Orang – orang Pergerakan
Partai masjumi digerakan
oleh dua kekuatan besar yaituh para priayi Religius dan para Kiayi alim yang
sederhana mereka adalah orang orang pergerakan yang telah banyak merasakan
perjuangan.
Muhammad Natsir (1908-1993) : Sang
Mestro Dakwah
Muhammad Natsir lahir
dikampung jembatan berukir, alahan panjang, sumatra Barat 17 juli 1908.Tumbuh
dari sebuah keluarga sederhana dengan kultur minang kabau yang lekat dengan
tradisi mengaji dan menghabiskan masa dewasa dirantau.
Aktifitas natsir semasa
sekolah dan diawal awal pergerakan yaitu mentang jendring kristen yang dibawa
oleh orang orang asin menolak sekularisme oleh para pribumi aktifis kebangsaan,
menentang pelecehan yang dilakukan oleh kelompok kebatinan, mencerminkan alam
pikiran dan gerak langkehnya kedepann. Sikap inilah yang trus ia jaga sampai
aktif berjuang dipartai masjumi.
Haji Agus Salim : Mentor para aktifis
(1884 – 1954)
Haji agus Salim sering
disebut The Graned Old Man haji agus Salim adalah seorang mentor pergerakan
aktifis, sehingga memiliki wacana sangat luas selain itu dia menguasai beberapa
banyak bahasa agus salim juga menjadi mentor organisasi Jong Islammietend Bond
(JIB) saitu sebuah organisasi muda islam terbentuk akibat kekecewan mereka
terhadap organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).
Pada masa keaktian salim
disarekat islam inilah terjadi pergolakan didalam tubuh organisasi. Aktifis Si
yang juga juga menjadi tokoh sosalis demokrat (komunis) yang bersebrangan
dengan Salim. Mereka yang terkena ideologi Kiri terpecah menjadi dua SI yang
berada di bawah Semaun dan dibawah Tjokro waminoto dan salim.
Pasca masa kemerdekaan haji
Agus salim kemudian duduk dikabinet pemerintahan menjadi mentri luar negri.
Kipiawannya dalam melakukan lobi dan diplomasi membuat salim disegani
dikalangan dunia Internasional. Haji Agus Salim adalah tokoh yang melobi dunia
untuk mengakui kemerdekaan indonesia.
Setelah kemerdekaan dia
masuk kepartai Masjumi generasi pertama bersama KH. Hasyim Asyari setelah partai
masjumi pecah dengan berdirinya PSII 1947 haji Aggus Salim mengundurkan diri
dalam partai politik.
Prawoto Mangkussasmito (1910 – 1970) : pejuang yang sederhana
Tohoh ini adalah sosok yang
dibesarkan dilingkungan muhammadiyah. Saat ikut terlibat dalam mendirikan
partai masjumi bersama Kibagus Hadikusumo mereka berdua adalh wakil dari
muhammahdiah. Prawoto aktif bekerja sebagai badan pekerja (BP).
Bersama pemuda tokoh tokoh
lainnya pada masa lalu, Prawoto adalah kader yang dilahirkan dari Jong
Islamienten Bond (JIB).
Prawoto menjadi nahkoda
terakhir partai masjumi, setelah kongres sembilan partai tersebut yang
berlangsung diyogjakarta pada 1959 memilihnya sebagai pimpinan umum.
Prawotolah orang yang
berjuang keras atas keputusan pemerintahh yang berisi pembubaran partai Masjumi.
Sjafrudin Prawiranegara (1911-1989) :
Menteri Keuangan yang Hidup kekurangan
Berasal dari keluarga priyayi yang
relijius. Syafrudin lahir di Banten pada 28 Februari 1911. Ia menempuh
pendidikan dasar Europeesche Lagere School (ELS) di serang. Kemudian ia ia
melanjutkan studi ke sekolah Lagere Onderwijs (MULO) di Madiun.
Sjafrudin diangkat sebagai
anggota Badan Pekerja KNIP.
Saat aktif di partai Masjumi inilah
sjafrudin bergaul akrab dengan orang pergerakan yang cukup mumpuni yang dikenal
taat, alim dan memahami ajaran ajaran Islam.
Tafsir Asas Partai Masjumi
Cita-cita perjuangan Partai Masjumi tak
lepas dari upaya menjadikan islam sebagai pijakan yang mengatur kehidupan baik
individu, masyarakat, dan negara. Visi mensejahtrakan rakyat dan membangun
pemerintahan, dibingkai dalam cara pandang Islam.” Islam itu kalau besar tidak
melanda, kalaupun tinggi malah melindungi”.
Islam Sebagai Asas Perjuangan
Partai Masjumi berdasarkan pada Islam,
dan bertujuan terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan orang
seorang, masyarakat dan negara Republik Indonesia, menuju keridhaa Ilahi. Asas
adalah landasan, titik tolak, tempat berpijak, dan ruh bagi perjuangan. Karena
itu, Pertai Masjumi menjadikan Islam sebagai asas perjuangan.
Partai Masjumi menawarkan
gagasan-gagasan Islam ditengah sistem-sistem buatan manusia yang terbukti
gagal, seperti: komunisme yang melahirkan diktatorproletariat, kapitalis yang
menghisap kaum buruh, dan sosialis yang meniadakan hak kepemilikan pribadi.
Konsep dan gagasan Partai Masjumi dalam menjalankan pemerintahan bertujuan pada
upaya menciptakan “ Baldatun Thayyibatun Wa Robbun Ghafar”.
Wujud dari “Baldatun
Thayyibatun Wa Robbun Ghafar” yaitu negara yang berkebajikan diliputi ampunan
Ilahi, dengan perantara-perantaraan wakil-wakil rakyat yang dipilih, dimana
kaidah-kaidah kedaulatan rakyat, kemerdekaan, persamaan, tasamuh (lapang dada),
keadilan sosial sebagai yang diajarkan oleh Islam, terlaksana sepenuhnya.
Partai Masjumi
memperjuangkan agar dasar Islam tegak dan syariat Islam ditegakan. Karena
inilah yang menjadi cita-cita umat Islam ketika berjuang sekuat tenaga bagi
kemerdekaan Republik Indonesia.
Bersabar dalam Perjuangan
Partai Masjumi berpegang pada prinsip kesabaran dalam
brjuang. Prinsip menjaga kedamaian dalam upaya-upaya penegakan Islam. Karena
banyak orang yang berjuang, tapi tidak sabar. Bersabar bukan berarti tuduk dan
diam terhadap kemungkaran dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang
yang berkuasa. Bersabar bukan berarti pasif, berdiam diri, atau bahkan malah
berpeluk mesra dengan penguasa yang jelas-jelas mungkar. Partai Masjumi
beryakinan, sistem islamlah yang mampu mengetur kehidupan umat manusia dalam
segalalini, sementara demokrasi hanyalah “ alat” semata yang digunakan untuk
memutuskan perkara-perkarayang bersifat keduniaaan.
