.091 km² perairan. Sekitar 73% wilayah Jepang adalah daerah pegunungan.
Total luas wilayah Jepang kira-kira 85% luas Pulau Sumatra.
Negara Jepang kini sudah dikenal masyarakat dunia
bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai negara maju. Padahal
luas wilayah Jepang lebih kecil bila dibandingkan dengan Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar dengan lebel
Negara Matahari Terbit tersebut dan kualitas SDA yang sangat bagus. Seperti konsumsi
(rumah makan), barang elektronik, transportasi, pakaian, dan bahan baku lainnya
bahkan atom & nuklir.
Pada
umumnya orang Jepang masih berdisiplin, bekerja keras, masyarakat Jepang
sedikit korupsi, lebih makmur, tertib, efisien, bersih dan aman (setidak-tidaknya
tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesia. Masyarakat di Jepang
sudah tergolong sebagai manusia modern.
2. Masyarakat
Indonesia
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia. Luas
daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya
3.257.483 km². Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut
juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan populasi sebesar 222 juta
jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di
dunia. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa
dan agama yang berbeda. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal
ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman
yang membentuk negara.
Menurut
sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,dan
diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.130 juta (lebih dari 50%)
tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus
pulau dimana ibukota Jakarta berada. Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia
adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia,
Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk
Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih
spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda,
Madura, Batak, dan Minangkabau.Selain itu juga ada penduduk pendatang yang
jumlahnya minoritas diantaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka
sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan
menetap menjadi bagian dari Nusantara.
B.
Sifat Dasar/ Perilaku Masyarakat
Perilaku atau
sistem tingkah laku adalah perwujudan daripada kepercayaan dan nilai-nilai yang
dipedomani oleh setiap kebudayaan. Menurut Ruben (1954, 129-155) perwujudan
tingkah laku itu adalah melalui simbol-simbol verbal seperti bahasa yang
digunakan baik lisan maupun tulisan dan melalui symbol-simbol nonverbal seperti
gerakan badaniah/bahasa tubuh, penampilan, persepsi indrawi, penggunaan ruang
dan jarak serta penggunaan waktu. (Lusiana, 2012 :70).
1.
Masyarakat Jepang
Dari mengamati
perilaku kehidupan masyarakat Jepang, sebenarnya tergambar bagaimana komunitas
terdidik terlahir dari suatu sifat & sikap yang sederhana.
a.
Rasa Malu
Fenomena
"malu" yang telah mendarah daging dalam sikap dan budaya masyarakat
Jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk didalamnya masalah kehormatan terhadap HAM, masalah law
anforcement, masalah kebersihan moral aparat, dan sebagainya.
Dalam aplikasi
ekstrimnya, budaya malu ini membawa pengaruh negatif dalam prilaku kehidupan
masyarakat Jepang, adalah prilaku bunuh diri yang dikenal dengan “harakiri”.
Lebih baik mati daripada menanggung rasa malu. Ini adalah salah satu efek
negatif dari rasa malu.
b.
Tertib dan
Disiplin
Bagaimana
masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas adalah suatu nyata.
Orang Jepang lebih senang memakai jalan memutar dari pada mengganggu pengemudi
di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya
mereka untuk menunggu lampu traffice light menjadi hijau, meskipun di
jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi.Bagaimana mereka secara
otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan,
pembelian tiket kereta, masuk ke stadion, di halte bus, bahkan memakai toilet
umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi bersusun rapi menunggu giliran.
ketika dikelas
pelajar-pelajar di jepang tidak mau mengosongkan bangku paling depan, yang
dikosongkan adalah bangku paling belakang. Biasanya pelajar- pelajar di
jepang berebut menampati tempat duduk paling depan. Di jepang pelajar-pelajar
yg menempati tempat duduk di bagian belakang biasanya ada;lah pelajar-pelajar yang
cenderung malas. Di Indonesia ketika dikelas tempat duduk yang kosong adalah
bangku yang paling depan, kebanyakan malah berebut bangku barisan belakang.
c.
sangat mengahargai waktu
Beda dengan di
Indonesia yang membudayakan jam karet alias molor. Disana mereka berangkat
kerja dan sekolah sangat pagi dan jarang sekali ada yang telat, itu juga
dikarenakan mereka lebih suka berangkat dengan kendaraan umum seperti kereta,
daripada berangkat dengan kendaraan pribadi mereka. Berbeda dengan di negara
tercinta kita ini yang lebih senang memakai kendaaraan pribadi, padahal
orang-orang jepang mempunyai lebih dari satu mobil di rumah mereka (khusus yang
kaya) tapi jarang dipakai,cuma dipanaskan saja kalau pagi.
d.
Sopan dan
Santun
Masyarakat
Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan gomennasai (maaf)
dalam setiap kondisi yang tidak mengenakan orang lain. Kalau kita berjalan
tergesa-gesa dan menabrak orang Jepang, sebelum kita meminta maaf orang Jepang
dengan cepat akan meminta maaf kepada kita, demikian juga apabila bertabrakan
sepeda dengan mereka, tidak peduli siapa yang sebenarnya pada pihak yang salah,
mereka akan secara refleks mengatakan gomennasai (maaf). Seperti
prilaku orang Timur pada umumnya, orang Jepang selalu menyapa dan mengucapkan
salam kepada orang yang ditemuinya, sekalipun itu orang asing yang belum mereka
kenal. Sama halnya dengan budaya Jawa, bahasa Jepang juga memiliki kosa kata
khusus yang digunakan untuk menunjukkan penghormatan atau yang lebih sopan
seperti “krama inggil” dalam bahasa Jawa.
e.
rajin belajar
murid murid di
Jepang biasa belajar sampai lebih dari 12 jam, dari pagi jam 08.00 sampai
17.00. Setelah selesai di sekolah mereka tidak langsung pulang tapi mereka
belajar di Juku ( semacam bimbingan belajar). Mereka belajar di Juku bisa
sampai jam 22.00 dan baru pulang sekitar jam 24.00. Kalau tidak ada kegiatan di
juku mereka biasanya mengikuti les yang menunjang bakat mereka misalnya menari,
karate, les piano dan lain-lain, Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.
Kebiasaan ini sangat berbeda dengan pelajar kita, pulang sekolah, pergi ke mall
atau pergi nongkrong. Dan hal ini menjadikan orang Jepang untuk giat bekerja
saat telah menyelesaikan pendidikan.
f.
semangat
pantang menyerah
karena dalam
budaya mereka tidak ada prinsip kegagalan. Yang ada hanyalah kurang berusaha,
oleh karenanya mereka terbiasa menjadi orang-orang yang ulet dan pantang
menyerah. Tidak heran jika mereka bisa bangkit pasca bom Hiroshima dan
Nagasaki.
2. Masyarakat
Indonesia
a. Ramah tamah
Sifat orang Indonesia yang terkenal ramah
memang benar adanya. Orang Indonesia memang selalu tersenyum bila bertemu
dengan orang lain terutama orang yang baru dikenalnya. Jabat tangan yang hangat
ketika bertemu memang menjadi salah satu sopan santun yang sudah mengakar dalam
setiap warga Indonesia. Coba saja Anda buktikan. Terutama di bidang-bidang
pelayanan publik, Anda akan menemukan keramahan di sana. Anda akan menemukan
salam sapa yang ramah dan senyum menyambut kedatangan Anda.
b. Orang Indonesia
mempunyai Watak yang lemah
Maksudnya adalah sebagian besar orang Indonesia mempunyai karakter yang
kurang kuat. Manusia Indonesia kurang dapat mempertahankan atau memperjuangkan
keyakinannya. Mereka mudah dipengaruhi, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk
’survive’ (bertahan hidup) mereka dapat langsung bersedia mengubah
keyakinannya. Makanya kita dapat melihat gejala pelacuran intelektuia amat
mudah terjadi dengan manusia Indonesia.
c. Orang Indonesia
itu tidak hemat, karena mereka bukan bukan “Economic Animal”
Berbeda sekali dengan masyarakat Jepang yang sebagian besar menerapkan
hidup hemat. karena manusia Indonesia pandai mengeluarkan terlebih dahulu
penghasilan yang belum diterimanya, atau yang akan diterimanya, atau yang tidak
akan pernah diterimanya. Dia cenderung boros. Dia senang berpakaian bagus,
memakai perhiasan, berpesta-pesta. Hari ini ciri manusia Indonesia menjelma
dalam membangun rumah mewah, mobil mewah, pesta besar, hanya memakai barang
buatan luar negeri, main golf, singkatnya segala apa yang serba mahal.
d. Orang Indonesia
lebih suka tidak bekerja keras, kecuali kalau terpaksa
Sangat bertolak belakang dengan masyarakat Jepang yang suka bekerja keras.