Bersabar dalam kontek perjuangan
Partai Masjumi diiringi dengan perjuangan yang terus menerus, tak mengenal
lelah, pandai memanfaatkan celah, dalam batasan batasan yang diajarkan syariat.
Ketika rezim Soekarno bertindak otoriter dengan memaksakan ideologi Nasakom dan
Demokrasi Terpimpin, Partai Masjumi mengeritik dengan keras, meskipun yang
akhirnya berhadapan dengan palu godam kekuasaan. Tokoh Partai Masjumi
mengetakan tidak wajib taat pada ulil amri yang jelas-jelas menentang syariat,
yang berbuat mungkar dan maksiat.
Namun tidak wajibnya taat kepada
pemimpin yang maksiat bukan berarti Masjumi menyerukan umat untuk berontak,
mengangkat senjata, dan melakukan fisik terhadap pemerintah. Akan tetapi
menggunakan jalur-jalur yang sudah disepakati sebagai aturan hidup yang
berbangsa dan bernegara yang tertuang dalam konstitusi. Ketika Partai Masjumi
dibubarkan oleh rezim Soekarno para pemimpinnya ditangkap, hak-hak politiknya
dikebiri mereka tetap bersabar. Meski tak lagi memeperjuangkan Islam lewat
jalur politik, namun mereka tetap berpolitik lewat jalur dakwah. Dengan
mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Sehingga ada ungkapan, “
jikalau dulu berdakwah leawt jalur politik, maka sekarang berpolitik lewat
jalur dakwah”.
Visi Bermasyarakat Dan Membangun
Toleransi
Terkait dengan kehidupan bermasyarakat, Partai Masjumi
bepegang kepada ajaran Islam, bahwa “ Masyarakat itu harus merupakan suatu
jamaah dibawah Tuhan, artinaya tunduk kepada hukum dan peraturan yang
diperintahkan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an, berpedoman pada caranya
Rosulallh SAW melaksanakan perintah-perintah dan peraturan....”.
Menjelaskan bagaimana seharusnya
berhubungan dengan orang yang berbeda keyakinan, menjalankan toleransi beragama
dalam berkehidupan sosial, dan membangun saling kesepahaman dal identitas
masing-masing, tanpa saling mengganggu dalam urusan kaidah. Dalam kontek
pergaulan sosial, Partai Masjumi menegaskan bahwa Islam melarang kita berlaku
tidak adail, membenci terhadap kelompok diluar kita, hanya semata-mata
kebencian kita terhadap mereka. Keadilan adalah prinsip pokok yang harus
dipegang teguh dalam menjalankan kehidupan bermuamalah anatar manusia.
Piagam Jakarta !
Piagam Jakarta dilakasanakan pada
tanggal 22 juni 1945 yang terdiri dari panitia 9 atau sembilan orang tokoh yang
mewakili beragam latar belakang kelompok/agam bersidan dalam BPUPKI. Kesembilan
tokoh itu yaitu; Ir. Soekarno, Mohammad
Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim,
Sir Achmad
Subardjo, Wahid Hasyim,
dan Muhammad
Yamin. Panitia ini menyusun naskah yang semula dimaksudkan sebagai
teks proklamasi kemerdekaan, namun akhirnya dijadikan Pembukaan atau Mukadimah
dalam UUD 1945.
Berikut ini butiran-butirannya yang
sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD 1945.
Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan di atas
doenia haroes dihapoeskan, karena tidak sesoeai dengan peri-kemanoesiaan dan
peri-keadilan.
Dan perdjoeangan pergerakan
Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-gerbang Negara
Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil dan makmoer.
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha
Koeasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan jang loehoer, soepaja
berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka Rakjat Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaannja.
Kemudian daripada itoe, oentoek
membentoek suatoe Pemerintah Negara Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa
Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia, dan untuk memadjoekan
kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan kehidoepan bangsa, dan ikoet
melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe
dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam suatu
susunan negara Repoeblik Indonesia jang berkedaoelatan Rakjat, dengan
berdasar kepada:
Namu akiibat dari desakan kelompok
kristen, piagam Jakarta mengalami perubahan. Dalam Piagam Jakarta yang berisi “Kewajiban Menjalankan Syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapuskan.
Kelak, para tokoh yang kecewa
dengan penghapusan tersebut, termasuk mereka yang ikut mendatangani Piagam
Jakarta seperti H. Agus
Salim, KH Abdul Wahid
Hasyim, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Ki Bagus Hadikusumo
dan lain-lain bertekad untuk mendirikan satu wadah perjuangan politik umat.
Badan yang bertujuan memperjuangkan segala aspirasi kaum muslimin, sehingga
umat mempunyai kekuata politik yang kuat dan bersatu.
Dua bulan setelah peristiwa
penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu, mereka berkumpul untuk
mengadakan kongres Umat Islam di Jogjakarta. Sebuah kongres yang kemudian
melahirkan sebuah Partai Politik Islam bernama Masjumi.
|
|
|
1945
Awal Perjuangan
Pertemuan di Jogjakarta
berlangsung cukup istimewa, pada tanggal 7-8 November 1945/1-2 Dzulhijjah 1364
H, para ulama dan aktifis Islam berkumpul untuk menyatukan tekad memperjuangkan
aspirasi kaum muslimin dalam satu wadah partai politik, maka berdirilah Partai
Masjumi yang dipimpin oleh tokoh-tokoh pemuka agama seperti M. Natsir (ketua),
Sri Sultan HamengkuBuwono IX dan lain-lain. Apalagi, beberapa hari sebelumnya,
pada 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat No. X Tahun 1945 yang
membolehkan berdirinya partai-partai politik untuk mengisi perjuangan
kemerdekaan.
Berdirinya Partai Masjumi,
dengan identitas sebagai “ satu-satunya wadah perjuangan politik umat Islam”,
tentu menjadi perhatian nasional. Serta Partai Masjumi ini cukup mewakili
kalangan cendekiawan modernis dan ulama tradisionalis ketika itu.
Secara umum, menurut
sejarawan Deliar Noer, tujuan didirikannya Paratai Masjumi adalah “melaksanakan
cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan, sehingga mewujudkan susunannegara yang
berdasarkan kedaulatan rakyat dan masyarakat, yang bedasar keadilan menurut
ajaran-ajaran Islam”. Dalam bahasa yang ringkas Partai Masjumi dibentuk dengan
tujuan :
1) Menegakan kedaulatan Negara RI dan agama Islam
2) Melasanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan
3) Melenyapkan kolonialisasi dam imperialisasi
Sedangkan dalam pasal IV-nya
dinyatakan usaha partai untuk mencapai tujuannya, yaitu:
1) Menginsyafkan dan memperluas pengetahuan serta kecakapan
umat Islam Indonesia dalam perjuangan politik
2) Menyusun dan memperkokoh kesatuan dan tenaga umat Islam
Indonesia dalam segala lapangan
3) Melaksanakan kehidupan rakyat terhadap perikemanusiaan’
kemasyarakatan, persaudaraan dan persamaan hak berdasarkan taqwa menurut ajaran
Islam
4) Bekerjasama dengan lain-lain golongna dalam lapangan
bersama atas dasar harga menghargai
Berselang enam bulan setelah
partai diddirikan, para aktivis Masjumi merumuskan sebuah “ program mendesak”
yang harus dilaksanakan oleh partai secra baik dan rapi, diantaranya :
1) Realisasi ideologi Islami dalam hal-hal yang brhubungan
dengan negara, agar mampu mendirikan suatu negara yang berdasarkan keadilan dan
kedaulatan rakyat yang sejalan dengan ajaran-ajaran Islam
2) Berlakunya Undang-Undang yang mejamin upah minimum,
maksimum jam kerja, tunjangan kecelakaan dan pensiunan
3) Berlakunya Undang-Undang yang mejamin petani memiliki
tanah pribadi yang cukup untuk menyokong dia besrta keluarganya, perlindungan
bagi hasil produksinya dan pengakuan statusnya secara umum
Sealain dalam urusan dalam
negeri Pertai Masjumi juga peduli terhadap nasib umat Islam di berbagai belahan
dunia lainnya. Jelaslah bahwa visi misi perjuangan Partai Masjumi tak hanya
berusaha membangun dan mensejahterakan bangsa sendiri, tetapi juga menunmbuhkan
kepedulian dengan umat Islam dibelahan dunia Lainnya.
1955
Debut
Pertama Mendulang Suara
Pemilu tahun 1955 adalah
wujud dari upaya pemerintah yang telah mengeluarkan maklumat pada 3 November
1945, pemerintah mengajurkan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik,
yang bertujuna yang masing-masing kelompok, yang ketika itu dipetakan menjadi :
kelompok Islam, kelompok nasionalis, kelompok sosiallis (termasuk kkomunis) dan
kelompok kristen-katholik, bisa meyalurkan aspirasi mereka cecara
legal-konstitusional, dan keberadaan kelompok/aliran paham tersebut bisa diatur
dalam satu pemerintahan.
Pemilu tahun 1955 tercatat
sebagai pemilu yang demokratis dalam sejarah perpolitikan di Indonesia,. Kurang
lebih 39 juta rakyat Indonesia ketika itu datang menggunakan hak suaranya. 90
rakyat ikut terlibat, meskipun pada masa itu tingkat buta huruf masih sekitar
70 persen.
Berdirinya Partai Masjumi
dan ikut sertanya pemilu 1955 adalah kegiatan dari perjuangan para tokoh Islam
yang berusaha menempuh cara-cara legal konstitusioanal, keikutsertaan mereka
dalam lapangan politik, tentu
saja diiringi dengan ketegasan sikap dalam memegang Islam, kekuata corak Ideologi,
dan sikap kritis terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi. Ditambah lagi,
gaya hidup yang sederhana dari para aktivisnya membuat orang-orang yakin bahwa
mereka tidak menjadikan politik ajang tukar menukar kepentingan,
memepertontonkankan pragmatisme, dan mencarai makan.
Sebagai Partai yang baru
sepuluh tahun berdiri, sejak didirikan pada tahun 1945, perolehan suara Partai
Masjumi cukup besar sehingga dipertimbangkan oleh lawan-lawanya dalam
percaturan politik. Secara nasional Partai Masjumi memperoleh 20,9% suara atau
7,9 juta atau tepatnya 7.903.886 juta pemilih. Diatasnya adalah PNI Medapatkan
22,3 % dan dibawahnya Partai NU mendapatkan suara 18,4% dan PKI medapapatka
suara 16%.
Secara akumulatif, jumalah
suara Partai masjumi di pualu-pulau besar tersebu adalah : Jawa 51,3%, Sumatera
42,8% Kalimantan 32% dan Sulawesi 33,9%. Sehingga Partai Masjumi mendominasi di
parlemen.
Sebelum bertarung secara
demokratis lawat pemilu, baik PNI atau PKI adalah musuh ideologi Partai
Masjumi. Tiga partai ini banyak melakukan polemik secara terbuka di media masa.
Disampin itu Partai Masjumi menilai PKI memasarkan atheisma, di negara yang
berdasarkan Ketuhanan Yng Maha Esa.
PKI melakukan pemberontakan
di beberapa daerah di madiun yang dipimpin oleh Musso, peristiwa ini terkenal
deanag sebutan “ Pemberontakan Madiiun”. Pemberontakan berhasi di padamkan.
Namun, pada tahun 1950-an aktivis Komunis tumbuh dengan menebarkan isu-isu di
masyarakat, isu-isu tersebut merek sebut dengan “ Tujuh Setan Desa”, yakni,
tuan tanah jahat, linttah darat, kapitalis birokrat, tenkulak jahat, bandit
desa, dan penguasa jahat. Isu-isu inilah yang kemudian menarik simpati rakyat,
yang ketika itu srba berkesusahan karena berada pada awal-awal masa revolusi.
Pemilu 1955 (pertama) adalah
debut pertama dan terakhir Partai Majumi dalam gelanggang demokrasi, setelah
kemudian partai ini bubar pada tahun 1960 atas rezim yang seadang mabuk
kekuasaan.
1956-1959
Perjuangan
di Konstituante
Tokoh-tokoh umat Islam yang
terpilih pada pemilu 1955 banyak yang duduk menjadi anggota konstituante,
Partai Masjumi berhasil mendudukan 112 anggotanya di Konstituante. Nama-nama
terkenal seperti: M. Natsir, Buya Hamka, KH Isa Anshari, Zainal Abidi Ahmad,
Oesman Raliby, Prof. Kahar Muzakir Burhanudin Harahap dan lain-lain, duduk
sebagai anggota Fraksi Masjumi di konstituante.
Di Majlis Konstituante, tiga
dasar ideologi yang diusulkan sebagai dasar negara, yaitu; Islam, Pancasila dan
Sosial Ekonomi menjadi bahan perdebatan yang sengit. Terutama perdebatan antara
kubu Islam dan kubu Pancasila. Front Islam dengan 230 anggotanya yang terdiri
dari beberapa partai Islam, berjuang sekuat tenaga, mengajukan gagasan agar
Islam dujadikan sebagai “dasar negara”. Bertarung dengan 273 anggota
Konstituante yang mendukun Pancasila. Persidangan ini merupakan persidangan
yang terpanjang, yaitu berlangsung tahun 1956 sampai 1959.
Kata Natsir, konstituante harus bebas
dari tekanan-tekanan dan saling terbuka dalam menyampaikan gagasan
masing-masing. Masjumi yang sejak dulu mempunyai cita-cita politik untuk
menjadikan Islam sebagai dasar negara kemudian mengajukan usul itu secara
terbuka.”Bukan semata-mata karena umat Islam adalah golongan tterbanyak
dikalangan rakyat Indonesia seluruhnya, kami memajukan Islam sebagai dasar
negara kita. Tetapi berdasarkan kepada keyakinan kami, ajaran-ajaran Islam yang
mengenai ketatanegaraan dan masyarakat serta dapat menjamin hidup keragamaan
atas salingmenghargai antara berbagai golonagan di dalam negara”.