Dan kebiasaan mereka (rakyat Jepang) yang ber-harakiri (bunuh diri) apabila
mereka gagal. Gejala mengapa masyarakat Indonesia seperti ini adalah dilihat
dari cara-cara banyak orang yang ingin segera menjadi “millionaire seketika”,
seperti orang Amerika yang membuat instant, atau dengan mudah mendapat gelar
sarjana sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat
pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya.
e.
Orang Indonesia mempunya sifat mentalitas yang meremehkan mutu
Kebutuhan akan kualitas dari hasil
karya kita dan rasa peka kita terhadap mutu sudah hampir hilang. Hal ini akibat
dari kemiskinan hebat yang melanda bangsa kita, sampai tidak sempat memikirkan
mengenai mutu dari pekerjaan yang dihasilkan dan mutu dari barang dan jasa yang
kita konsumsi. Kita tidak memiliki daya saing dalam produksi ekspor, dimana
produksi kita masih dimonopoli oleh sejumlah orang mampu dan tenaga ahli yang
terbatas.
Masalah mentalitas meremehkan mutu
ini disebabkan karena proses penyebaran, perluasan, pemerataan, dan
ekstensifikasi dari sistem pendidikan kita yang tidak disertai dengan
perlengkapan sewajarnya dari prasarana-prasarana pendidikan.
f.
Orang Indonesia terkenal ketidak disiplinannya
Ini merupakan suatu sifat yang justru pada zaman setelah revolusi tampak
makin memburuk dan merupakan salah satu pangkal daripada banyak masalah sosial
budaya yang kita sekarang hadapi. Banyak orang Indonesia, terutama di
kota-kota, hanya berdisiplin karena takut akan pengawasan atas. Pada saat
pengawasan itu kendor atau tidak ada, maka hilanglah juga hasrat murni dalam
jiwanya untuk secara ketat menaati peraturan- peraturan.
Ketika makan dikendaraan pribadi/umum:
Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau
dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah menemukan tong sampah
atau sampai dibawa ke rumah.
Indonesia: Sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku bus/kereta api, bahkan ada yang dilempar ke luar jendela.
Indonesia: Sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku bus/kereta api, bahkan ada yang dilempar ke luar jendela.
C.
Kebiasaan
1. Masyarakat
Jepang
Dalam
budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya
saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda,
dsb. Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼). Ritsurei adalah ojigi yang dilakukan sambil
berdiri. Saat melakukan ojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat
untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di
depan badan. Sedangkan zarei
adalah ojigi yang dilakukan
sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya, ojigi
dibagi menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku (会釈). Semakin lama dan semakin dalam
badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level
yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei sekitar 30-45 derajat,
sedangkan eshaku sekitar
15-30 derajat. Saikeirei sangat
jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf
yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan,
ojigi dilakukan berulang
kali. Misalnya saat ingin menyampaikan perasaan maaf yang sangat mendalam.
Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.
2. Masyarakat
Indonesia
ü Jabat tangan
Tradisi jabat
tangan dilakukan baik di Indonesia maupun di Jepang melambangkan keramahtamahan
dan kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan dengan
merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin,
ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan
dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang kemudian meletakkan tangan
di dada, ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal tersebut
tidak semata lahiriah, tapi juga dari batin.
ü Cium tangan
Tradisi cium tangan lazim dilakukan
sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua, dari seorang
awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya. Tidak jelas
darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya
Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai
penghormatan seorang pria terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau
lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga
yang dilakukan dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang
tidak dikenal budaya cium tangan.
ü Cium pipi
Cium pipi biasa
dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau
sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya.
Tradisi ini tidak ditemukan di Jepang.
ü Sungkem
Tradisi sungkem
lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain.
Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang
murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan
melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai
ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan meminta doa restunya.
D.
Contoh
1.
Masyarakat Jepang
Ø Budaya berpakaian tradisional ( kimono ) masih ada hingga saat ini. Mereka
tidak malu untuk memakainya, tak terkecuali kaum muda.
Ø Dimana saja, meskipun sedang berjalan atau pun naik kendaraan ( kereta, dll ) masih disempatkan
untuk membaca.
Ø Lebih memilih menggunakan transportasi umum atau pun berjalan kaki dan naik
sepeda ke mana saja, padahal mereka memiliki mobil. Mobil hanya digunakan untuk
acara keluarga atau darurat.