Natsir juag mengkritik Pancasila
sebagai gagasan yang bersumber dari hasil penggalian manusia, yang tidak
bersumber pada agama. Dasar negara haruslah sesutu yang sudah mengakar di
masyarakat, dan realitas sejarah membuktikan bahwa islam sebagai agama yang
dianut mayoritas Indonesia cukup mengakar di masyarakat. Seajak abad 19
perjuangan umat islam untuk kemerdekaan adalah dilatarbelakangi oleh perjuangan
untuk menegakkan suatu negara berdasarkan Islam. Misalnya, perang yang
digelorakan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Cik Ditiro, sultan
Hsanuddin dan lain-lain.
Kemudian pada 2 juni 1945 majlis
mengadakan pemungutan suara dalam rangka kembali ke UUD 1945, dengan dua
pilihan yang diajukan ; pertama,
kembali ke UUD 1945 seperti yang dirumuskan pada tanggal 18 agustus 1945. Kedua, dengan memasukan anak kalimat
Piagam Jakarta didalamnya. Karena pemungutan suara tidak menghasilkan pemenang
mutlak, maka Soekarno melakukan langkah drastis dengan mengeluarkan Dektrit
Presiden 5 Juli 1959 yang berisi pembubaran konstituante dan menetapkan
berlakunya UUD 1945.
1959
Palu Godam Kekuasaan
Pada Oktober 1956, setahun
setelah pelaksanaan pemilu yang terkenal paling demokratis sepanjang sejarah bangsa
ini.selama 12 hari Presiden Soekarno melakukan perjalanan keliling ke beberapa
negara yang berhaluan komunis. Sepulang dari lawatan ke negeri negeri Eropa,
yang sebagian adalah negeri komunis.
Soekarno mengatakan dengan
banyaknya partai akan memunculkan penyakit kepartaian bagi republik Indonesia,
yang disebut paling berbahaya ketimbang penyakit kedaerahan dan kesukuan. Krena
itu, kata Soekarno, Indonesia harus mengembangkan sistem demokrasinya sendiri,
yaitu Demokrasi Demokrasi terpemimpin, dimana Komunisme mempunyai hak yang sama
dengan golongan lain.
Melihat galagat politik dan pernyataan
Soekarno yang tidak beres, pada masa-masa itu Muhammad Hatta mengundurkan diri
dari jabatan sebagai wakil presiden pada 1 Desember 1966, dan menyatakan dengan
tegas penolakannya terhadap rencana Soekarno membubarkan partai-partai. Hatta
juga dengan keras menyindir Soekarno yang mulai terpengaruh dengan komunisme
dan ingin menerapkan gaya kepemimpinan otoriter. Hatta menyatakan dengan
kebijakan seperti itu maka demokrasi akan
terkubur.
Pra ulama yang kecewa dengan Soekarno
dan Khawatir akan kebangkitan komunisme, apalagijika sampai masuk ke dalam
lingkar elit kekuasaan, kemudian mengadakan pertemuan di palembang, Sumatera
Selatan. Ratusan ulama dari berbagai daerah mengadakan acara “Musyawarah
Nasional Alim Ulama se Indonesia” pada 8-11 September 1957.
Munas yang dihadiri oleh 325 peserta
dan 284 peninjau, menghasikan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Ideologi/ajaran Komunisme dalam lapangan falsafah berisi
atheisme, anti Tuhan dan anti agama
2. Ideologi/ ajaran Komunisme dalam lapangan politik adalah
anti demokrasi
3. Ideologi / ajaran Komunisme dalam lapangan sosial
menganjurkan pertentangan kelas
4. Ideologi /ajaran Komunisme dalam lapangan ekonomi
menghilangkan hak perseorangan
5. Ideologi/ajaran komunisme yang demikian itu bukan saja
berlawanan dengan ajaran Islam pada khususnya agama-agama lainnya pada umumnya.
Memutuskan
1. Ideologi/ ajaran Komunisme adalah kufur hukumnya, dan
haram bagi umat Islam menganutnya
2. Bagi orang yang menganut ideologu/ajaran Komunisme dengan
keyakinan dan kesadaran kafirlah dia, tiada sah menikah dan menikahkan orang
islam.
3. Bagi orang yang memasuki organisasi/partai yang
berideologi komunisme (PKI,SOBSI, Pemuda Rakyat, dll) tidak dengan keyakinan
dan kesadaran, sesaatlah dia dan wajib Islam menyeru mereka meninggalkan
organisasi dan parati tersebut.
4. Walaupun Republik Indonesia belum menjadi negara islam,
namun haram hukumnya bagi umat Islam mengangkat/memilih kepada
negara/pemerintah yang berideologi Komunisme.
5. Memperingatkan kepada pemerintah RI agar bersikap waspada
terhadap gerakan aksi Subversif asing yang membantu perjuangan kaum Komunis/Atheis
Indonesia
6. Mendesak kepada presiden RI mengeluarkan dekrit menyatakan
PKI dan mantel organisasinya sebagai paratai terlarang.
Akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960
menjadi masa masa genting bagi Partai Masjumi. Rezim Soekarno yang berkuasa
mulai mabuk denagn kekuasaan.
Awal tahun 1960 an; pertentangan di
lapangan antara Masjumi dengan Soekarno makin meruncing. Penolakan terhadap
”Konsepsi Presiden “ dan ide “Demokrasi Terpimpin” yang menurut para aktifis
Masjumi tak lebih dari upaya Soekarno melanggengkan kekuasaan dan menjalin
hubungan dengan Komunis, terus disuarkan.
Pada akhir tahun 1960 setelah Soekarno
membutuhkan Masjumi, sampai pada masa ini juga Soekarno mengeluarkan gagasan
tentang NASAKOM untuk memasukan unsur PKI dalam kabinet dan memberikan posisi
kepada tokoh PKI.
Nasakom bagi Soekarno adalah kekuatan
mutlak dari revolusi. Pancasila, kata Soekarno, sebenarnya tidak anti pada
Komunisme, yaitu komunisme dalam arti ideologi sosial yang mendatangkan
kemakmuran dan keadilan. Pancasila adalah pemersatu, satu ideologi yang
mencakup segalanya. Siapa yang anti Nasakom, kata Soekarno, sesungguhnya tidak
mengerti revolusi Indonesia. Soekarno melihat PKI sebagai partai politik yang
gigih mendukung proyek Nasakomisasinya. Soekarno yang mulai dipengaruhi PKI
pada Januari 1962 mengeluarkan mengeluarkan perintah penangkapan terhadap para
pimpinan Masjumi dan PSI. Akibat dari politik Nasakomisasi ini, gerakan Islam
yang berseberangan dengan pemerintaha diberangus. Sedangkan sebagian kelompok
islam yang berada dalam gerbong Nasakom diperalat, kemudian di adu domba antar
sesama kelompok.
Partai Nahdatul Ulama yang pada tahun
1952 memisahkan diri dari Masjumi, mengambil kebijakan yang cukup mengejutkan
dengan mendukung ide Nasakom tersebut. Rute zig-zag NU ini tentu dianggap
sebagai sikap pragamatis, yang justru menguntungkan rezim Soekarno dan komunis.
Dua tahun sebelum peristiwa
pemberontakan G-30 S/PKI, antara santri NU dan Komunis terlibat perseteruan
hebat, terkait dengan aksi sepihak PKI soal landreform. PKI mengeluarkan slogan
“Tujuh Setan Desa” (tuan tanah jahat, lintah darat, tukang ijon, kapitalis
birokras, tengkulak jahat, bandit desa, dan penguasa jahat) yang secara
langsung diarahkan kepada umat Islam. Inilah yang membuat NU mendesak presiden
Soekarno untuk mengutuk aksi sepihak itu dan mencapnya sebagai “kontra
revolusi”.
Dengan dukungan bagian
terbesar rakyat Indonesia dan di dorong keyakinan kami sendiri, kami terpaksa
menempuh satu satunya jalan menyelamatkan negara proklamasi.
Kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya Undang-undang Dasar Sementara tahun 1950. Ketiga, pembentukan
Majelis Permusyawaratan Sementara dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara dalam
waktu yang sesinhgkat-singkatnya.
Dengan keluarnya Dekrit itu,
maka diantara poin yang pokok adalah dibubarkanya Konstituante yang berisi para
wakil rakyat, yang dipilih dari hasil pemilu tahun 1955. Bubarnya Konstituante
menjadi pukulan tersendiri bagi Partai Masjumi, karena di arena sidang inilah,
sejatinya mereka bertekad menagih janji Soekarno dan berusaha memperjuangkan
dasar Islam.
1960
Petaka Politik
Pidato Soekarno mengenai
penetapan Presiden tentang kepartaian, yang mengatur tentang pengakuan
pengawasan, dan pembubaran partai politik. Penpres No. 7 tahun 1959 mengatur
system kepartaian dalam rangka penyederhanaan system. Pad pasal 9 Penpres
tersebut terdapat rumusan bahwa presiden setelah mendengar pendapat Mahkamah
Agung, dapat melarang atau membubakan partai yang sedang melakukan pemberontakan
Penpres tersebut tentu saja mendapat
kritik tajam, termasuk dari Partai Masjumi. Soekarno memiliki mimpi melawan dan
memberangus lawan-lawan politiknya. Apalagi keterlibatan beberapa Tokoh Masjumi
dalam PRRI di Sumatera Barat.
Pidato Soekarno kemudian dikenal
dengan sebutan “Manisfesto Politik (Manipol)” setelah di bahas oleh DPA yang di
bentuk sendiri oleh soekarno. Lalu stelah itu pidato tersebut berubah nama lagi
menjadi Manipol USDEK (Manifestari Politik, Undang-undang Dasar 1945,
sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia). Tepat
pada pukul 05.20 WIB, 17 Agustus 1960, sebuah surat dari Direktr Kabinet
Presiden No. 2730/TU/60 dilayangkan pada partai Masjumi bahwa Masjumi harus
dibubarkan. Dalam waktu 30 hari sesudah tanggal keputusan ini, yaitu 17 Agustus
1960 pimpinan pratai Masjumi harus menyatakan partainya bubar. Namun menurut
paratai Masjumi, mereka tidak bisa disebut partai terlarang, sebagaimana
propaganda yang di hembuskan oleh Partai Komunis Indonesia. Akhirnya partai
Masjumi bubar setelah 16 tahun (1954-1960).
Terkait keputusan Presiden, maka pada
tanggal 13 September 1960, pimpinan partai Msjumi mengirimkan surat kepada
Presiden Soekarno yang menyatakan bahwa dengan adanya keputusan Presiden No.200
tahun 1960 itu, Msjumi buba termasuk bagian-bagianya (Majelis syuro dan
Muslimat ).
Selain surat, pimpinan Masjumi juga
menyampaikan Momerandum kepada Presiden, yang berisi keinginan partai untuk
mengajukan tuntutan lewat pengadilan Negeri Istimewa Jakarta, untuk menggugat
membatalkan segala tindakan pemerintah yang di anggap melawan hukum. Momerandum
yang di sampaikan pimpinan Masjimi kepada Soekarno. Namun gugatan tersebut di
tolak oleh Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta. Sikap cepat taat kepada hukum
yang dilakukan Partai Masjumi dalam menyatakan pembubaran Partai Masjumi,
adalah agar partai Masjumi tidak dianggap sebagai partai terlarang.
Akhir tahun 1950 an di awal tahun
1960 menjadi masa-masa genting bagi partai Masjumi. Rezim Soekarno yang
berkuasa mulai pusing dengan kekuasaan. Berbagai Istilah, menjadi tameng untuk
melanggengkan tahta dan menekuk lawan Politiknya. Gagasan demokrasi Terpimpin
seolah menjadi andalan. Alat penindas oposisi bernama ideologi Nasakom
(Nasionalis-Agama-Komunisme) menjadi palu Godam kekuasaan.
Berpolitik dalam Kesederhanaan
“Een leidersweg is een lijdenweg. Leiden
is lijden ”(Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin itu mederita)
–Kasman Singodimedjo
Kesederhanaan timbul di
dalam Prawoto Mangkusasmito sebagi ketua Umum Prtai Masjumi, ketika dia
menghadiri undangan yang diajukan Soekarno ke Istana Negara dengan
berpenampilan sederhana.
Prawoto merumuskan hidup sederhana
dengan tahu batas-batas arti minimal, dan tahu batas-batas arti maksmal,
artinya “seseorang tidak umtuk hidup sangat miskin dan juga tidak terlalu
bergelimpang kemewahan, jadi harus sesederhana mungkin”. Prawoto adalah seorang
yang menjadikan orang orang lemah sebagai basis kekuatan. Prawoto meninggal
ketika melakukan dakwah pada tahun 1970.
Sosok sederhana lainya dari
partai Masjumi adalah Haji Agus Salim, ia sangat bersehaja dan sangat
sederhana. Haji Agus Salim dengan melontarkan ungkapan yaitu: “Een leidersweg
is een lijdenweg. Leiden is lijden”. (jalan pemimpin bukan jalan yang mudah.
Memipn itu menderita). Seorang pemimpin adalah orang orang sudah rela dan siap
untuk berkorban demi mendahulukan kepentingan Rakyatnya disbanding kepentingan
pribadinya.
Tokoh Masjumi lainya dengan
hidup yang sederhana adalah Sjafrudin Prawinegara. Sjafrudin pernah menjabat
sebagai menteri keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Presiden Darurat Republik Indonesia
(PDRI), dan jabatan-jabatan lainya. Beliau adalaha seorang tokoh pencetus
pencetakan Oeang Repeblik Indonesia (ORI).