Ø Ketika berjalan
di pagi hari, mereka berjalan sangatcepat, takut terlambat ke kantor atau pun
ke sekolah
Ø Saat konser musik, walaupun rock, tetap tertib dan tidak anarkis
2.
Masyarakat Indonesia
Ø Sering melanggar peraturan lalu lintas misalkan tidak memakai helm
Ø Lebih menyukai produk luar negeri
Ø Mudah dipengaruhi dengan iming-iming uang atau yang lainnya
Ø Sering terlambat datang ke sekolah atau ke kantor
Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang
Masyarakat
Jepang mempunyai pandangan yang sangat sekuler dan tidak begitu peduli pada
agama, tetapi kebanyakan orang Jepang menganut agama Shinto dan Budha. Meskipun
agama tidak penting, tetapi ketika ada acara ulang tahun, pernikahan dan
pemakaman, mereka biasanya melakukan ritual keagamaan.
Pandangan Masyarakat Jepang terhadap
Agama :
Ø Tuhan atau agama merupakan sesuatu yang terpisah. Agama adalah hal yang
bersifat pribadi, dalam arti merupakan sesuatu yang tidak bisa diusik-usik oleh
orang lain.
Ø Agama paling banyak dianut di Jepang: Shinto dan Budha
Shinto: Percaya
kepada dewa, ajarannya tentang hal yag baik dan buruk
Budhist: Percaya
kepada roh, ajarannya pencerahan hati dan berusaha sendiri.
Ø Agama Budha banyak mempengaruhi agama Shinto, terlihat masyarakat Jepang
tidak ingin kehilangan ajaran aslinya, tetapi juga ingin menerima ajaran Budha
sebagai ajaran baru. Kedua ajaran ini bercampur baur yang melahirkan satu
jenis ajaran yang unik, bukan dari isinya, tetapi dari cara pelaksanaannya.
Banyak prilaku kehidupan bangsa Jepang yang menunjukkan pencampuran agama yang
sangat tidak jelas batas-batasnya.
Perbandingan Sistem
Pemerintahan antara Jepang
dan Indonesia
Perbandingan
|
Jepang
|
Indonesia
|
Bentuk Negara
|
Monarkhi Konstitusional
|
Republik (Negara Kesatuan)
|
Demokrasi
|
Demokrasi Pasifis
|
Demokrasi Pancasila
|
Sistem Pemerintahan
|
Parlementer
|
Presidensiil
|
Kepala Negara
|
Kaisar
|
Presiden
|
Kepala Pemerintahan
|
Perdana Menteri
|
Presiden
|
SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA JEPANG
Bentuk
negara Jepang sendiri adalah sebuah negara yang monarki konstitusional yang
sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Mengenai sistem pemerintahan, Jepang
menjalankan sistem pemerintahan parlementer, sama seperti yang dijalankan di
Negara Inggris dan Kanada. Sejak tahun 1947 di Jepang mulai berlaku sebuah
konstitusi atau Udang-Undang Dasar yang didasarkan pada tiga prinsip, yaitu :
kedaulatan rakyat, hormat terhadap hak - hak asasi manusia, dan penolakan
perang.
Sebagai
kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai
"simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di
tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota
terpilih Parlemen Jepang, sementara
kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang
bertindak sebagai kepala negara dalam urusan
diplomatik.
Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar
yang dibentuk mengikuti sistem Inggris. Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Majelis
Rendah Jepang terdiri dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih
secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah
dibubarkan. Majelis Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki
masa jabatan 6 tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang
berusia 20 tahun ke atas memiliki hak untuk memilih.
Kabinet
Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para
menteri. Perdana Menteri adalah salah seorang anggota parlemen dari partai
mayoritas di Majelis Rendah. Partai Demokrat Liberal (LDP)
berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Pada tahun itu
terbentuk pemerintahan koalisi yang hanya
berumur singkat dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar di Jepang adalah Partai Demokratik Jepang.
Perdana
Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana
Menteri diangkat melalui pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila Majelis
Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing memiliki calon perdana menteri, maka
calon dari Majelis Rendah yang diutamakan. Pada praktiknya, perdana menteri
berasal dari partai mayoritas di parlemen. Menteri-menteri kabinet diangkat
oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan
keputusan Parlemen Jepang[, dan memberi persetujuan atas
pengangkatan menteri-menteri kabinet. Perdana
Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah untuk
bertahan sebagai Perdana Menteri.
SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA INDONESIA
Ketentuan pokok mengenai sistem politik yang diatur dalam konstitusi
tertulis ini antara lain adalah:
1. Bentuk Negara Kesatuan Indonesia adalah Republik. Dengan demikian
kedaulatan adalah di tanagn rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh suatu badan
yang disebut majelis permusyawaran rakyat. MPR ini keanggotanya terdiri dari
Dewan Perwakialn Rakyat (DPR), suatu badan yang mempunyai peranan legislatif
yang dipilih secara berkala lima tahun sekali melalui pemilihan umum ditambah
dengan golongan-golongan serta utusan daerah yang jumlah dan pengaturannya
ditetapkan oleh Undang-Undang.
2. Sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem presidensil. Dengan
demikian presiden sebagai kepala pemerintahan mempunyai kekuasaan yang sanagt
besar didalam melakuakn tugas-tugasnya. Untuk kelancaran tugasnya presiden
disamping sebgai kepala eksekutif juga dilengkapi dengan sejumlah kekuasaan
legislatif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif yang dimaksud adalah didalam
perumusan undang-undang. Undang-undang dibuat oleh presiden bersama-sama dengan
DPR. Disamping Undang-undang, Presiden juga menetapkan peraturan pemerintah.
Sementara kekuasaan yudikatif tercermin dari haknya untuk memberikan grasi,
amnesti, abolisi, dan rehabilitasi. Dengan demikian, sistem pemerintahan
Indonesia tidaklah mengikuti trias politika secara murni.
3. Secara operasional, fungsi legislatif dan pengawasan dilaksanakan oleh DPR.
Badan ini bersama-sama dengan presiden bertugas merumuskan undang-undang.
Disamping itu, DPR juga bertugas mengawasi pelaksanaan tugas pemerintahan,
apakah sesuai dengan GBHN yang ditetapkan MPR.
4. Kekuasaan yudikatif dilaksaankan oleh sebuah mahkamah Agung dengan susunan
yang diatur oleh undang-undang. Mahkamah Agung merupakan badan yang lepas dari
pengaruh pemerintahan. Untuk menjamin kebebasan badan ini dari pengaruh
pemerintah dilakukan melalui undang-undang.
5. Disamping undang-undang yang disebut diatas, diatur pula badan-badan lain
seperti Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu suatu badan yang bertugas memberi
pertimbanagn pada presiden.
6. Karena Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari ribuan
pulau, maka masalah daerah juga diatur melaui UUD. Sebagai negara
kesatuan, maka indonesia tidak mempunyai
daerah dilingkungannya yang seperti negara pula. Dengan demikian tidak ada
negara bagian sebagaimana yang dikenal didalam bentuk federalisme. Pengaturan
daerah dilakukan dengan membagi wilayah Indonesia kedalam beberapa daerah yang
disebut provinsi. Selanjutnya setiap provinsi ini dibagi lagi secara bertingkat
menjadi daerah yang lebih kecil. Penetapan pembagian wilayah ini secara rinci
dilakukan melalui undang-undang dan peraturan daerah. Bagi daerah tertentu,
yang menurut asal mulanya mempunyai riwayat yang khusus/khas, dapat
dipertimbangkan menjadi daerah isttimewa dengan tujuan mempertahankan
kekhususan daerah tersebut.
Peraturan
daerah dilaksanakan dengan model desentralisasi, dalam arti daerah diberikan,
dalam batas-basat tertentu, otonomi untuk mengurus kepentingannya sendiri.
Dalam daerah-daerah yang mempunyai otonomi ini dibentuk pula badan-badan
perwakilan daerah.
Demikianlah
beberapa pokok-pokok penting mengenai sistem politik yang diatur dalam
Undang-Undang 1945. Dari poko-pokok tersebut dapat dimengerti kalau UUD
1945 memang ringkas. Perihal pelaksanaan
lebih banyak dituangkan melalui undang-undang dan peraturan lain yang lebih
rendah tingkatannya. Beberapa ketentuan penting yang menyangkut sistem politik,
seperti masalah partai politik dan organisasi kepentingan, pemilu, pemerintahan
daerah, hubungan antara pusat dan daerah, jumlah dan komposisi keanggotaan
MPR/DPR, semuanya diatur melalui undang-undang dan peraturan lain.
Daftar
Pustaka