Sjafrudin Prawinegara
sikapnya sungguh luar biasa dengan menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat
agar hidup hemat, tidak berlebih lebihhan, hiduplah peduli kepada tetangga yang
membutuhkan. Sebagai pejabat tinggi Negara, yang dilakukan oleh Sjafrudin
adalah teladan yang luar biasa. Dia tak memanfaatkan kedudukanya sebagai
Menteri Keuangan dengan memperkaya diri. Sjafrudin menjelaskan, tujuan
pemerintahan bukan hanya memakmurkan rakyat, tetapi juga menjamin bahwa
kemakmuran itu bias terlaksanan dengan adil dan merata.
Selain itu ada tokoh lainya
yaitu Mohammad Natsir, yaitu sosok yang sangat sederhana dan rendah hati. Sosok
Natsir yang tak memikirkan penampilan pribadinya, melainkan mementingkan sikap
dan yang bersih, lurus, dan tegas. Kesederhanaan yang di tonjolkan oleh Natsir
bukan semata-mata adlah sebagai pencitraan, ini terbukti pada saat beliau tidak
lagi menjabat sebagai anggota Fraksi Masjumi.
Gaya hidup sederhana ini
sesungguhnya melekat pada hamper semua tokoh Masjumi. Meski begitu para aktifis
Masjumi dikenal memainkan politik dengan tingkat tinggi. Orang- orang
aktivisnya adalah orang-oarang yang teguh pendirian, sederhana dan terdidik.
Mereka justru menjadi penggegas dann pergerak bagi penegakan syariat Islam dan
pemerintahan.
Perkara penyebabnya hingga
partai ini di cap kotor bukanlah hasil dari pelanggaran yang kotor,tetapi
semata-mata disebabkan persoalan ideology, dimana rezim yang berkuasa
menjalankan politik tangan besi, yang meubah Negara hokum (rechstaat) menjadi
Negara kekuasaan (machstaat). Jalan kepemimpinan adalah jalan pengabdian, jalan
yang harus siap dengan penderitaan. Pemimpin sejatinya orang yang siap menerima
segala keluh kesah. Pemimpin haus mendahlukan kepentinga rakyatnya ketimbang
kepentingan diri sendiri. Inilah yang dilakukan oleh para aktivis Partai
Masjumi. Bagi Masjumi berpolitik itu adalah bagaimana mwnyampaikan
gagasan-gagasan bagi kesejahteraan rakyat. Inilah yang membuat Masjumi disegani
oleh lawan partainya.
Ketika
Perbedaan Ideologi Tak Mewariskan Dendam
Dua tahun empat bulan
lamanya, Budaya Hamka memendam dalam tahanan. Hukuman tanpa persidangan
dilaluinya sebagai takdir Tuhan. Dampak dari tuduhan itu, buku – buku Hamka
dilarang beredar, hak-hak politiknya kebiri. Begitu zalimnya rezim yang
berkuasa saat itu.
Roda sejarah berputar.
Kekuasaan soekarno tumbang . Ia yang dulu gagah dan keras dalam menghadapi
lawan lawan politiknya, terutama mereka yang menentang ideologi naskom dan
Demokrasi terpimpin, terbaring tak berdaya diwisma pengasingan. Tubuhnya mulai
sakit sakitan dan ringkih.saat itulah Soekarno menitipkan pesan untuk
disampaikan kepada Buya Hamka, orang yang dulu pernah dizaliminya.”bila aku
mati kelak, meminta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenajahku”
demikian pesan soekarno yang dititipkan lewat mayjend soeryo.
Mendengar kematian soekarno
dan pesan yang diwariskan kepadanya, Hamka segera bergegas datang melayat ke
wisma yaso, tempat zenazah soekarno disemayamkan. Dengan ikhlas ia menunaikan
wasiat itu. Mereka yang hadirpun terharu.
Peristiwa mengharukan
kebesaran jiwa Buya Hamka dalam memaafkan orang-orang yang pernah pernah
membencinya adalah terkait dengan kematian Mohammad Yamin, tokoh kebangsaan
yang termasuk juga perumus dasar dan lembaga negara.
Mohammad yamin begitu
membenci Buaya Hamka karna perbedaan ideologi. Ia aktif dipartai Nasionalis
Indonesia (PNI), sedangkan Buaya Hamka aktif dipartai Masyumi.
Kebencian Yamin tersulut,
ketika dalam sidang majelis Konstintuante, dengan lantang Buya Hamka berpidato
dan mengatakan, “Bila negara kita ini mengambil dasar negara berdasarkan
pancasila, sama saja kita menuju jalan ke neraka. Pidato Buaya Hamka yang tegas
tersebut kemudian menyulut kebencian Mohammad yamin.
Tahun 1962, Mohammad yamin
jatuh sakit dan dirawat dirumah sakit Pusat Angkatan Darat. Chaerul salleh
kemudian mengatakan kepada Hamka “ Buya, saya membawa pesan dari pak Yamin.
Beliau sakit sanagt parah. Hamk yang tertegun bertanya “ Apa pesannya ?” sang
menteri itu mengatakan “ Pak Yamin berpesan kepada saya agar menjemput Buya
kerumah sakit. Beliau ingin menjelang ajalnya, Buya dapat mendampinginya.
Mohammad Yamin menghembuskan
nafas terakhirnya disamping sosok yang menjadi seterunya. Memenuhi wasiat
Yamin, Hamka pun kemudian turut mengantar jenajah sallah seorang tokoh nasional
itu sampai ke perbaringan terakhirnya.
Tokoh partai Masjumi lainnya
Mohammad Natsir, juga keteladanan yang sangat luar biasa. Saat para tokoh
partai Masjumi berada dalam satu penjara dengan orang-orang partai komunis
Indonesia (PKI), mereka tak lantas melampiaskan dendam untuk saling berseteru
di dalam bui.
Namun apa yang dilakukan
oleh Natsir terhadap orang-orang PKI itu ? Justru mengajak mereka bertaubat dan
mempelajari Isam. Diantara mereka adalah pramoedya Anata Toer, sosok seniman
Lekta/PKI yang menjadi seteru para aktifis partai Masjumi.
Cerita tentang Natsir dan Orang-orang
kiri itu diungkapkan oleh Ahmad Syata, lelaki yang pernah menjadi supir
sekaligus orang dekat Natsir.
Kisah lain tentang kebesaran jiwa
seorang Natsir adalah ketika ia diminta bantuan oleh soeharto, yang ketika ini
menjadi pejabat presiden pada masa transisi setelah soekarno tak agi berkuasa.
Soeharto meminta kepada Natsir yang saat itu masih berada didalam tahanan di
Wisma keagungan, jakarta pusat, agar membantu pemulihan hubungan dengan negeri
Jiran Malaysia. Ketegangan dengan Negeri tetangga itu warisan dari sikap
soekarno yang menyerukan konfrontasi dengan teriakan yang cukup populer ,
“Ganyang Malaysia”.
Setelah rezim soekarno tak
lagi berkuasa, soeharto ingin kembali memulihkan hubungan. Kedekatan Natsir
dengan perdana menteri Malaysia, Tengku Abdurahman, menjadi alasan penguasa
Orde baru itu untuk meminta bantuan Natsir.
Natsir yang diminta bantuan,
kemudian menuliskan sepucuk surat pendek dengn tulisan. “ Ini ada niat baik
dari pemerintah Indonesia untuk memperbaiki antara hubungan Indonesia dengan
Malaysia. Mudah-mudahan Tengku bisa menerima...” surat itu kemudian dibawa ke
kuala lumpur, kemudian sampai ketangan PM Tengku Abdul Rahman. Setelah membaca
surat dari Natsir iamengatakan “ Datanglah mereka besok ditempat saya” akhirnya
Benni dan Ali Moertopo bisa menemuinya, dan hunguan Indonesia Malaysia pun
kembali pulih.
Masih di tahun 1970an,
melalui aktivis Himpunan mahasiswa Islam (HMI), Ekki syachoeruddin, Natsir
pernah diminta bantuan oleh Ali Moertopo agar bersedia melobi negara-negara
timur Tengah untuk mengucurkan kredit bagi bangsa Indonesia Natsir yang memang
akan berkunjung ke timur tengah untuk keperluan kongres dunia Islam, kemudian
menyanggupi. “ Tak perlu dibiayai,” kata Natsir kepada Ekki.
Ia kemudian meminta syarat kepada
aktivis HMI itu agar ditemukan dengan soeharto sebelum ia terbang ke timur
tengah. Syarat yang diajukan oleh Natsir beum juga dipenuhi, namun ia tetap
membantu untuk melobi negara-negara Arab itu. Usaha Natsir berhasil, pemerintah
Kuwait menanam modal di Indonesia dalam bidang perikanan.
Sikap memaafkan dan membantu
orang-orang yang sedang kesusahan, meskipun mereka pernah memusuhi kita, adalah
keteladanan yang cemerlang dari tohoh masjumi. Meski berbeda Ideologi dengan
lawan-lawan politiknya, mereka tak pernah mewariskan dendam. Partai Masjumi
boleh bubar, tapi keteladanan para tokohnya tak lekang oleh jaman.
Masa-masa
Sulit di Bawah Rezim Nasakom
Haji Abdul Malik Karim
Amrullah alias Buya Hamka baru saja usai mengisi pengajian kaum ibu di Masjid Al
–Azhar, Kebayoran baru, Jakarta.Hari itu puasa Ramadhan 1383 Hijriyah baru saja
masuk hari ke duabelas. Sekitar pukul 11.00 WIB tengah hari, empat dari
kepolisian dengan membawa surat penahanan sementara, datang dan menangkap ulama
asal Minangkabau, sumatera Barat itu. Buya Hamka tentu terkejut. Apalagi polisi
mengatakan bahwa dirinya ditahan karena dugaan melanggar panpres No.11/19/1963.
Rusydi Hamka, putra dari
tokoh partai Masjumi mengenang masa-masa sulit saat ayah ditangkap oleh rezim
Nasakom Soekarno. Ia menceritakan kenangan itu dalam sebuah bukuyang berjudul,
“Pribadi dan Martabat Prof. Buya Hamka”. Namun ketegaran seorang ayah
–lah yang membuat mereka kuat menerima cobaan itu. Setelah ditahan, barulah
Buya Hamka tahu bahwa ia ditangkap karena dituduh sebagai ketua gerombolan yang
akanmembunuh soekarno, dengan pendanaan dari Tengku Abdurahman (perdana Menteri
Malaysia). Polisi menuduh ia mengikuti rapat gelap di Tanggerang pada 11
Oktober 1963, bersam para mantan aktivis Partai Masjumi antara lain Dalari Umar
dan Gazali sahan, terkait rencana tersebut.
Cap
sebagai pengkhianat membuat Hamka merasa terhina. Apalagi tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan kepadanya semuanya dusta. Belakangan diketahui bahwa fitnah itu
memang sengaja dirancang oleh partai komunis Indonesia(PKI) yang ketika itu
dekat dengan kekuasaan dan berusaha terus untuk menghabisi para mantan tokoh
partai Masjumi, termasuk Buya Hamka. Tokoh partai Masjumi yang juga ditahan
oleh aparat kepolisian
adalah Kasman Singodimedjo. Seperti halnya Hamka dan beberapa rekan lainnya,
Kasman juga dituduh hadir dalam rapat gelap Tanggerang.
Sebelumnya, pada tanggal n16
januari 1962, ketua umum terakhir partai Masjumi, Prawoto Mangkusasmito,
dijebloskan ke dalam tahanan bersama sama dengan tokoh politik lainnya seperti,
E.Z. Muttaqin Sultan Hamid, dan Mochtar Lubis. Mereka ditempatkan di Rumah
tahanan Militer (RTM) Madiun (Jawa Timur), jakarta. Dari kalangan NU yang
ditahan ialah Imron Rosjadi(Ketua Anshor NU), karena menggagas berdirinya Liga
Demokrasi yang mengeritisi kebijakan soekarno. Inilah yang terjadi pada para
tokoh partai Masjumi. Meski jasadnya berada dalam bui, namun pemikiran dan ruh
perjuangannya senantiasa melekat di tengah-tengah umat. Bahasa yang diungkapkan
oleh Sjafruddin Prawiranegara, penjara yang dialami oleh para tokoh
Masjumiadalah kecil, dibandingkan penjara yang dirasakan oleh masyarakat,
meskipun secara zahir mereka terlihar bebas.
Partai Masjumi Dan Perang Melawan
Korupsi
Kekuatan terbesar partai politik
seharusnya pada basis massa, BUKAN uang !, Jika uang yang menjadi basis
kekuatan, maka politik menghalalkan segala caralah akan dilakukan.
Korupsi yang dilakukan oleh para
pejabatyang berkuasa sudah sejak lama menjadi sorotan di negri ini. Pejabat
yang berasal dari partai politik, terutama mereka yang duduk di lembaga
eksekutif, seolah mejadi lumbung uang untuk mencari dana bagi pendanaan partai.
Pejabat dari parpol seolah
dituntut untuk menjadi mesin pengeruk uang. Tujuannya agar suara rakyat bisa
dibeli, apalagi menjelang pemilu. Partai yang tak memiliki basis massa yang
kuat akan menjadikan uang faktor penentu kemenangan.
Buya Hamka salah seorang tokoh masjumi
mengeritik cara yang dilakukan oleh PNI yaitu rival politik masjumi, yang
mengedepankan uang sebagai kekuatan politik. Cara yang mereka gunakan untuk
mengumpulkan uang dan membeli suara rakyat. Partai majumi mampu memenangkan
Pemilu taun 1995, dan banyak mendapatkan kursi parlemen, kemudian akan ada lagi
pemilu pada tahun 1960 tetapi pemilu itu tidak dapat terlaksana, setelah
soekarno secara sepihak mengajukan “Demokrasi Terpimpin”. Kemudian Hamka
mengungkap adanya upaya dari partai yang berkuasa dengan menjadikan para
anggotanya yang menjabat dalam pemerintahan untuk melakukan korupsidemi
memenuhi keuangan partai.
Setelah kabinet Burhanudin naik, maka
program yang pertama adlah memberantas korupsi. Pengusaha yang berasal dari PNI
diberi kemudahan untuk mendapatkan kredit atau proyek-proyek besar. Salah
satunya adalah perusahaan importir kertas yang dimiliki oleh orang PNI, yaitu
sidik Djojosukarto.
Mentri keuangan Iskaq tjokrohadisoerjo
melakukan kongkalikong dengan aktivis PNI bernama Ong Eng Die dengan memerintah
staf di kementrian keuangan agar menyimpan dana kementrian di Bank Umum
Nasional. Tujuannya agar upaya mereka dalam memudahkan bisnis para pengusaha
yang berasal dari PNI bisa berjalan dengan mulus. Karena itu tugas beraat dari
kabiet Boerhanudin harahap dari partai masjumi bisa menyelenggarakan pemilu
pertama pda tahun 1955, juga memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Boerhanudin kemudian menyerukan perang melawan korupsi.
Mantan Mentri Kehakiman yang berasal
dari PNI,Mr.djodi Gondokusumo ditangkap aparat, begitu juga Ong Eng Die yang
berkolusi dengan iskaq tjokrohadisoerjo. Rumah kediaman iskaq digeledah
syangnya iskaq berada diluar negri. Iskaq mengaku hendak pulang ke Tanah Air,
namun di Singapura ia dijemput oleh utusan dari pimpinan pusat PNI yang bernama
Lim Kay.
Boerhanudin ketika menjabat masih
berusia muda, dan ia pun benar-benar menjadi sosok yang menakutkan bagi para
koruptor. Untuk memperkuat perang melawan korupsi itu , kabinet Boerhanudin
mengeluarkan RUU Anti Korupsi yang mewajibkan pegawai negri untuk
memberitahukan asal usul harta bendanya. RUU ini sempat dibawa ke parlemen,
namun gagal disahkan menjadi Undang-undang karena dijegal oleh partai-partai
yang tidak setuju dengan adanya RUU tersebut. PNI menilaihal tersebut menjadi
suatu ajang balas dendam dari partai Masjumi dengan menjebloskan lawan-lawan
poitiknya. Boerhanudin menjamin RUU yang digagasnya tak ada muatan politik
didalmnya, tetapi murni sebagai penegak hukum.
Saat ini partai dijadikan sarana untuk
jual beli yang ujung-ujungnya memeras pengusaha untuk memberikan suap. Uang
suap itulah yang di curigai dijadikan basis pendanaan partai untuk memenangkan
pemilu. Suatu ketika, Buya Hamka berkata ia bertemu dengan perwakilan negara
asing di Jakarta , orang itu bertanya tentang darimna sumber dana partai
masjumi, orang asing itu menduga partai Masjumi mendapat pendanaan dari Luar
Negri. Tetapi Buya Hamka mengatakan, pendanaan masjumi dari dana pribadi para
anggota dan simpatisannya.
Demikianlah keteladanan yang
ditorehkan oleh partai Masjumi dalam sejarah kepartaian Indonesia. Bagi partai
Masjumi kekuatan terbesar partai politik adalah pada basiss massa, pada kader
yang solid, bukan uang !
PRRI/Permesta Berjuang dari Rimba
Belantara
Presiden Soekarno yang
datang ke perguruan cikini nyaris saja tewas dengan lemparan granat tetapi
ledakan itu malah menewaskan anak-anak disekolah tersebut. Sehingga Soekarno
menuding pelaku nya diarahkan kepada musuh-musuh politiknya. Dan partai masjumi
yang saa itu terus bersuara keras mengkritik kebijakan Soekarno, terutama
konsep Demokrasi Terpimpin dan Manipol usdek.
PKI yang memang musuh
ideologis menyudutkan para tokoh partai berlambang bintang dan bulan itu.
Mohammad natsir salah seorang tokoh masjumi yang disudutkan dalam peristiwa
pelemparan granat di cikini itu. Karena merasa terancam para petinggi masjumi
natsir, boerhanudin harahap, dan sjafrudin prawiranegara meninggalkan Jakarta
menuju Padang.
Pada 8-11 september
1957 para alim ulama dari seluruh Indonesia berkumpul di Palembang melakukan
musyawarah nasional menyikapi semakin berkembang dan kedekatan soekarno dengan
PKI. Hasil keputusan agar bersikap waspada terhadap gerakan aksi subversif
asing yang membantu perjuangan kaum komunis.
PKI mulai merancang aksi
protes dan terbentukalah Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Garuda. Bung hatta
pada kepemimpinan nasional, membersihkan pimpinan angkatan perang dari
anasir-anasir komunis dan melarang komunisme sebagai ideoloi yang bersebrangan
dengan Pancasila “Piagam Palembang”
Bagi masjmi, PRRI bukanlah
makar terhadap NKRI, melainkan upaya membuat pemerintahan tandingan di bawah
kendali rezim otoriter yang dikelilingi oleh komunis. Syafrudin prawinegara
yang ikut dalam PRRI menyatakan meski ia sebagai pejabat negara. Ancman dari
pihak komunis selalu menghantuinya. Ketidak adilan hukum yang terjadi di
masyarakat ketika soekarn memberikan grasi kepada mentri yang terlibat kasus
korupsi. Pada 21 februari 1958 pertempuran yang terjadi di Rimba Belantara Sumatera
pun tak bisa di hindari. Kolonel dahlan djambek sebagai salah seorang tokoh
PRRI tertembak mati.
Perjuangan PRRI juga
merambah samai ke Manado, Sulawesi utara, bahkan pada 25 Mei 1958 ibukota PRRI
mereka yang kecewa dengan kedekatan soekarno dengan PKI. Mereka kemudian
membentuk pasukan permesta. Ujung dari konflik bersenjata PRRI pemerintah RI
adalah amnesti dan abolisi yang diberikan oleh presiden Soekarno kepada mereka
yang terlibat dalam pemerintahan revolusioner di Sumatera Barat dan Manado,
dengan kepres NO 449/1961. Yang berjuang dari rimba Sumatera tak berapa lama
menghirup udara bebas para petinggi PRRI saling bertemu kembali di balik jeruji
besi. Sjafrudin prawiranegara, perjuangan yang mereka lakukan dari Rimba
Belantara itu semata-mata untuk mengoreksi rezim yang sudah jauh dari keadilan
dan cita-cita kemerdekaan. Tokoh masjumi adalah orang-orang yang cinta negri,
bukan pemberontak yang lepas dari NKRI
0 komentar:
Posting Komentar